Penatalaksanaan Nightmare Disorder
Penatalaksanaan nightmare disorder atau gangguan mimpi buruk lebih banyak menggunakan cognitive behavioral therapy. Teknik-teknik yang bisa dilakukan mencakup berbagai modifikasi perilaku tidur dan imagery rehearsal therapy (IRT), yang banyak dilaporkan sebagai modalitas yang efektif terhadap nightmare disorder.
Terapi Konservatif
Untuk mimpi buruk yang sporadik (tidak terus menerus terjadi, terutama pada anak-anak), maka disarankan untuk dilakukan terapi konservatif dan reassurance atau meyakinkan penderitanya bahwa itu hanya sebuah mimpi dan tidak nyata.[10]
Untuk mimpi buruk pada anak-anak, orang tua harus mengidentifikasi berbagai stresor yang dialami anak pada waktu terjaga dan mencoba memecahkannya. Jam tidur sebaiknya dijadikan waktu yang nyaman bagi anak. Orang tua dapat membacakan cerita atau mengajak anak berbicara. Orang tua harus memantau paparan anak terhadap media, karena hal ini bisa memengaruhi isi mimpi anak.[10]
Anak sebaiknya tidak menonton televisi dalam 2 jam sebelum tidur. Bila mimpi buruk tetap terjadi, maka anak perlu diajarkan untuk menghiraukan mimpinya dengan melakukan distraksi, mengajak anak bercerita, atau memeluk mainan yang lembut, seperti boneka.[10]
Psikoterapi
Salah satu bentuk psikoterapi yang direkomendasikan dan terbukti efektif untuk nightmare disorder adalah imagery rehearsal therapy (IRT), yang merupakan modifikasi dari cognitive behavioral therapy (CBT). Pada IRT, pasien diminta untuk mengingat kembali mimpinya, kemudian menuliskannya ulang dengan mengubah tema, jalan cerita, bagian akhir, atau bagian mana pun, sehingga menjadi konten yang lebih positif.[8]
Pasien kemudian diminta untuk berulang-ulang membayangkan skenario baru yang telah disusun, terutama sebelum tidur. Waktu yang disarankan adalah 10–20 menit ketika pasien masih dalam kondisi terjaga.[8]
Psikoterapi lain yang bisa diberikan pada pasien yang mengalami nightmare disorder adalah dengan sleep hygiene, stimulus control therapy, lucid dream therapy, dan hipnosis. Metode-metode ini bisa memperbaiki tidur dan mengurangi mimpi buruk.[1]
Untuk mimpi buruk yang berhubungan dengan post-traumatic stress disorder (PTSD), terapi yang bisa diberikan mencakup Exposure, Relaxation, and Rescripting Therapy (ERRT), sleep dynamic therapy, hipnosis, dan Eye-Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR).[8]
Medikamentosa
Obat-obatan golongan benzodiazepine, misalnya alprazolam dan diazepam; serta benzodiazepine receptor agonist, seperti temazepam, estazolam, dan zolpidem juga bisa digunakan, meskipun kurang efektif. Prazosin dilaporkan efektif untuk menangani mimpi buruk yang berhubungan dengan PTSD. Sebuah penelitian baru melaporkan bahwa doxazosin juga efektif digunakan untuk menangani nightmare disorder.[1,9]