Diagnosis Cegukan
Diagnosis cegukan (hiccup) atau singultus ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala yang dialami pasien. Sementara itu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi yang mendasari. Etiologi cegukan perlu dicari karena akan sangat menentukan penatalaksanaan serta prognosis pasien.
Anamnesis
Pasien umumnya langsung menyebutkan cegukan sebagai keluhan utama. Keluhan juga dapat dideskripsikan sebagai keluarnya suara “hik” yang tidak disengaja. Informasi terkait onset, frekuensi, dan durasi cegukan perlu ditanyakan.
Durasi cegukan berperan penting untuk menentukan etiologi. Berdasarkan durasinya, cegukan digolongkan menjadi cegukan akut (jika <48 jam), cegukan persisten (jika >48 jam), dan cegukan intraktabel (jika >1 bulan). Selain itu, adanya keluhan penyerta, faktor pencetus, dan komorbiditas juga dapat membantu menentukan etiologi.[2,4]
Cegukan akut umumnya disebabkan oleh overdistensi lambung, gangguan psikologis, serta konsumsi zat yang bersifat iritatif. Dokter perlu menanyakan apakah pasien makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, tertawa berlebihan, merokok, mengonsumsi alkohol, atau mengalami stres psikologis. Gejala gastroesophageal reflux disease (GERD) harus ditanyakan sebagai salah satu penyebab utama cegukan.[1-4]
Di lain sisi, cegukan persisten dan intraktabel umumnya disebabkan oleh etiologi yang lebih serius. Dokter perlu menanyakan apakah pasien memiliki riwayat trauma kepala, riwayat operasi, riwayat kemoterapi, dan riwayat penggunaan obat-obatan tertentu yang mungkin memicu cegukan. Cegukan persisten dan intraktabel dapat disertai komplikasi berupa insomnia, kesulitan makan dan minum, hingga penurunan berat badan.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama pemeriksaan fisik pada kasus cegukan adalah mengidentifikasi etiologi yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik dimulai dengan mencari etiologi cegukan yang mengancam nyawa, seperti infark miokard, diseksi vaskular, dan akut abdomen. Karena memiliki diagnosis banding yang sangat banyak, selanjutnya diperlukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh mulai dari area kepala dan leher, dada, sistem saraf, serta traktus gastrointestinal.[1-3]
Pemeriksaan kepala-leher harus dilakukan secara seksama untuk mengidentifikasi tanda-tanda yang berkaitan dengan infeksi atau tumor, serta kelainan pada sistem indera. Beberapa kelainan spesifik yang sering ditemukan adalah adanya rambut atau benda asing yang menekan membran timpani, pembesaran kelenjar tiroid atau massa lain pada leher, serta tanda-tanda infeksi pada tonsil, faring, dan laring.[1,4]
Pemeriksaan dada meliputi pemeriksaan paru dan jantung. Inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi paru dapat mengidentifikasi kelainan seperti tumor, pneumonia, asma, atau empyema. Pemeriksaan kardiovaskular juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya aritmia, infark miokard, perikarditis, dan aneurisma aorta. Selanjutnya, pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menilai tanda-tanda obstruksi, infeksi, hernia, serta massa intraabdomen.[1,4]
Pemeriksaan neurologis meliputi penilaian kesadaran, pemeriksaan saraf kranialis, tes tanda rangsang meningeal, serta pemeriksaan fungsi motorik dan sensorik saraf tepi. Dokter mungkin menemukan defisit neurologis fokal, seperti gangguan sensorik dan motorik, parese nervus kranialis, gangguan fungsi luhur, serta tanda meningeal.[1,4]
Diagnosis Banding
Meskipun mudah dikenali, cegukan sering kali memiliki kemiripan gejala dengan batuk atau tersedak. Cegukan sering menjadi gejala dari penyakit lain, sehingga seluruh kondisi yang menyebabkan iritasi pada jaras refleks cegukan perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding. Penyederhanaan diagnosis banding dapat dimulai dengan menanyakan apakah cegukan hanya terjadi saat sadar atau juga saat tidur.[1,4]
Cegukan yang Hanya Terjadi Saat Sadar
Jika cegukan hanya terjadi saat sadar, etiologi mungkin berupa gangguan fungsional, seperti stres psikologis, malingering, distensi lambung, aerofagia, dan GERD. Cegukan akibat GERD juga dapat disertai keluhan sendawa dan rasa tidak nyaman atau panas di ulu hati.[7,9]
Cegukan yang Juga Terjadi Saat Tidur
Jika cegukan juga dialami saat tidur, etiologi mungkin berupa gangguan metabolik dan kelainan struktural, seperti tumor abdomen, lesi mediastinum, serta lesi intrakranial. Saat anamnesis, dokter mungkin menemukan informasi tentang gangguan metabolik, seperti riwayat diabetes mellitus, gagal ginjal, atau konsumsi alkohol. Hal ini juga bisa dibuktikan melalui tes gula darah, elektrolit, dan fungsi ginjal.
Lesi intraabdomen, intratorakal, dan intrakranial dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang, seperti pencitraan, EKG, endoskopi, atau bronkoskopi. Faktor risiko seperti usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, riwayat hipertensi, dan riwayat merokok dapat memperkuat kecurigaan kelainan kardiovaskular, khususnya infark miokard.[3,9,13]
Cegukan Akibat Obat-Obatan
Berbagai obat juga dapat mencetuskan cegukan. Jika cegukan membaik setelah pasien berhenti mengonsumsi obat yang diduga mencetuskan cegukan, maka kemungkinan besar kondisi tersebut termasuk cegukan yang diinduksi obat.
Cegukan Akibat Benda Asing di Telinga
Bila seluruh penyebab di atas sudah disingkirkan, pemeriksaan otoskopi perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya benda asing di dalam telinga yang menekan membran timpani dan memicu cegukan.[1,9]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada cegukan akut. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan untuk menentukan etiologi kasus cegukan persisten dan intraktabel.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan elektrolit, kadar gula darah, dan fungsi ginjal dapat mendeteksi gangguan metabolik yang menyebabkan cegukan, seperti uremia, hiperglikemia, hipokalsemia, dan hiponatremia. Pemeriksaan lipase dan fungsi liver dapat mendeteksi cegukan yang disebabkan oleh hepatitis dan pankreatitis.
Sementara itu, cegukan akibat infeksi dapat ditandai dengan peningkatan leukosit pada pemeriksaan darah lengkap. Urinalisis, tes sputum, dan analisis cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk menentukan fokus infeksi bila perlu.[1-4]
Pencitraan
Pencitraan kepala, toraks, dan abdomen dengan X-ray, CT scan, atau MRI bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau keganasan yang memicu cegukan. CT scan lebih unggul untuk mendeteksi kelainan struktural akibat tumor atau infeksi.
Sementara itu, MRI dapat mendeteksi multiple sclerosis atau gangguan vaskular yang berkaitan dengan jaras refleks cegukan. Pemeriksaan fluoroskopi dapat digunakan untuk menilai pergerakan otot diafragma dan menilai letak lesi pada diafragma sebelum tindakan invasif.[1,2,4]
Pemeriksaan Penunjang Lain
Elektrokardiografi (EKG) bisa dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya infark miokard, perikarditis, atau aritmia. Selain itu, pemeriksaan penunjang lain seperti endoskopi dan bronkoskopi juga dapat dilakukan bila perlu.[2-4]