Diagnosis Furunkel Hidung
Diagnosis furunkel hidung dapat ditegakkan secara klinis, yaitu berdasarkan keluhan bengkak pada vestibulum hidung yang terasa nyeri. Pemeriksaan fisik furunkel hidung derajat ringan mungkin hanya menunjukkan adanya nodul eritema yang membesar, sedangkan pada infeksi lebih berat mungkin dapat disertai gejala sistemik, misalnya demam, limfadenopati, dan fatigue.
Anamnesis
Keluhan yang dialami pasien dengan furunkel hidung adalah benjolan atau bisul di dalam cavum nasi, terasa nyeri, tidak nyaman, dengan atau tanpa keluarnya nanah. Secara umum, penderita akan mendeskripsikan benjolan tersebut berwarna merah, menyerupai jerawat, dan ukurannya bertambah besar.
Pada furunkel hidung yang ringan, gejala mungkin hanya terbatas di vestibulum hidung saja. Namun, pada derajat yang lebih berat furunkel hidung dapat menyebabkan munculnya gejala sistemik, seperti demam, limfadenopati, fatigue, malaise,
Perlu juga ditanyakan kepada pasien terkait faktor risiko yang mungkin berperan dalam terjadinya furunkel, yakni kondisi imunodefisiensi, misalnya pada penderita human immunodeficiency virus (HIV), riwayat diabetes, kanker, atau penyakit infeksi kronis lainnya. Kebiasaan mengorek atau menggaruk hidung, mencabut bulu hidung, serta kurang menjaga higienitas diri juga perlu digali.[2,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis furunkel hidung dilakukan dengan pemeriksaan fisik hidung. Dokter dapat melakukan inspeksi, serta menggunakan spekulum hidung sebagai alat bantu pemeriksaan rinoskopi anterior. Pada pemeriksaan fisik furunkel hidung dapat ditemukan tanda-tanda kardinal infeksi, yaitu calor, rubor, dolor, tumor, fan fluor.
Selain pemeriksaan fisik hidung, dokter juga sebaiknya tetap melakukan pemeriksaan fisik generalisata, misalnya tanda-tanda vital. Temuan pemeriksaan fisik berupa demam, hipotensi, dan takikardia dapat menandakan terjadinya infeksi yang lebih berat.[8,11,13]
Pemeriksaan Fisik Hidung
Pertama-tama dilakukan inspeksi pada bagian luar hidung apakah tampak adanya pembengkakan, kemerahan atau benjolan di sekitar kulit vestibulum. Pada ujung hidung, dapat terlihat eritema dan edema unilateral, disertai nyeri tekan, yang dikenal sebagai tanda Rudolph. Jika furunkel letaknya lebih dalam, maka diperlukan bantuan spekulum untuk melihat ke dalam cavum nasi.[4,8,11]
Rinoskopi Anterior:
Pemeriksaan rinoskopi anterior membutuhkan alat bantu yakni spekulum hidung. Spekulum dimasukkan secara perlahan ke dalam lubang hidung. Perhatikan area vestibulum, jika terdapat furunkel maka akan tampak nodul eritematosa, nyeri, berbentuk kerucut, yang di tengahnya terdapat pus. Terkadang, dapat juga tampak krusta jika furunkel telah pecah.
Apabila terdapat lebih dari satu furunkel, maka disebut furunkulosis. Apabila sekumpulan furunkel membentuk satu benjolan besar, maka disebut sebagai karbunkel.
Furunkel yang meluas dapat mengakibatkan terjadinya selulitis yang ditandai dengan pembengkakan hidung pada puncak hingga batang hidung, kemerahan, dan sangat nyeri. Jika penyebaran terjadi secara superfisial, maka disebut sebagai erisipelas.[3,8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding furunkel hidung, antara lain folikulitis, karbunkel, daan hidradenitis supurativa. Ketiga penyakit ini memiliki manifestasi lesi kulit yang sekilas serupa dengan furunkel hidung, tetapi dapat dibedakan berdasarkan temuan pemeriksaan fisik, misalnya predileksi lesi, serta gejala penyerta lain.
Folikulitis
Folikulitis adalah inflamasi dan infeksi pada folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Tampakan klinis secara umum sangat menyerupai furunkel yakni pustul dan kemerahan. Namun, folikulitis biasanya jarang muncul di hidung dan lebih sering didapatkan pada area yang sering terpapar keringat.[1,14]
Karbunkel
Karbunkel adalah sekumpulan furunkel yang bergabung menjadi sebuah masa inflamatorik. Apabila karbunkel berukuran besar, maka dapat dengan mudah dibedakan dengan furunkel.
Karbunkel biasanya mengeluarkan nanah melalui beberapa lubang dari permukaan kulit. Karbunkel sering terjadi terutama pada penderita diabetes mellitus. Penatalaksanaan pada karbunkel sering kali membutuhkan pembedahan, berupa insisi dan drainase.[1,2]
Hidradenitis Suppurativa
Lesi kulit pada hidradenitis suppurativa tahap awal dan furunkel dapat tampak serupa, yaitu adanya nodul. Namun, nodul pada hidradenitis suppurativa letaknya lebih dalam, dan jika pecah dapat meninggalkan bekas pada subkutan.
Selain itu, hidradenitis suppurativa biasanya didahului gejala prodromal, seperti rasa panas, pruritus, nyeri, dan hiperhidrosis pada area yang terinfeksi 12–48 jam sebelum lesi muncul. Lokasi tersering untuk lesi hidradenitis suppurativa adalah pada ketiak, diikuti dengan inguinal, paha bagian dalam, lipatan payudara, dan area pubis.[15]
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya, diagnosis furunkel hidung ditegakkan berdasarkan klinis pasien saja. Namun, jika dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya hitung darah lengkap, dapat terlihat leukositosis pada furunkulosis berat.
Pada pemeriksaan histopatologis, dapat terlihat infiltrat polimorfonuklear di dermis dan lemak subkutis. Jika dilakukan pewarnaan gram dari pus pada lesi furunkel, dapat terlihat kumpulan bakteri kokus gram positif, dan pada kultur mungkin ditemukan S. aureus.[5]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra