Etiologi Pneumonia Aspirasi
Etiologi pneumonia aspirasi bervariasi tergantung pada lokasi terjadinya infeksi, yakni di komunitas atau di rumah sakit. Patogen kausal yang didapat dari komunitas antara lain Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, ataupun Enterobacteriaceae seperti Klebsiella spp., Serratia spp., Proteus spp., Escherichia coli. Selain itu, patogen kausal dari komunitas juga dapat berupa bakteri anaerob seperti Fusobacterium spp., Bacteroides spp., dan Peptostreptococcus spp.[1,2,3,7]
Pada kasus pneumonia aspirasi yang didapat dari rumah sakit (nosokomial), mikroba yang sering ditemukan sebagai patogen kausal adalah bakteri gram negatif (tersering Pseudomonas aeruginosa), terutama pada pasien yang terintubasi.[1,2,3,7]
Faktor Risiko
Sebagian besar pasien pneumonia aspirasi memiliki ≥1 faktor risiko berupa penyakit paru, penyakit neurologi, penyakit otot, penyakit gigi dan mulut, ataupun faktor risiko umum seperti usia.[1,2,5]
Faktor Risiko Umum
Contoh faktor risiko umum adalah usia >60 tahun, riwayat rawat inap lama dalam 90 hari terakhir, merokok, malnutrisi, imobilitas, tirah baring terlalu lama, cara pemberian makanan yang kurang hati-hati pada pasien, ada penggunaan antibiotik dalam 90 hari terakhir, dan kondisi imunosupresi.[1,2,5]
Penyakit Paru
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sekuele tuberkulosis paru, serta sleep apnea syndrome dapat menjadi faktor risiko pneumonia aspirasi.[1,2,5]
Penyakit Neurologi
Penyakit neurologi tertentu seperti stroke, demensia, penyakit Parkinson, penyakit saraf motorik, kejang, multiple sclerosis, cerebral palsy, pseudobulbar palsy, delirium, trauma kepala, dan massa intrakranial dapat menjadi faktor risiko.[1,2,5]
Penurunan kesadaran karena trauma kepala, minum alkohol berlebihan, anestesi total, dan pengaruh obat-obatan (analgesik opiat dan non-opiat, antipsikotik, sedatif, hipnotik, benzodiazepin, antikejang, antihistamin) juga menjadi faktor risiko.[1,2,5]
Penyakit Otot
Penyakit otot seperti sarkopenia, miopati, distrofi muskular, myasthenia gravis, atrofi muskular bulbospinal, dan dermatomiositis merupakan faktor risiko.[1,2,5]
Penyakit Gigi dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut seperti kanker mulut, mulut kering, sialorrhoea, karies gigi, plak gigi, abses gigi, kandidiasis, retensi makanan, dan lidah kotor merupakan faktor risiko pneumonia aspirasi. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk memiliki risiko terjadinya kolonisasi bakteri patogen anaerobik.[1,2,5]
Penyakit Saluran Gastrointestinal Atas
Penyakit gastrointestinal atas contohnya kanker gastro-esofagus, akalasia, esofagiitis eosinofilik, muntah berulang, striktur esofagus ringan, refluks gastro-esofagus, hernia hiatus, gastroparesis, divertikulum esofagus, dan fistula trakeo-esofagus adalah faktor risiko pneumonia aspirasi.[1,2,5]
Penggunaan Obat atau Alat Tertentu
Penggunaan obat-obatan yang menyebabkan mulut kering, contohnya antikolinergik dan antidepresan trisiklik dapat menjadi faktor risiko. Selain itu, instrumentasi saluran pernapasan dan digestif seperti endoskopi gastrointestinal atas, pemasangan pipa nasogastrik, percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG), endotracheal tube (ET), dan nasotracheal tube, serta bronkoskopi dan trakeostomi juga menjadi faktor risiko.[1,2,5]
Faktor Risiko Makroaspirasi pada Anak
Abnormalitas struktural contohnya laryngeal cleft, cleft palate, palsy pita suara, fistula trakeo-esofagus tipe-H, stenosis koana, kelainan kranio-fasial dengan obstruksi saluran pernapasan atas, dan kelainan cincin vaskular merupakan faktor risiko makroaspirasi pada anak. Abnormalitas koordinasi atau kelemahan otot faring/laring seperti palsy serebri, kelemahan neuromuskular, dan palsy bulbar juga merupakan faktor risiko.[1,6]
Selain itu, tidak adanya refleks protektif (maturasi refleks menelan terlambat, ada palsy serebri, sedasi, antikonvulsan sedatif) juga menjadi faktor risiko. Instrumentasi saluran pernapasan juga merupakan faktor risiko, misalnya trakeostomi, nasopharyngeal airway, ET, continuous positive airway pressure atau bilevel positive airway pressure (CPAP/BIPAP).[1,6]
Penulisan pertama oleh: dr. Vania Azalia Gunawan