Etiologi Furunkel Hidung
Etiologi furunkel hidung paling sering adalah infeksi Staphylococcus aureus atau S. aureus pada folikel rambut dalam vestibulum hidung. Selain S. aureus, furunkel hidung juga dapat disebabkan oleh bakteri flora normal lainnya.
Flora normal yang dapat ditemukan pada hidung dan sinus paranasal adalah S.aureus, S.epidermidis, Haemophilus influenzae, Corynebacterium sp, Micrococcus sp, Streptococcus pneumoniae dan S. viridans, serta Propionibacterium acne.
Pada keadaan normal, S. aureus banyak ditemukan pada kulit yang utuh, terutama pada daerah lipatan, misalnya inguinal, aksila, gluteus, dan leher. S. aureus juga dapat disebarkan ke bagian tubuh lainnya akibat menggaruk. Ketika lapisan kulit mengalami kerusakan, bakteri dapat menginokulasi folikel rambut. Setelah terjadi inokulasi, bakteri dapat berproliferasi dan menyebabkan, folikulitis, furunkel, atau karbunkel.[1,2,10]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya furunkel pada hidung adalah kondisi imunodefisiensi atau adanya riwayat penyakit, seperti diabetes mellitus, kanker, dan penyakit infeksi kronis. Faktor risiko lain adalah malnutrisi, obesitas, penggunaan antibiotik jangka panjang, penggunaan steroid intranasal, dan buruknya kebersihan diri.
Pasien dengan riwayat seperti di atas cenderung memiliki kolonisasi S.aureus yang lebih tinggi, yaitu mencapai 80%. Populasi tertentu, seperti tenaga kesehatan, juga merupakan populasi yang rentan mengalami kolonisasi S. aureus di nares anterior.
Selain itu, furunkel hidung juga erat kaitannya dengan kebiasaan seseorang yang sering menggaruk atau mengorek hidung, terutama pada penderita rhinitis alergi. Sering mencabut bulu hidung, terlalu sering membersihkan hidung, tindik hidung, dan merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya furunkel.[2,11]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra