Penatalaksanaan Furunkel Hidung
Penatalaksanaan furunkel hidung derajat ringan dilakukan dengan kompres hangat, dan bila perlu antibiotik topikal, seperti mupirocin. Pemberian antibiotik sistemik dilakukan jika pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotik topikal, atau jika terjadi selulitis maupun abses. Bila terapi dengan antibiotik gagal, dapat juga dilakukan tindakan drainase.
Medikamentosa
Obat-obatan yang digunakan dalam tata laksana furunkel hidup dapat berupa salep antibiotik, misalnya mupirocin atau clindamycin. Selain itu, antibiotik oral, seperti cephalexin atau dicloxacillin, dapat digunakan pada lesi yang lebih dari 5 cm, furunkel multipel, atau jika disertai demam.
Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal yang dapat digunakan antara lain bacitracin, clindamycin, asam fusidat dan mupirocin. Penggunaan antibiotik topikal disarankan sebanyak 2 kali sehari, dioleskan pada nares anterior.[2,5]
Antibiotik Oral
Antibiotik oral hanya digunakan jika furunkel hidung cukup berat hingga menimbulkan gejala sistemik seperti demam, atau jika pasien berusia lanjut dan memiliki penyakit penyerta seperti kondisi imunodefisiensi. Selain itu indikasi pemberian antibiotik oral, antara lain furunkel lebih besar dari 5 cm, furunkel multipel, atau pada lokasi yang sulit untuk dilakukan drainase.
Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah penicillinase-resistant penicillin, misalnya dicloxacillin, atau cephalosporin generasi pertama cephalexin dan cefadroxil. Dosis antibiotik oral adalah 1–2 gram/hari, sesuai tingkat keparahan kasus.
Jika dicurigai etiologi berupa methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), maka pilihan antibiotik yang dapat dipakai adalah trimethoprim-sulfamethoxazole dosis 320/1600 mg, 2 kali sehari, clindamycin 300–450 mg 3 kali sehari, atau doxycycline atau minocycline 100 mg dua kali sehari.[5,6,16]
Non-medikamentosa
Pada furunkel hidung yang ringan, dapat dilakukan tata laksana dengan kompres hangat. Pastikan kompres dilakukan menggunakan kain yang bersih. Kompres dilakukan selama 10–15 menit, sebanyak 3–4 kali per hari. Pasien juga tidak boleh memecahkan furunkel sendiri, sebab infeksi dapat menyebar.[17,18]
Pembedahan
Terapi pembedahan umumnya tidak diperlukan pada kasus-kasus furunkel hidung yang ringan. Namun, apabila furunkel membentuk karbunkel atau abses yang cukup besar, maka terapi pembedahan berupa insisi dan drainase perlu dilakukan.
Jika dilakukan pembedahan, insisi tidak boleh terlalu dalam melewati pseudokapsul yang terbentuk pada lokasi infeksi. Setelah dilakukan insisi dan drainase, dapat pula dilakukan kultur pada pus. Terapi antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.[3]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra