Etiologi Kleptomania
Etiologi kleptomania masih belum sepenuhnya dimengerti. Dari segi psikoanalitik, terdapat teori yang menduga bahwa dorongan tak tertahankan untuk mencuri berkaitan dengan trauma masa kecil dan orang tua yang keras atau lalai dalam pengasuhan. Tindakan mencuri dianggap sebagai simbol dalam merampas kembali kehilangan pada masa kecil.
Terjadinya kleptomania juga diduga berkaitan dengan kelainan neurobiologis. Terdapat laporan kasus kleptomania yang menunjukkan adanya penurunan volume substantia alba pada regio frontal inferior otak. Kondisi ini menyebabkan terganggunya jalur antara area limbik dan area prefrontal otak.
Selain itu, beberapa kasus kleptomania dilaporkan terjadi setelah pasien mengalami trauma kepala atau pada kondisi kelainan saraf seperti epilepsi dan dementia frontotemporal. Penggunaan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine, pada beberapa pasien ternyata juga dapat menimbulkan efek samping gejala kleptomania.[1,4,5,7-9]
Faktor Risiko
Penggunaan obat venlafaxine telah dilaporkan dapat menginduksi kleptomania[11]. Selain itu, pasien kleptomania dengan gangguan bipolar dilaporkan lebih berisiko melakukan perilaku bunuh diri.
Keparahan gejala kleptomania juga ditemukan berkaitan dengan adanya gangguan psikiatri lain, termasuk gangguan obsesif kompulsif dan gangguan cemas.[8,10]