Diagnosis Deviasi Septum Nasal
Penegakkan diagnosis deviasi septum nasal didapatkan secara klinis dengan rhinoskopi anterior maupun endoskopi lewat visualisasi septum nasal yang deviasi. Pasien dapat datang tanpa keluhan atau mengeluh hidung tersumbat, gangguan tampilan hidung, atau mengorok. Selain itu, deviasi septum nasal yang berat dapat menyebabkan gangguan klinis yang kronis, seperti rhinosinusitis kronis.[6]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien dengan deviasi septum nasal umumnya mengeluhkan hidung tersumbat, bentuk hidung yang kurang estetik, atau mengorok. Akan tetapi, pasien juga dapat datang dengan asimtomatis.
Pasien sering kali mengeluhkan gejala obstruksi hidung unilateral atau bilateral yang tidak berkurang dengan dekongestan atau kortikosteroid topikal. Hal ini terjadi karena pada sisi hidung yang mengalami deviasi terdapat konka yang hipotrofi, sementara pada sisi kontralateral konka hipertrofi sebagai mekanisme kompensasi.
Pasien juga dapat mengalami gejala sinusitis, rhinitis alergi, dan obstructive sleep apnea. Keluhan lain yaitu rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Penciuman juga dapat terganggu apabila deviasi septum terjadi di bagian atas.[7,9]
Perlu pula ditanyakan mengenai riwayat operasi hidung atau trauma hidung. Riwayat operasi hidung dapat mengindikasikan terbentuknya jaringan parut mukoperikondrial dan kartilago septum yang direseksi. Selain itu, pastikan riwayat rhinitis alergi, penyalahgunaan kokain, dan rhinitis medikamentosa.[7]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hidung awal, deviasi dorsal eksternal mungkin dapat tervisualisasi jelas. Pada kolumela dan caudal septum juga dapat ditemukan deviasi.
Sebelum melakukan pemeriksaan hidung, ada baiknya pasien diberi dekongestan dengan semprot hidung yang mengandung vasokonstriktor dan anestesi lokal menggunakan lidokain semprot, agar visualisasi dan pemeriksaan lebih mudah.[7]
Deviasi septum yang berat umumnya sudah dapat terlihat melalui inspeksi langsung pada batang hidung. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, dapat ditemukan adanya penonjolan septum ke arah deviasi. Akan tetapi, pada deviasi yang ringan, hasil pemeriksaan dapat normal.
Pemeriksaan terhadap dinding lateral hidung juga diperlukan untuk menentukan besarnya konka dan mengevaluasi struktur di sekitar septum.[8,9]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis deviasi septum nasal jarang membutuhkan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk memastikan penyebab dan untuk evaluasi preoperatif.
CT Scan
Pemeriksaan CT scan dilakukan jika dicurigai adanya patologi lain yang terjadi bersamaan dengan deviasi septum; untuk menilai sinus paranasal; atau mengevaluasi trauma kepala atau wajah. Deviasi septum mudah terlihat pada CT scan, namun pemeriksaan ini tidak disarankan pada pasien yang tidak memiliki indikasi.[7]
Gambar 1. Gambaran CT Scan Deviasi Septum Nasal. Sumber: Openi, 2015.
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli