Penatalaksanaan Deviasi Septum Nasal
Penatalaksanaan deviasi septum nasal dapat dilakukan secara konservatif maupun operatif seperti septoplasti. Apabila asimtomatis atau keluhan sangat ringan, tindakan koreksi septum tidak perlu dilakukan.
Medikamentosa
Pemberian obat–obatan pada deviasi septum nasal bersifat suportif atau simptomatik. Analgesik dapat diberikan untuk mengurangi keluhan nyeri. Dekongestan, seperti pseudoefedrin, dapat dipertimbangkan bila didapatkan adanya kongesti atau edema pada mukosa nasal.
Akan tetapi, penggunaannya harus dihindari apabila pasien direncanakan menjalankan operasi seperti septoplasti untuk meminimalisir perdarahan. Selain itu, durasi maksimal pemberian dekongestan adalah 7 hari untuk menghindari rebound phenomenon.[6,7,20,22]
Apabila terdapat penyakit penyerta lain, seperti sinusitis dan rhinitis alergi, tata laksana dilakukan sesuai indikasi dan pedoman klinis penyakit penyerta tersebut. Kortikosteroid intranasal juga dapat dipertimbangkan bila didapatkan adanya rhinosinusitis kronis.[6,7,20,22]
Penggunaan kortikosteroid intranasal dengan indikasi obstruksi nasal saja sebaiknya dihindari, karena dinilai kurang benefisial dan tidak memberikan efek terapeutik yang signifikan dibandingkan plasebo.[6,7,21]
Terapi Bedah
Terapi pembedahan pada deviasi septum nasal dapat berupa septoplasti maupun reseksi submukosa.
Septoplasti
Septoplasti adalah tindakan operasi pilihan pada deviasi septum nasal yang dapat juga dikombinasi dengan rhinoplasti. Septoplasti dapat dilakukan apabila terjadi dislokasi pada bagian kaudal dari kartilago septum. Septoplasti bertujuan untuk memperbaiki atau mereposisi kartilago pada deviasi septum. Operasi ini juga dapat dikerjakan bersamaan dengan reseksi septum bagian tengah atau posterior.[7]
Pada pasien deviasi septum akibat riwayat trauma baru (<7 hari), tulang hidung dan septum yang mengalami deviasi dapat dikoreksi dengan realignment dan anestesi lokal. Jika deviasi septum tidak dapat diperbaiki dengan cara ini atau jika deformitas septum berlangsung lama, maka direkomendasikan untuk melakukan septoplasti.
Septoplasti dapat dilakukan dengan anestesi lokal atau umum. Sebelum memulai operasi, pasien perlu diinformasikan mengenai risiko dan manfaat prosedur ini. Risiko pascaoperasi yang dapat terjadi antara lain epistaksis, hematoma septal, infeksi sinus, obstruksi jalan napas, perforasi septum, deformitas saddle–nose, toxic shock syndrome (TSS), kebocoran cairan serebrospinal, dan dibutuhkannya prosedur revisi kembali.[7]
Pasca operasi, pasien harus mengangkat kepala selama 24–48 jam pertama. Antibiotik biasanya tidak diperlukan, kecuali jika balutan hidung dibiarkan lebih dari 24 jam. Umumnya pasca operasi tidak ada keluhan rasa tidak nyaman yang signifikan. Akan tetapi, analgetik dapat diberikan jika perlu.[2,3]
Sebuah studi randomisasi oleh Klinger et al. menunjukkan bahwa asam hialuronat mempercepat pemulihan mukosa hidung setelah septoplasti.[12]
Reseksi Submukosa
Pada reseksi submukosa, mukoperikondrium dan mukoperiosteum kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang rawan dari septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah.
Reseksi submukosa dapat menyebabkan komplikasi seperti saddle nose karena bagian atas tulang rawan septum diangkat terlalu banyak. Tindakan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada anak karena dapat mempengaruhi pertumbuhan wajah dan menyebabkan runtuhnya dorsum nasi.[7,13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli