Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Gangguan Mood general_alomedika 2024-02-05T11:42:20+07:00 2024-02-05T11:42:20+07:00
Gangguan Mood
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Gangguan Mood

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis gangguan mood perlu dicurigai pada pasien yang menunjukkan gejala iritabilitas, agresi, permusuhan, suasana hati yang sedih atau cemas yang terus-menerus, dengan atau tanpa perubahan nafsu makan atau pola tidur. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis DSM-5 atau ICD-11.[3,9]

Anamnesis

Anamnesis pada pasien dengan gangguan mood yang berat seringkali sulit dilakukan sehingga diperlukan heteroanamnesis. Heteroanamnesis juga diperlukan untuk konfirmasi gejala-gejala dan riwayat gangguan yang pernah dialami. Keluhan utama pasien akan sama dengan mood yang dirasakan oleh pasien, namun dirasakan berlebihan dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari.[1]

Gangguan Bipolar

Untuk pasien dengan gangguan bipolar harus ditanyakan gejala-gejala manik yang meliputi peningkatan mood, yang diikuti gejala peningkatan aktivitas bertujuan, kebesaran, penurunan kebutuhan tidur, mudah beralih, pikiran yang cepat, bicara yang meningkat atau intonasi tinggi, dan perilaku berisiko. Gejala-gejala tersebut harus berlangsung selama minimal 1 minggu atau cukup berat sehingga membutuhkan rawat inap. Selain itu, perlu ditanyakan riwayat episode manik atau depresi sebelumnya. Gejala harus bersifat episodik untuk didiagnosis sebagai gangguan bipolar.[1–3,6]

Siklotimia

Untuk pasien dengan siklotimia, perlu ditanyakan adanya gejala-gejala bipolar seperti di atas, tapi dengan intensitas yang lebih lemah atau adanya riwayat gejala-gejala depresi yang di bawah ambang dan hipomania. Untuk pasien dewasa, gejala-gejala ini telah berlangsung selama setidaknya 2 tahun dan dalam periode itu belum pernah terpenuhi kriteria diagnosis untuk manik atau depresi. Sedangkan untuk anak-anak, gejala-gejala telah berlangsung selama setidaknya 1 tahun.[1,3,6]

Hipomania

Hipomania ditegakkan bila ditemukan gejala-gejala manik dengan intensitas rendah, tanpa adanya gejala psikotik, dan fungsi sehari-hari masih relatif dipertahankan, selama setidaknya 4 hari.[1,3]

Depresi

Untuk pasien dengan kecurigaan depresi berat, maka 5 dari 9 gejala berikut harus ditemukan pada pasien, yaitu mood yang sedih, insomnia, rasa bersalah, penurunan energi, penurunan konsentrasi, penurunan nafsu makan, tidak tertarik melakukan aktivitas yang menyenangkan, peningkatan atau penurunan aktivitas psikomotor, dan pikiran bunuh diri atau menyakiti diri sendiri yang berulang. Hal ini harus berlangsung selama minimal 2 minggu.[1,3,6,9]

Gangguan Disregulasi Mood Disruptif

Pasien dengan gangguan disregulasi mood disruptif umumnya adalah anak dan remaja dengan keluhan ledakan-ledakan kemarahan dan iritabilitas yang tidak sesuai dengan situasinya.[1,3]

Distimia

Pasien dengan distimia atau persistent depressive disorder akan mengeluhkan mood yang depresif tapi tidak cukup berat untuk memenuhi kriteria depresi. Distimia pada dewasa ditegakkan jika telah dialami setidaknya selama 2 tahun dan pada anak-anak dan remaja selama setidaknya 1 tahun.[1,3]

Premenstrual Dysphoric Disorder

Pasien dengan premenstrual dysphoric disorder akan mengeluhkan iritabilitas, kecemasan, depresi, dan emosi yang labil kurang lebih 1 minggu sebelum mulai menstruasi dan membaik setelah siklus mulai.[1,3]

Perhatian Khusus pada Anamnesis Pasien dengan Gangguan Mood

Anamnesis yang lengkap dan eksplorasi riwayat gangguan yang pernah dialami sebelumnya sangat penting untuk penegakan diagnosis pada gangguan mood. Seringkali pasien tidak menyadari episode hipomania, siklotimia, atau distimia yang pernah dialami. Karena itu, klinisi harus melacak gejala-gejala gangguan ini secara menyeluruh dengan autoanamnesis dan heteroanamnesis. Dalam hal ini termasuk usia onset, frekuensi, dan durasi gangguan sebelumnya.

Pada pasien dengan gangguan mood juga perlu ditanyakan riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat perilaku berisiko, riwayat perilaku bunuh diri atau self harm, dan perlu ditentukan risiko bunuh diri saat ini.[1]

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan mood umumnya normal, namun seringkali mereka menunjukkan penampilan dan aktivitas psikomotor yang khas.

Pasien yang mengalami gejala depresi akan menunjukkan penampilan dengan rawat diri yang buruk, kontak mata yang buruk, afek yang tumpul atau datar, penurunan kuantitas pembicaraan, dan reaksi yang lebih lambat.

Pasien dengan gejala-gejala manik akan menunjukkan peningkatan aktivitas psikomotor, iritabilitas, kadang disertai agitasi, pembicaraan yang banyak dan penuh penekanan, reaksi yang lebih cepat, dan sulit untuk diinterupsi.[1]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding gangguan mood mencakup berbagai kondisi medis umum seperti delirium dan tumor otak, gangguan cemas, gangguan kepribadian, dan schizophrenia.

