Edukasi dan Promosi Kesehatan Cegukan
Edukasi dan promosi kesehatan terkait cegukan (hiccup) atau singultus harus meliputi kemungkinan penyebab cegukan, pemeriksaan lanjutan apa saja yang diperlukan, dan opsi tata laksana apa saja yang tersedia. Dokter juga perlu menjelaskan bahwa agar cegukan bisa hilang, penyakit penyebab yang ada mungkin harus diatasi dahulu.
Edukasi Pasien
Edukasi meliputi penyebab, faktor risiko, pengobatan, dan perjalanan penyakit. Pasien perlu mendapat penjelasan bahwa sebagian besar kasus cegukan bersifat self-limited. Pasien bisa dianjurkan untuk melakukan manuver sederhana, seperti menahan napas, bernapas ke dalam kantong, meminum air dingin, serta merangsang refleks bersin atau refleks muntah.[1,9]
Jika cegukan tidak membaik dengan terapi nonfarmakologis, pasien mungkin perlu ditangani dengan terapi medikamentosa. Dokter perlu menyampaikan efek samping tiap obat yang digunakan, misalnya chlorpromazine yang sering digunakan untuk cegukan. Dokter juga perlu menjelaskan bahwa cegukan dapat menjadi tanda dari penyakit lain yang lebih serius dan pemeriksaan lanjutan mungkin diperlukan.[1,2,14]
Pasien dengan penyakit yang dapat menyebabkan cegukan (seperti gastroesophageal reflux disease dan hernia hiatal) perlu diberitahu bahwa cegukan dapat timbul sebagai gejala kondisi tersebut. Pasien yang akan diberi obat yang mungkin memicu cegukan dan pasien yang akan menjalani tindakan medis seperti kraniotomi, torakotomi, dan laparotomi juga perlu diedukasi tentang kemungkinan terjadinya cegukan.[1,2]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Cegukan dapat dicegah dengan memberikan penanganan yang adekuat terhadap penyakit dasarnya. Selain itu, pasien dapat dianjurkan untuk menghindari makan dalam porsi terlalu besar, menghindari makanan bersuhu ekstrim, menghindari makanan yang pedas, serta menghindari konsumsi alkohol. Kontrol terhadap kecemasan serta stres psikologis juga efektif mencegah cegukan akibat etiologi psikogenik.[1,15]