Edukasi dan Promosi Kesehatan Nightmare Disorder
Edukasi dan promosi kesehatan tentang nightmare disorder atau gangguan mimpi buruk perlu disampaikan kepada pasien dan keluarganya. Upaya-upaya edukasi dan promosi difokuskan untuk meminimalkan dampak negatif gangguan dan memperbaiki gangguan mental.
Edukasi Pasien
Mimpi buruk yang berulang akan menyebabkan gangguan kesehatan secara umum. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif pada caregiver dan keluarga. Edukasi perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif pada keluarga. Hubungan dalam keluarga bisa memengaruhi pengalaman individu dalam menghadapi mimpi buruk sehingga memperburuk dampaknya, terutama pada anak-anak.[4,9]
Untuk pasien anak-anak, orang tua perlu mendapatkan edukasi bahwa sebagian besar kasus mimpi buruk adalah sporadik dan dipicu oleh pengalaman traumatik di siang hari.
Meskipun tidak semua trauma bisa dihilangkan, tetapi orang tua bisa membuat waktu tidur anak menjadi lebih nyaman dengan membacakan cerita dan mengajak anak bercerita. Dengan demikian, efek trauma bisa diminimalkan. Intervensi konservatif semacam ini bisa membantu mencegah dan mengatasi mimpi buruk pada anak.[10]
Bila anak mengalami mimpi buruk setelah peristiwa traumatik berat atau bila mimpi buruk terjadi lebih dari dua kali seminggu selama beberapa bulan, maka intervensi psikiatri seperti cognitive behavioral therapy mungkin diperlukan.[10]
Edukasi berikutnya yang perlu disampaikan kepada pasien adalah mengenai sleep hygiene dan kebiasaan tidur yang baik. Hal ini akan bisa memperbaiki kualitas tidur dan meminimalkan dampak fisik dari gangguan ini.
Pencegahan
Tidak ada metode pencegahan yang spesifik untuk mencegah timbulnya mimpi buruk. Namun, manajemen perilaku yang baik dan deteksi psikopatologi yang mendasari bisa mencegah pemburukan nightmare disorder. Pada anak-anak, bercerita atau dibacakan cerita sebelum tidur bisa mencegah mimpi buruk akibat peristiwa traumatik sewaktu terjaga.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) telah menyosialisasikan cara meminimalkan dampak stres pada anak dan remaja. Untuk mencegah dampak buruk stres, maka sebaiknya orang tua memberikan tanggapan yang baik dan membantu menyelesaikan masalah, mengajak diskusi, memberi dukungan dan motivasi agar anak percaya diri, menghargai perasaan anak, dan menjadi panutan yang baik.[17]
Pemicu mimpi buruk sering kali adalah stresor atau peristiwa traumatik, sehingga manajemen stres yang baik akan mengurangi risiko timbulnya mimpi buruk. Kemenkes juga telah menyosialisasikan cara mengatasi stres dan mencapai jiwa yang sehat. Cara yang bisa digunakan diantaranya adalah membicarakan keluhan dengan orang yang dapat dipercaya, melakukan kegiatan sesuai minat dan kemampuan, menjaga kesehatan fisik, mengembangkan hobi yang bermanfaat, beribadah, berpikir positif, dan menenangkan diri dengan relaksasi.[18]
Penanganan mimpi buruk yang berulang pada usia dini bisa mencegah gangguan ini berlangsung menjadi kronis dan berlanjut pada usia tua. Penanganan gangguan ini pada masa kanak-kanak dan remaja harus mendapatkan prioritas.[5]