Etiologi Deviasi Septum Nasal
Etiologi deviasi septum nasal yang paling sering adalah trauma berdampak pada gangguan struktur kartilago pembentuk septum nasal, seperti fraktur os nasal. Selain itu, deviasi septum nasal juga dapat disebabkan oleh gangguan perkembangan.
Gangguan Perkembangan
Deviasi septum dapat terjadi akibat gangguan perkembangan. Pasien yang kartilago septumnya telah rusak pada periode neonatal dan selama kelahiran dapat mengalami deviasi septum berat tanpa adanya riwayat trauma hidung.
Adanya mikrofraktur selama akhir masa intrauterin dan selama kelahiran dapat menyebabkan kelemahan pada sisi tulang rawan yang rusak, sehingga terjadi pembengkokan asimetris kartilago ke arah sisi cedera.[7]
Selain itu terdapat adanya teori birth moulding, dimana posisi intrauterin yang abnormal dapat menyebabkan adanya tekanan pada hidung dan rahang atas. Hal ini menyebabkan pergeseran pada septum nasi. Tekanan torsi pada hidung saat persalinan juga dapat menambah trauma pada septum.[8,9]
Penyebab deviasi septum nasal lain adalah adanya ketidakseimbangan pertumbuhan. Pada keadaan ini terjadi karena tulang rawan septum nasal tetap bertumbuh walaupun batas superior dan inferior telah menetap. Selain itu, dapat pula terjadi perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum, sehingga menyebabkan terjadinya deviasi septum.[1,9]
Trauma
Deviasi septum akibat trauma dapat terjadi pada masa kanak–kanak atau dewasa. Trauma pada anak dapat menyebabkan masalah obstruksi hidung yang berat saat dewasa, karena derajat deviasi septum apapun dapat menyebabkan masalah yang memberat seiring waktu.
Deviasi septum nasal dapat terjadi akibat olahraga dengan kontak langsung, misalnya seni bela diri, serta akibat kecelakaan kendaraan bermotor.[7]
Bergantung pada arah dan kekuatan cedera hidung, tulang rawan septum dapat mengalami fraktur secara horizontal atau vertikal, dengan garis fraktur tunggal atau multipel, dan dapat disertai kerusakan tulang hidung atau pada lempeng tegak lurus ethmoid.
Selain itu, septum tulang rawan dapat mengalami subluksasi dari sulkus vomeral. Umumnya, persimpangan antara tulang dan tulang rawan septum merupakan daerah deviasi terbesar akibat trauma.[7,8,10]
Faktor Risiko
Faktor risiko deviasi septum nasal antara lain adalah atlet yang melakukan olahraga kontak, seperti tinju dan karate. Selain itu, bayi makrosomia misalnya yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional, juga berisiko untuk mengalami deviasi septum nasal kongenital, karena partus lama.[1,7–9]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli