Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Cegukan general_alomedika 2023-05-03T14:24:42+07:00 2023-05-03T14:24:42+07:00
Cegukan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Cegukan

Oleh :
dr. Audiza Luthffia
Share To Social Media:

Patofisiologi cegukan (hiccup) atau singultus adalah kontraksi involunter berulang pada otot diafragma dan otot-otot interkostal, yang diikuti dengan penutupan glotis secara tiba-tiba. Peristiwa tersebut terjadi akibat adanya lesi yang mengiritasi salah satu dari tiga komponen refleks cegukan, yaitu jaras aferen, pusat refleks pada sistem saraf pusat, dan jaras eferen.[1,2]

Komponen Refleks pada Cegukan

Infeksi, keganasan, serta kelainan metabolik dapat menyebabkan iritasi pada salah satu atau lebih komponen refleks dan mencetuskan cegukan. Komponen pertama adalah jaras aferen yang meliputi nervus vagus, nervus frenikus, dan saraf simpatetik yang berasal dari T6–T12.

Kemudian, pusat pengaturan refleks cegukan diperankan oleh beberapa struktur pada midbrain dan batang otak, termasuk medula oblongata, formatio reticularis, nukleus subtalamikus, dan medula spinalis C3–C5. Neurotransmiter sentral seperti gamma aminobutyric acid (GABA), dopamin, serta serotonin berperan dalam pengaturan refleks di sistem saraf pusat.

Komponen terakhir adalah jaras eferen atau komponen motorik, yang terdiri dari nervus frenikus di diafragma, nervus asesorius yang terletak di otot interkostalis, dan nervus laringeus rekuren yang menginervasi glotis.[1-5]

Mekanisme Terjadinya Cegukan

Stimulasi pada komponen aferen akan mengaktivasi jaras refleks cegukan. Saraf motorik akan menyebabkan spasme atau kontraksi otot diafragma. Hal ini umumnya terjadi unilateral. Sekitar 80% kasus spasme ditemukan pada hemidiafragma sinistra.

Selain itu, refleks cegukan juga menyebabkan aktivasi nervus laringeus rekuren yang menstimulasi penutupan glotis, sehingga menimbulkan bunyi “hik” pada saat cegukan. Cegukan umumnya berulang dengan frekuensi yang bervariasi pada setiap individu, yakni sekitar 4–60 kali dalam 1 menit.[1,2,4,6]

Referensi

1. Cole JA, Plewa MC. Singultus. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538225/?report=classic
2. Christianty F, Caroline F, Adiwinata R, et al. Evaluasi dan Tatalaksana Singultus. CDK Journal. 2016;43(11).
3. Eisenächer A, Spiske J. Persistent hiccups (singultus) as the presenting symptom of medullary cavernoma. Dtsch Arztebl Int. 2011;108(48):822-826.
4. Wilkes G. Hiccups. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/775746-overview
5. Nausheen F, Mohsin H, Lakhan SE. Neurotransmitters in hiccups. Springerplus. 2016;17;5(1):1357. doi:10.1186/s40064-016-3034-3
6. Patel N, O’Brien K. Persistent Singultus: Addressing Complexity With Simplicity. ACG Case Rep J. 2015;2(3):150-151. doi:10.14309/crj.2015.37

Pendahuluan Cegukan
Etiologi Cegukan
Diskusi Terkait
dr. Novia Mulia Pertiwi
Dibalas 10 Februari 2024, 14:04
Terapi untuk cegukan dan tremor
Oleh: dr. Novia Mulia Pertiwi
8 Balasan
Alo dokter, ijin untuk berdiskusi.Apa pilihan terapi yg paling tepat untuk cegukan terus menerus? Apakah gabapentin sdh tepat?Dan apa pilihan terapi jangka...
Anonymous
Dibalas 19 Januari 2024, 11:33
Rujukan spesialis untuk masalah cegukan selama 2 hari
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Izin bertnya dok.. px usia 42 th cegukan sudah 2 hri.. stau saya obat nya CPZ, smntra d tmpat saya tdak da... Yg saya mau tnya kan tatkalsana slain cpz apa...
dr....
Dibalas 07 Desember 2020, 09:16
Pemberian antipsikotik pada penderita hiccup atau cegukan
Oleh: dr....
2 Balasan
Saya pernah baca di literatur atau jurnal bahwa hiccup bisa diatasi dengan obat antipsikotik sesuai dosis. Apakah ada bahaya atau resiko dalam pemberian...
0570672.pdf

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.