Kondisi Medis Umum

Ada beberapa penyakit fisik yang dapat memiliki manifestasi klinis serupa gangguan mood, namun bisa dengan mudah dibedakan lewat pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai. Gangguan-gangguan tersebut antara lain tumor otak, delirium, dan ensefalitis. Selain itu, terdapat pula obat atau zat yang bisa menginduksi gejala-gejala gangguan mood, misalnya amfetamin, kokain, dan procarbazine.[1]

Gangguan Cemas

Gangguan cemas bisa mempunyai manifestasi menyerupai gangguan mood, baik berupa hiperaktivitas yang menyerupai gangguan manik ataupun gejala lain yang menyerupai depresi. Namun, cemas bisa dengan mudah dibedakan dari gangguan mood lewat anamnesis yang mendalam terhadap isi pikir pasien.[1]

Penyalahgunaan Zat

Gejala-gejala penyalahgunaan zat bisa menyerupai gejala gangguan mood. Gejala-gejala gangguan mood akan menghilang atau menjadi lebih ringan bila konsumsi obat atau zat dihentikan. Bila setelah konsumsi obat atau zat dihentikan gejala masih berlangsung, maka sangat mungkin hal ini menunjukkan komorbiditas penyalahgunaan zat dengan gangguan mood.[1,2]

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Gejala-gejala hiperaktivitas dan mudah teralih pada pasien dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat menyerupai episode manik. Namun, ADHD bisa dibedakan dari episode manik berdasarkan perjalanan penyakitnya. ADHD adalah kondisi yang terus menerus terjadi, sedangkan manik, khususnya pada gangguan bipolar, bersifat episodik.[1,2]

Gangguan Kepribadian Ambang

Gangguan kepribadian ambang mempunyai gejala mood yang labil, impulsivitas, waham, dan halusinasi. Gejala-gejala ini menyerupai gangguan bipolar, namun pada gangguan bipolar gejala-gejala ini bersifat episodik.[1,2]

Schizophrenia dan Gangguan Skizoafektif

Gejala-gejala gangguan bipolar dan episode depresi yang berat bisa menyerupai schizophrenia atau gangguan skizoafektif. Yang membedakan adalah adanya episode waham atau halusinasi tanpa disertai gejala gangguan mood pada schizophrenia dan gangguan skizoafektif.[1]

Katatonia

Gejala retardasi psikomotor pada katatonia bisa menyerupai depresi berat. Yang membedakan adalah adanya penumpulan afek pada katatonia.[1,3]

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa instrumen bisa digunakan untuk mendeteksi gejala-gejala dan mengevaluasi terapi pada pasien dengan gangguan mood. Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur gejala-gejala depresi adalah Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D), Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS), Patient Health Questionaire-9 (PHQ-9), dan Beck Depression inventory.[1,10]

Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur gejala-gejala manik adalah Young Mania Rating Scale (YMRS).[1]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Immanuel Natanael Tarigan

Referensi

1. Sekhon S, Gupta V. Mood Disorder. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558911/
2. Jain A, Mitra P. Bipolar Affective Disorder. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558998/.
3. APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.) TR (Text revision). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2022.
6. Carvalho AF, Firth J, Vieta E. Bipolar Disorder. N Engl J Med 2020;383:58–66.
7. Maramis MM, Karimah A, Yulianti E, Bessing YF. Screening of Bipolar Disorders and Characteristics of Symptoms in Various Populations in Surabaya, Indonesia. ANIMA Indonesian Psychological Journal 2017;32:90–8. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jpa/article/view/Bipolar%20Disorders%20in%20Surabaya
8. Pramesona BA, Taneepanichskul S. Prevalence and risk factors of depression among Indonesian elderly: A nursing home-based cross-sectional study. Neurology, Psychiatry and Brain Research 2018;30:22–7. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0941950017300751
9. WHO. International Classification of Disease 11 for Mortality and Morbidity Statistic. 2019. https://icd.who.int/browse11/l-m/en
10. Adjao S, Arnold B, Chan J, Dang T, Gaaserud A, Gates S, et al. Adult & Adolescent Depression Screening, Diagnosis, and Treatment Guideline. Washington: Kaiser Permanente; 2018. https://wa.kaiserpermanente.org/static/pdf/public/guidelines/depression.pdf

Epidemiologi Gangguan Mood
Penatalaksanaan Gangguan Mood

Artikel Terkait

  • Hendaya Kognitif pada Gangguan Mood
    Hendaya Kognitif pada Gangguan Mood
  • Suplementasi Vitamin B pada Cemas dan Depresi
    Suplementasi Vitamin B pada Cemas dan Depresi
Diskusi Terkait
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibalas 02 September 2024, 06:29
Mudah marah? Coba perhatikan ini
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
4 Balasan
Kamu mudah marah ? Coba cek.. mungkin banyak emosi negatif yang selama ini kamu pendam. 🙂
Anonymous
Dibalas 12 Januari 2024, 10:54
Gangguan emosi dengan riwayat adenomiosis rahim
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien wanita 37 tahun, mengeluh sulit mengendalikan emosi, sejak 4 bulan terakhir. Dikatakan mudah marah, dan gelisah, sulit tidur malam. Selalu terbangun...
Anonymous
Dibalas 15 November 2022, 09:40
Pasien Hipotimia di Faskes Tingkat Pertama - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr Irwan SpKJ, bila kita menemukan pada pasien dengan hipotimia, sebenarnya kapan ya Dok kita mulai melakukan intervensi? Dan intervensi apa yang bisa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.