Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Cegukan general_alomedika 2024-03-13T10:44:01+07:00 2024-03-13T10:44:01+07:00
Cegukan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Cegukan

Oleh :
dr. Audiza Luthffia
Share To Social Media:

Diagnosis cegukan (hiccup) atau singultus ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala yang dialami pasien. Sementara itu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi yang mendasari. Etiologi cegukan perlu dicari karena akan sangat menentukan penatalaksanaan serta prognosis pasien.

Anamnesis

Pasien umumnya langsung menyebutkan cegukan sebagai keluhan utama. Keluhan juga dapat dideskripsikan sebagai keluarnya suara “hik” yang tidak disengaja. Informasi terkait onset, frekuensi, dan durasi cegukan perlu ditanyakan.

Durasi cegukan berperan penting untuk menentukan etiologi. Berdasarkan durasinya, cegukan digolongkan menjadi cegukan akut (jika <48 jam), cegukan persisten (jika >48 jam), dan cegukan intraktabel (jika >1 bulan). Selain itu, adanya keluhan penyerta, faktor pencetus, dan komorbiditas juga dapat membantu menentukan etiologi.[2,4]

Cegukan akut umumnya disebabkan oleh overdistensi lambung, gangguan psikologis, serta konsumsi zat yang bersifat iritatif. Dokter perlu menanyakan apakah pasien makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, tertawa berlebihan, merokok, mengonsumsi alkohol, atau mengalami stres psikologis. Gejala gastroesophageal reflux disease (GERD) harus ditanyakan sebagai salah satu penyebab utama cegukan.[1-4]

Di lain sisi, cegukan persisten dan intraktabel umumnya disebabkan oleh etiologi yang lebih serius. Dokter perlu menanyakan apakah pasien memiliki riwayat trauma kepala, riwayat operasi, riwayat kemoterapi, dan riwayat penggunaan obat-obatan tertentu yang mungkin memicu cegukan. Cegukan persisten dan intraktabel dapat disertai komplikasi berupa insomnia, kesulitan makan dan minum, hingga penurunan berat badan.[1-4]

Pemeriksaan Fisik

Tujuan utama pemeriksaan fisik pada kasus cegukan adalah mengidentifikasi etiologi yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik dimulai dengan mencari etiologi cegukan yang mengancam nyawa, seperti infark miokard, diseksi vaskular, dan akut abdomen. Karena memiliki diagnosis banding yang sangat banyak, selanjutnya diperlukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh mulai dari area kepala dan leher, dada, sistem saraf, serta traktus gastrointestinal.[1-3]

Pemeriksaan kepala-leher harus dilakukan secara seksama untuk mengidentifikasi tanda-tanda yang berkaitan dengan infeksi atau tumor, serta kelainan pada sistem indera. Beberapa kelainan spesifik yang sering ditemukan adalah adanya rambut atau benda asing yang menekan membran timpani, pembesaran kelenjar tiroid atau massa lain pada leher, serta tanda-tanda infeksi pada tonsil, faring, dan laring.[1,4]

Pemeriksaan dada meliputi pemeriksaan paru dan jantung. Inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi paru dapat mengidentifikasi kelainan seperti tumor, pneumonia, asma, atau empyema. Pemeriksaan kardiovaskular juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya aritmia, infark miokard, perikarditis, dan aneurisma aorta. Selanjutnya, pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menilai tanda-tanda obstruksi, infeksi, hernia, serta massa intraabdomen.[1,4]

Pemeriksaan neurologis meliputi penilaian kesadaran, pemeriksaan saraf kranialis, tes tanda rangsang meningeal, serta pemeriksaan fungsi motorik dan sensorik saraf tepi. Dokter mungkin menemukan defisit neurologis fokal, seperti gangguan sensorik dan motorik, parese nervus kranialis, gangguan fungsi luhur, serta tanda meningeal.[1,4]

Diagnosis Banding

Meskipun mudah dikenali, cegukan sering kali memiliki kemiripan gejala dengan batuk atau tersedak. Cegukan sering menjadi gejala dari penyakit lain, sehingga seluruh kondisi yang menyebabkan iritasi pada jaras refleks cegukan perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding. Penyederhanaan diagnosis banding dapat dimulai dengan menanyakan apakah cegukan hanya terjadi saat sadar atau juga saat tidur.[1,4]

Cegukan yang Hanya Terjadi Saat Sadar

Jika cegukan hanya terjadi saat sadar, etiologi mungkin berupa gangguan fungsional, seperti stres psikologis, malingering, distensi lambung, aerofagia, dan GERD. Cegukan akibat GERD juga dapat disertai keluhan sendawa dan rasa tidak nyaman atau panas di ulu hati.[7,9]

Cegukan yang Juga Terjadi Saat Tidur

Jika cegukan juga dialami saat tidur, etiologi mungkin berupa gangguan metabolik dan kelainan struktural, seperti tumor abdomen, lesi mediastinum, serta lesi intrakranial. Saat anamnesis, dokter mungkin menemukan informasi tentang gangguan metabolik, seperti riwayat diabetes mellitus, gagal ginjal, atau konsumsi alkohol. Hal ini juga bisa dibuktikan melalui tes gula darah, elektrolit, dan fungsi ginjal.

