Epidemiologi Cegukan
Secara epidemiologi, cegukan (hiccup) atau singultus dapat ditemukan pada segala kelompok usia, mulai dari janin dalam kandungan sampai orang berusia lanjut. Setiap individu diperkirakan mengalami cegukan setidaknya sekali dalam hidupnya.[1,10]
Global
Insidensi dan prevalensi cegukan belum dapat dipastikan karena kejadian sering tidak dilaporkan oleh pasien. Sebuah tinjauan retrospektif pada sebuah rumah sakit umum di Amerika Serikat mengidentifikasi bahwa sebanyak 55 dari 100.000 pasien mengalami cegukan dalam setahun. Rentang usianya adalah 9 bulan sampai 80 tahun. Sekitar 48% pasien mengalami episode cegukan <48 jam, sementara 52% lainnya mengalami episode cegukan antara 48 jam sampai 30 hari.[8]
Insidensi cegukan pada pria sama dengan wanita tetapi cegukan yang persisten dan intraktabel lebih sering dialami oleh laki-laki dewasa. Sementara itu, cegukan akibat faktor psikogenik lebih sering ditemukan pada wanita. Insidensi cegukan ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan penyakit Parkinson, keganasan, dan gastroesophageal reflux disease (GERD). Tidak terdapat predileksi pada ras, sosioekonomi, atau kondisi geografis tertentu.[1,4]
Indonesia
Saat ini data epidemiologi cegukan di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Mayoritas kasus cegukan tidak mengancam nyawa dan sangat jarang menyebabkan mortalitas. Namun, cegukan dapat menjadi keluhan utama pada penyakit dengan mortalitas yang tinggi seperti infark miokard dan emboli paru. Mortalitas tidak disebabkan oleh cegukan tetapi oleh etiologi yang mendasarinya.[11-13]