Prognosis Deviasi Septum Nasal
Prognosis deviasi septum nasal bergantung pada derajat deviasi dan pada keadaan kronik dapat menjadi rhinosinusitis kronik dan obstructive sleep apnea (OSA).
Komplikasi
Jika deviasi septum nasal terjadi dalam derajat berat dan kronik, dapat timbul gangguan hidung yang kronik seperti sinusitis dan obstructive sleep apnea. Komplikasi juga bisa terjadi akibat tindakan operatif yang dilakukan, misalnya hematoma, infeksi, dan perforasi septum.[6,7]
Hematoma
Hematoma merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi perlu intervensi cepat jika terjadi. Akumulasi darah antara tulang rawan dan mukoperikondrium dapat mengganggu suplai darah. Tulang rawan avaskular dapat bertahan hingga 3 hari, tetapi setelah itu kondrosit akan mati dan tulang rawan akan diabsorpsi, sehingga dapat terjadi perforasi septum.
Tanda dan gejala hematoma pasca operasi meliputi nyeri hebat, pembengkakan, hematoma pada bibir atas dan area filtrum, serta obstruksi jalan napas nasal total.[7]
Infeksi
Adanya hematoma septum dapat menimbulkan infeksi yang mempercepat resorpsi kartilago septum. Drainase dan antibiotik dapat meminimalkan risiko infeksi. Gejala infeksi meliputi demam pasca operasi, mual, diare, eritroderma, dan hipotensi.
Pasien dapat diberikan salep bacitracin untuk mengurangi pertumbuhan Staphylococcus aureus yang sering menjadi etiologi. [7]
Kebocoran Cairan Serebrospinal
Kebocoran cairan serebrospinal jarang terjadi, tetapi berpotensi sangat serius. Hal ini biasanya merupakan hasil dari avulsi. Tata laksana dilakukan sesuai klinis, seperti tirah baring dan evaluasi hemodinamik.
Resolusi spontan biasanya terjadi. Pasien perlu waspada terhadap tanda dan gejala meningitis, yang meliputi nyeri kepala, fotofobia, kaku kuduk, dan demam.[7]
Obstruksi Hidung
Obstruksi persisten setelah resolusi edema pasca operasi dapat terjadi karena deviasi residual yang tidak diperbaiki pada saat operasi. Selain itu, sinekia dapat terbentuk antara septum dan turbinat di lokasi cedera mukosa.[7]
Perforasi Septum
Perforasi septum adalah komplikasi yang biasanya ditemukan pada periode pasca operasi jangka panjang. Pasien dapat mengeluhkan krusta, epistaksis, dan wheezing. Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan rhinoskopi anterior, dan defek dapat diperbaiki dengan flap mukosa jika kurang dari 1,5 cm.[7]
Gangguan Penghidu
Anosmia merupakan komplikasi yang sangat jarang dan biasanya bersifat sementara. Adanya akumulasi cairan serosa ataupun darah di bawah flap mukoperikondrial dapat menghambat aliran udara ke daerah penciuman, sehingga menyebabkan gejala berkurangnya penciuman.[7]
Prognosis
Deviasi septum yang ringan dan jarang menimbulkan keluhan, kadangkala hanya memerlukan watchful waiting dan memiliki prognosis yang baik. Sementara itu, pada deviasi septum yang berat akan timbul gejala seperti hidung tersumbat, gangguan estetik, dan mengorok, yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien.
Deviasi septum nasal yang simtomatik lebih disarankan untuk menjalankan tindakan koreksi secara operatif. Studi yang ada melaporkan bahwa tingkat kepuasan pasien dan perbaikan klinis setelah septoplasti cukup tinggi, dengan tingkat keberhasilan sekitar 70%.[14,15,18,21]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli