Diagnosis Gangguan Mood
Diagnosis gangguan mood perlu dicurigai pada pasien yang menunjukkan gejala iritabilitas, agresi, permusuhan, suasana hati yang sedih atau cemas yang terus-menerus, dengan atau tanpa perubahan nafsu makan atau pola tidur. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis DSM-5 atau ICD-11.[3,9]
Anamnesis
Anamnesis pada pasien dengan gangguan mood yang berat seringkali sulit dilakukan sehingga diperlukan heteroanamnesis. Heteroanamnesis juga diperlukan untuk konfirmasi gejala-gejala dan riwayat gangguan yang pernah dialami. Keluhan utama pasien akan sama dengan mood yang dirasakan oleh pasien, namun dirasakan berlebihan dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari.[1]
Gangguan Bipolar
Untuk pasien dengan gangguan bipolar harus ditanyakan gejala-gejala manik yang meliputi peningkatan mood, yang diikuti gejala peningkatan aktivitas bertujuan, kebesaran, penurunan kebutuhan tidur, mudah beralih, pikiran yang cepat, bicara yang meningkat atau intonasi tinggi, dan perilaku berisiko. Gejala-gejala tersebut harus berlangsung selama minimal 1 minggu atau cukup berat sehingga membutuhkan rawat inap. Selain itu, perlu ditanyakan riwayat episode manik atau depresi sebelumnya. Gejala harus bersifat episodik untuk didiagnosis sebagai gangguan bipolar.[1–3,6]
Siklotimia
Untuk pasien dengan siklotimia, perlu ditanyakan adanya gejala-gejala bipolar seperti di atas, tapi dengan intensitas yang lebih lemah atau adanya riwayat gejala-gejala depresi yang di bawah ambang dan hipomania. Untuk pasien dewasa, gejala-gejala ini telah berlangsung selama setidaknya 2 tahun dan dalam periode itu belum pernah terpenuhi kriteria diagnosis untuk manik atau depresi. Sedangkan untuk anak-anak, gejala-gejala telah berlangsung selama setidaknya 1 tahun.[1,3,6]
Hipomania
Hipomania ditegakkan bila ditemukan gejala-gejala manik dengan intensitas rendah, tanpa adanya gejala psikotik, dan fungsi sehari-hari masih relatif dipertahankan, selama setidaknya 4 hari.[1,3]
Depresi
Untuk pasien dengan kecurigaan depresi berat, maka 5 dari 9 gejala berikut harus ditemukan pada pasien, yaitu mood yang sedih, insomnia, rasa bersalah, penurunan energi, penurunan konsentrasi, penurunan nafsu makan, tidak tertarik melakukan aktivitas yang menyenangkan, peningkatan atau penurunan aktivitas psikomotor, dan pikiran bunuh diri atau menyakiti diri sendiri yang berulang. Hal ini harus berlangsung selama minimal 2 minggu.[1,3,6,9]
Gangguan Disregulasi Mood Disruptif
Pasien dengan gangguan disregulasi mood disruptif umumnya adalah anak dan remaja dengan keluhan ledakan-ledakan kemarahan dan iritabilitas yang tidak sesuai dengan situasinya.[1,3]
Distimia
Pasien dengan distimia atau persistent depressive disorder akan mengeluhkan mood yang depresif tapi tidak cukup berat untuk memenuhi kriteria depresi. Distimia pada dewasa ditegakkan jika telah dialami setidaknya selama 2 tahun dan pada anak-anak dan remaja selama setidaknya 1 tahun.[1,3]
Premenstrual Dysphoric Disorder
Pasien dengan premenstrual dysphoric disorder akan mengeluhkan iritabilitas, kecemasan, depresi, dan emosi yang labil kurang lebih 1 minggu sebelum mulai menstruasi dan membaik setelah siklus mulai.[1,3]
Perhatian Khusus pada Anamnesis Pasien dengan Gangguan Mood
Anamnesis yang lengkap dan eksplorasi riwayat gangguan yang pernah dialami sebelumnya sangat penting untuk penegakan diagnosis pada gangguan mood. Seringkali pasien tidak menyadari episode hipomania, siklotimia, atau distimia yang pernah dialami. Karena itu, klinisi harus melacak gejala-gejala gangguan ini secara menyeluruh dengan autoanamnesis dan heteroanamnesis. Dalam hal ini termasuk usia onset, frekuensi, dan durasi gangguan sebelumnya.
