Penatalaksanaan Cegukan
Penatalaksanaan cegukan (hiccup) atau singultus yang akut (<48 jam) dapat dilakukan secara nonfarmakologis. Namun, cegukan yang persisten (>48 jam) atau intraktabel (>1 bulan) cenderung memiliki etiologi multifaktorial dan memerlukan terapi yang spesifik untuk etiologi yang mendasarinya.
Langkah utama penatalaksanaan cegukan persisten dan intraktabel adalah memastikan apakah pasien mengonsumsi obat-obat yang mencetuskan cegukan dan menyingkirkan kemungkinan cegukan yang terjadi akibat gastroesophageal reflux disease.[1,2]
Manajemen Nonmedikamentosa dan Noninvasif
Terdapat beberapa manuver yang dapat dikerjakan secara mandiri oleh pasien untuk mengurangi cegukan. Manuver tersebut bekerja dengan cara menginduksi hiperkapnia serta menstimulasi nasofaring, glotis, dan nervus vagus.
Inspirasi supramaksimal dengan menahan napas selama 20 detik bisa menghentikan cegukan dengan cara menginduksi hiperkapnia, menciptakan tekanan positif pada jalan napas, serta mengimobilisasi diafragma. Bernapas dalam kantong kertas juga dapat mengurangi frekuensi cegukan dengan cara meningkatkan tekanan CO2.
Stimulasi nasofaring, glotis, dan nervus vagus juga dapat dilakukan dengan minum air dingin dan larutan gula, menelan ludah, menarik lidah, menggigit lemon, atau memijat bola mata. Selain itu, hal ini juga bisa dilakukan dengan cara merangsang muntah atau merangsang bersin dengan menghirup bahan pemicu seperti merica.[1,2,7,9]
Jika pasien berada di fasilitas kesehatan, manuver valsava atau pemijatan daerah anus (digital rectal massage) bisa dilakukan. Jika kedua manuver tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemijatan karotis bila tidak ada kontraindikasi. Pemasangan pipa nasogastrik untuk menstimulasi nasofaring dan bilas lambung untuk mengurangi iritasi akibat asam lambung juga dapat dipertimbangkan bila perlu.[2,7,9]
Medikamentosa
Terapi farmakologi meliputi terapi spesifik untuk etiologi cegukan dan terapi simtomatik. Karena etiologi spesifik sulit ditentukan pada mayoritas kasus, terapi simtomatik lebih sering diberikan sebagai langkah awal untuk memberikan kenyamanan pada pasien. Obat-obatan yang digunakan perlu memiliki efek terhadap neurotransmitter sentral dan perifer yang berperan dalam refleks cegukan.[1,2]
Chlorpromazine
Chlorpromazine merupakan obat golongan antipsikotik yang direkomendasikan oleh FDA sebagai terapi simtomatik cegukan. Chlorpromazine memiliki sifat antagonis terhadap reseptor berbagai neurotransmitter sentral dan perifer. Namun, karena obat ini memiliki efek yang luas terhadap banyak neurotransmitter, maka efek samping yang ditimbulkan juga cukup signifikan. Contoh efek sampingnya adalah hipotensi, delirium, rasa kantuk, serta gangguan gerak.
Chlorpromazine dapat diberikan melalui jalur intravena dan intramuskular dengan dosis 100 mg yang terbagi dalam 4 kali pemberian. Obat ini juga mungkin diberikan secara peroral dengan dosis 25–50 mg tiga kali sehari.
Haloperidol
Obat antipsikotik lain seperti haloperidol dapat diberikan sebagai alternatif dengan efek samping yang dapat ditoleransi lebih baik. Haloperidol dapat diberikan dengan dosis 0,5 mg sebelum tidur.[1-3,14]
Metoklopramid
Metoklopramid dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua pada cegukan persisten dan intraktabel dengan etiologi yang belum pasti. Metoklopramid memiliki efek antagonis terhadap dopamin dan memperbaiki motilitas gaster, sehingga dapat mengurangi distensi.
Baclofen
Baclofen juga bisa dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua pada cegukan persisten dan intraktabel dengan etiologi yang belum pasti. Sebagai derivat gamma aminobutyric acid (GABA) yang dapat menghambat eksitasi neuron sekaligus menginduksi relaksasi otot, obat ini bermanfaat untuk cegukan intraktabel pada pasien stroke.
Gabapentin
Gabapentin merupakan obat pilihan dalam nyeri neuropatik. Dalam mengatasi cegukan, gabapentin sebagai penghambat kanal kalsium dapat menurunkan pelepasan beberapa neurotransmiter yang memodulasi aktivitas diafragma. Obat ini menjadi pilihan pada pasien yang mengalami cegukan akibat keganasan atau kemoterapi.[1,2]
Obat Lainnya
Obat-obat lain yang berfungsi mengurangi distensi lambung seperti simetikon dan obat prokinetik juga bermanfaat untuk mengatasi cegukan. Pada cegukan yang berkaitan dengan GERD, obat-obatan golongan proton-pump inhibitor, antasida, dan antihistamin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama.[1,2]
Tindakan Invasif
Pada kasus cegukan yang refrakter terhadap terapi medikamentosa, beberapa tindakan invasif dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penatalaksanaan. Beberapa tindakan invasif yang berpotensi meringankan cegukan adalah ventilasi tekanan positif dengan intubasi, blokade atau ablasi nervus frenikus, dan reseksi parsial nervus frenikus. Namun, efektivitas tindakan invasif sebagai penatalaksanaan cegukan masih perlu diteliti lebih lanjut.[1,3,7]