Lesi intraabdomen, intratorakal, dan intrakranial dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang, seperti pencitraan, EKG, endoskopi, atau bronkoskopi. Faktor risiko seperti usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, riwayat hipertensi, dan riwayat merokok dapat memperkuat kecurigaan kelainan kardiovaskular, khususnya infark miokard.[3,9,13]

Cegukan Akibat Obat-Obatan

Berbagai obat juga dapat mencetuskan cegukan. Jika cegukan membaik setelah pasien berhenti mengonsumsi obat yang diduga mencetuskan cegukan, maka kemungkinan besar kondisi tersebut termasuk cegukan yang diinduksi obat.

Cegukan Akibat Benda Asing di Telinga

Bila seluruh penyebab di atas sudah disingkirkan, pemeriksaan otoskopi perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya benda asing di dalam telinga yang menekan membran timpani dan memicu cegukan.[1,9]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada cegukan akut. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan untuk menentukan etiologi kasus cegukan persisten dan intraktabel.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan elektrolit, kadar gula darah, dan fungsi ginjal dapat mendeteksi gangguan metabolik yang menyebabkan cegukan, seperti uremia, hiperglikemia, hipokalsemia, dan hiponatremia. Pemeriksaan lipase dan fungsi liver dapat mendeteksi cegukan yang disebabkan oleh hepatitis dan pankreatitis.

Sementara itu, cegukan akibat infeksi dapat ditandai dengan peningkatan leukosit pada pemeriksaan darah lengkap. Urinalisis, tes sputum, dan analisis cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk menentukan fokus infeksi bila perlu.[1-4]

Pencitraan

Pencitraan kepala, toraks, dan abdomen dengan X-ray, CT scan, atau MRI bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau keganasan yang memicu cegukan. CT scan lebih unggul untuk mendeteksi kelainan struktural akibat tumor atau infeksi.

Sementara itu, MRI dapat mendeteksi multiple sclerosis atau gangguan vaskular yang berkaitan dengan jaras refleks cegukan. Pemeriksaan fluoroskopi dapat digunakan untuk menilai pergerakan otot diafragma dan menilai letak lesi pada diafragma sebelum tindakan invasif.[1,2,4]

Pemeriksaan Penunjang Lain

Elektrokardiografi (EKG) bisa dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya infark miokard, perikarditis, atau aritmia. Selain itu, pemeriksaan penunjang lain seperti endoskopi dan bronkoskopi juga dapat dilakukan bila perlu.[2-4]

Referensi

1. Cole JA, Plewa MC. Singultus. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538225/?report=classic
2. Christianty F, Caroline F, Adiwinata R, et al. Evaluasi dan Tatalaksana Singultus. CDK Journal. 2016;43(11).
3. Eisenächer A, Spiske J. Persistent hiccups (singultus) as the presenting symptom of medullary cavernoma. Dtsch Arztebl Int. 2011;108(48):822-826.
4. Wilkes G. Hiccups. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/775746-overview
7. Chang FY, Lu CL. Hiccup: Mystery, Nature and Treatment. J Neurogastroenterol Motil. 2012;18(2);123-130. doi:10.5056/jnm.2012.18.2.123
9. Brañuelas Quiroga J, Urbano García J, Bolaños Guedes J. Hiccups: a common problem with some unusual causes and cures [published correction appears in Br J Gen Pract. 2017 Jan;67(654):13]. Br J Gen Pract. 2016;66(652):584–586. doi:10.3399/bjgp16X687913

Epidemiologi Cegukan
Penatalaksanaan Cegukan
Diskusi Terkait
dr. Novia Mulia Pertiwi
Dibalas 10 Februari 2024, 14:04
Terapi untuk cegukan dan tremor
Oleh: dr. Novia Mulia Pertiwi
8 Balasan
Alo dokter, ijin untuk berdiskusi.Apa pilihan terapi yg paling tepat untuk cegukan terus menerus? Apakah gabapentin sdh tepat?Dan apa pilihan terapi jangka...
Anonymous
Dibalas 19 Januari 2024, 11:33
Rujukan spesialis untuk masalah cegukan selama 2 hari
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Izin bertnya dok.. px usia 42 th cegukan sudah 2 hri.. stau saya obat nya CPZ, smntra d tmpat saya tdak da... Yg saya mau tnya kan tatkalsana slain cpz apa...
dr....
Dibalas 07 Desember 2020, 09:16
Pemberian antipsikotik pada penderita hiccup atau cegukan
Oleh: dr....
2 Balasan
Saya pernah baca di literatur atau jurnal bahwa hiccup bisa diatasi dengan obat antipsikotik sesuai dosis. Apakah ada bahaya atau resiko dalam pemberian...
0570672.pdf

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.