Pada pasien dengan gangguan mood juga perlu ditanyakan riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat perilaku berisiko, riwayat perilaku bunuh diri atau self harm, dan perlu ditentukan risiko bunuh diri saat ini.[1]
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan mood umumnya normal, namun seringkali mereka menunjukkan penampilan dan aktivitas psikomotor yang khas.
Pasien yang mengalami gejala depresi akan menunjukkan penampilan dengan rawat diri yang buruk, kontak mata yang buruk, afek yang tumpul atau datar, penurunan kuantitas pembicaraan, dan reaksi yang lebih lambat.
Pasien dengan gejala-gejala manik akan menunjukkan peningkatan aktivitas psikomotor, iritabilitas, kadang disertai agitasi, pembicaraan yang banyak dan penuh penekanan, reaksi yang lebih cepat, dan sulit untuk diinterupsi.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan mood mencakup berbagai kondisi medis umum seperti delirium dan tumor otak, gangguan cemas, gangguan kepribadian, dan schizophrenia.
Kondisi Medis Umum
Ada beberapa penyakit fisik yang dapat memiliki manifestasi klinis serupa gangguan mood, namun bisa dengan mudah dibedakan lewat pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai. Gangguan-gangguan tersebut antara lain tumor otak, delirium, dan ensefalitis. Selain itu, terdapat pula obat atau zat yang bisa menginduksi gejala-gejala gangguan mood, misalnya amfetamin, kokain, dan procarbazine.[1]
Gangguan Cemas
Gangguan cemas bisa mempunyai manifestasi menyerupai gangguan mood, baik berupa hiperaktivitas yang menyerupai gangguan manik ataupun gejala lain yang menyerupai depresi. Namun, cemas bisa dengan mudah dibedakan dari gangguan mood lewat anamnesis yang mendalam terhadap isi pikir pasien.[1]
Penyalahgunaan Zat
Gejala-gejala penyalahgunaan zat bisa menyerupai gejala gangguan mood. Gejala-gejala gangguan mood akan menghilang atau menjadi lebih ringan bila konsumsi obat atau zat dihentikan. Bila setelah konsumsi obat atau zat dihentikan gejala masih berlangsung, maka sangat mungkin hal ini menunjukkan komorbiditas penyalahgunaan zat dengan gangguan mood.[1,2]
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Gejala-gejala hiperaktivitas dan mudah teralih pada pasien dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat menyerupai episode manik. Namun, ADHD bisa dibedakan dari episode manik berdasarkan perjalanan penyakitnya. ADHD adalah kondisi yang terus menerus terjadi, sedangkan manik, khususnya pada gangguan bipolar, bersifat episodik.[1,2]
Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan kepribadian ambang mempunyai gejala mood yang labil, impulsivitas, waham, dan halusinasi. Gejala-gejala ini menyerupai gangguan bipolar, namun pada gangguan bipolar gejala-gejala ini bersifat episodik.[1,2]
Schizophrenia dan Gangguan Skizoafektif
Gejala-gejala gangguan bipolar dan episode depresi yang berat bisa menyerupai schizophrenia atau gangguan skizoafektif. Yang membedakan adalah adanya episode waham atau halusinasi tanpa disertai gejala gangguan mood pada schizophrenia dan gangguan skizoafektif.[1]
Katatonia
Gejala retardasi psikomotor pada katatonia bisa menyerupai depresi berat. Yang membedakan adalah adanya penumpulan afek pada katatonia.[1,3]
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa instrumen bisa digunakan untuk mendeteksi gejala-gejala dan mengevaluasi terapi pada pasien dengan gangguan mood. Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur gejala-gejala depresi adalah Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D), Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS), Patient Health Questionaire-9 (PHQ-9), dan Beck Depression inventory.[1,10]
Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur gejala-gejala manik adalah Young Mania Rating Scale (YMRS).[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Immanuel Natanael Tarigan