Epidemiologi Depresi Postpartum
Epidemiologi depresi postpartum sekitar 6,5‒20% wanita. Kondisi ini lebih sering terjadi dalam 6 minggu setelah melahirkan, dan dialami oleh ibu yang melahirkan bayi prematur dan tinggal di perkotaan.[2]
Global
Banyak tanda dan gejala depresi yang diabaikan pada ibu baru melahirkan, dan sering dianggap sebagai perubahan fisiologis normal terkait persalinan. Akan tetapi, gangguan depresi merupakan komplikasi umum dari kehamilan dan periode postpartum. Secara global, prevalensi depresi postpartum mencapai 6,5‒20% wanita, bahkan ada yang menulis hingga 60,8% wanita di seluruh dunia.[1,2]
Depresi postpartum juga dapat terjadi pada wanita tanpa riwayat psikiatri sebelumnya, yang melahirkan anak sehat setelah kehamilan pertama yang normal.[4]
Indonesia
Pada seminar nasional kesehatan masyarakat tahun 2020, Wurisastuti et al menyampaikan bahwa depresi postpartum dialami sekitar 10‒15% perempuan, baik yang pertama kali melahirkan maupun yang berikutnya. Namun, data ini berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, bukan berdasarkan penegakan diagnosis oleh psikiater.[10]
Di samping itu, karena faktor stigma dan budaya, sehingga kasus-kasus depresi postpartum sering kali tidak terdeteksi.[10]
Mortalitas
Depresi postpartum bermanifestasi sebagai gangguan tidur, perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan, ketakutan dan kekhawatiran serius, hingga kurang minat dalam kegiatan sehari-hari. Ibu sering mengalami perasaan putus asa dan berpikir tentang kematian dan bunuh diri. Kondisi ini merupakan faktor yang menyebabkan 20% kematian ibu setelah melahirkan.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini