Etiologi Nightmare Disorder
Etiologi nightmare disorder atau gangguan mimpi buruk belum diketahui secara pasti. Namun, diketahui bahwa gangguan ini muncul pada periode tidur rapid eye movement (REM) [1]. Respons emosi terhadap peristiwa-peristiwa traumatik dapat tertekan akibat kegagalan fear extinction. Hal ini dapat menjadi penyebab nightmare disorder.
Faktor Risiko
Kebanyakan orang yang mengalami mimpi buruk tidak mempunyai gangguan psikiatri, tetapi mereka yang mempunyai kondisi psikiatri tertentu lebih rentan untuk mengalami mimpi buruk. Kondisi ini mencakup gangguan skizotipal, gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian schizoid, dan schizophrenia.[1]
Mimpi buruk juga sering dialami oleh pasien-pasien dengan retardasi mental, depresi, gangguan cemas (khususnya pada remaja), dan penyakit sistem saraf pusat.[10]
Pada sebuah penelitian di Inggris, yang sebagian besar subjeknya adalah perempuan, ditemukan bahwa mimpi buruk berhubungan dengan kekhawatiran yang tinggi, depersonalisasi, pengalaman halusinasi, paranoia, dan durasi tidur.[10]
Hal lain yang bisa memicu timbulnya mimpi buruk adalah obat-obatan dan penyalahgunaan zat. Obat yang bisa memicu mimpi buruk adalah levodopa dan beta blockers, seperti atenolol dan bisoprolol. Mimpi buruk juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang menghambat tidur REM, yaitu golongan antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline; monoamine oxidase inhibitor (MAOI), seperti selegiline; selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine dan escitalopram; dan benzodiazepine, seperti diazepam dan alprazolam.
Penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan mimpi buruk.[1,6]
Faktor risiko lain yang bisa memicu gangguan ini adalah deprivasi tidur atau episode tidur yang terfragmentasi, jadwal tidur bangun yang ireguler, dan faktor genetik.[7]
Mimpi buruk juga sering ditemukan pada beberapa pasien dengan kondisi medis, termasuk penyakit jantung koroner, kanker, Parkinson, dan nyeri intensitas berat. Mimpi buruk juga bisa menyertai penanganan gangguan medis, misalnya pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin atau putus zat akibat obat-obatan atau penyalahgunaan zat.[2,7]
Faktor Psikososial
Nightmare disorder sering ditemukan pada anak-anak yang mengalami stresor psikososial akut maupun kronis.[7] Mimpi buruk juga bisa dipicu oleh konflik dan stres psikologis pada siang hari. Mimpi buruk yang dipicu oleh peristiwa traumatik mengindikasikan adanya post-traumatic stress disorder (PTSD).[10]
Adanya kejadian traumatik juga bisa menginduksi mimpi buruk, baik segera maupun beberapa waktu setelahnya. Mimpi buruk yang timbul bisa bertahan sampai bertahun-tahun, seperti yang terjadi pada pasien-pasien dengan PTSD.[1]