Edukasi dan Promosi Kesehatan Furunkel Hidung
Edukasi dan promosi kesehatan yang diberikan pada pasien dengan furunkel hidung bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, misalnya dengan melakukan kompres hangat, Edukasi juga berguna untuk mencegah kekambuhan, misalnya dengan menjaga higienitas diri dan mengenali faktor-faktor risiko timbulnya furunkel hidung.
Edukasi Pasien
Bagi pasien dengan furunkel hidung derajat ringan, dapat diedukasi untuk melakukan kompres hangat. Kompres dilakukan menggunakan kain yang bersih atau kassa, yang dicelupkan ke dalam air hangat. Lama kompres adalah 10–15 menit, sebanyak 3–4 kali sehari sampai pus keluar dari furunkel. Pastikan untuk mengganti kompres jika kompres sudah tampak menyerap nanah.
Pasien juga perlu diperingatkan untuk tidak memecahkan furunkel sendiri, sebab berpotensi menyebarkan infeksi. Pasien juga harus menjaga kebersihan diri, dan menghindari kebiasaan menggaruk atau mengorek hidung, serta mencabut bulu hidung.
Jika furunkel telah pecah, luka bekas furunkel perlu dijaga kebersihannya. Oleskan salep antibiotik secukupnya, dan usahakan agar luka tetap kering. Jika menggunakan antibiotik per oral, misalnya cephalexin atau doxycycline, maka perlu dihabiskan sesuai dosis dan durasi yang dianjurkan oleh dokter.[2,17,18]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Furunkel hidung rekuren dapat dicegah dengan mengurangi kolonisasi Staphylococcus aureus (S. aureus), misalnya dengan sabun chlorhexidine atau mengoleskan salep mupirocin intranasal. Selain itu, faktor risiko terjadinya furunkel hidung, misalnya obesitas dan diabetes mellitus, juga perlu diidentifikasi dan di tata laksana dengan adekuat.
Mengurangi Kolonisasi Staphylococcus aureus
Membersihkan kulit menggunakan sabun cair antimikroba, seperti chlorhexidine 4%, dapat mengurangi jumlah S. aureus di kulit. Selain itu, pemakaian salep mupirocin 2% intranasal selama 5 hari dapat mengurangi kolonisasi S. aureus.
Penggunaan antibiotik oral, seperti rifampisin 600 mg per oral setiap hari selama 10 hari terbukti efektif dalam memberantas S. aureus pada karier hidung untuk periode 12 minggu. Penambahan antibiotik kedua dapat digunakan untuk mengurangi resistensi rifampisin, di antaranya trimethoprim-sulfamethoxazole, ciprofloxacin, atau minocycline.[2,5]
Identifikasi Faktor Risiko
Untuk mencegah rekurensi, pasien perlu mengenali faktor-faktor risiko furunkel hidung. Beberapa faktor risiko, antara lain obesitas, malnutrisi, higienitas diri yang tidak baik, serta kondisi medis, seperti diabetes mellitus, atau keadaan immunocompromised, misalnya pasien human immunodeficiency virus (HIV).
Memelihara higienitas diri, menurunkan berat badan, mengontrol gula darah, mengonsumsi diet gizi seimbang, dan tata laksana gangguan sistem imun atau penyakit kronis secara adekuat perlu dilakukan agar furunkel hidung tidak berulang.[2,5]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra