Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan e-Prescription Furunkel Hidung annisa-meidina 2025-01-28T10:38:10+07:00 2025-01-28T10:38:10+07:00
Furunkel Hidung
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Panduan e-Prescription Furunkel Hidung

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Panduan e-prescription furunkel hidung atau abses pada hidung ini dapat digunakan Dokter pada saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Furunkel hidung merupakan penyakit infeksi dengan manifestasi terbentuknya lesi kulit purulen pada vestibulum hidung. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Faktor risiko terjadinya furunkel hidung dipicu oleh trauma berulang, seperti mengorek hidung dengan tangan yang tidak bersih, melakukan tindik hidung, atau mencabut bulu hidung. Peningkatan risiko furunkel hidung juga didapatkan pada penderita HIV, kanker, dan diabetes mellitus, atau pada pengguna kortikosteroid intranasal.[1,2]

Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, gejala pada pasien furunkel hidung berupa benjolan atau bisul di dalam kavum nasi, rasa nyeri, tidak nyaman, dan dapat disertai keluarnya nanah. Gejala berat lain yang dapat muncul seperti demam, limfadenopati, fatigue, malaise, dan selulitis.[2,3]

Gali juga riwayat kebiasaan mengorek hidung, menggunakan tindik hidung, ataupun riwayat penggunaan kortikosteroid intranasal. Pada beberapa kasus dapat pula digali terkait faktor risiko yang mungkin berperan dalam terjadinya furunkel, misalnya riwayat HIV, diabetes mellitus, kanker, atau penyakit infeksi kronis lainnya.[1,3]

Furunkel tampak sebagai nodul eritematosa, nyeri, berbentuk kerucut, yang di tengahnya terdapat pus. Terkadang, dapat juga tampak krusta jika furunkel telah pecah.[4]

Apabila terdapat lebih dari satu furunkel, maka disebut furunkulosis. Apabila sekumpulan furunkel membentuk satu benjolan besar, maka disebut sebagai karbunkel. Furunkel yang meluas dapat mengakibatkan terjadinya selulitis, yang ditandai dengan pembengkakan hidung pada puncak hingga batang hidung, kemerahan, dan sangat nyeri. Penyebaran furunkel secara superfisial disebut erisipelas.[4]

Peringatan

Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan apabila pasien dengan furunkel hidung mengalami salah satu dari kondisi berikut ini:

  • Demam lebih dari 38 derajat C
  • Hidung membengkak dan merah
  • Nyeri hidung yang sangat berat
  • Keluhan tidak membaik dalam 3 hari[4,5]

Perhatian pada pemberian medikamentosa:

  • Pemberian antibiotik sistemik dapat dilakukan jika pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotik topikal.
  • Indikasi pemberian antibiotik yaitu furunkel lebih besar dari 5 cm, furunkel multipel, atau pada lokasi yang sulit untuk dilakukan drainase.[1,3]

Terapi Non-Medikamentosa

Terapi non-medikamentosa untuk furunkel hidung ringan adalah kompres hangat, yang dilakukan selama 10–15 menit, sebanyak 3–4 kali per hari. Kompres hangat harus menggunakan kain yang bersih.

Pasien juga diingatkan untuk tidak boleh memecahkan furunkel sendiri karena dapat memperluas penyebaran infeksi.[2,5]

Terapi Medikamentosa

Furunkel hidung dapat diberikan analgesik, dan bila perlu diberikan antibiotik topikal atau peroral.[1,5]

Analgesik

Pemberian paracetamol dapat dipertimbangkan sebagai analgesik, dengan dosis:

  • Dewasa: 1.000 mg diberikan 4 kali/hari, dengan dosis maksimal 4000 mg/hari
  • Bayi dan anak-anak: 15 mg/kgBB/sekali pemberian, diberikan 4 kali/hari[1-3]

Antibiotik topikal

Terdapat beberapa obat antibiotik topikal yang dapat diberikan sebagai terapi pada pasien dengan furunkel hidung, yaitu bacitracin, clindamycin, asam fusidat, dan mupirocin. Penggunaan salep antibiotik disarankan sebanyak 2 kali sehari, dioleskan pada nares anterior.[2,6]

Antibiotik Oral

Antibiotik oral untuk furunkel hidung adalah penicillinase-resistant penicillin, misalnya dicloxacillin, atau cephalosporin generasi pertama seperti cephalexin dan cefadroxil. Jika dicurigai penyebab adalah methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), maka pilihan antibiotik yang dapat dipakai adalah trimethoprim-sulfamethoxazole, clindamycin, doxycycline.[1,7]

Durasi terapi antibiotik oral umumnya selama 5 hari, di mana perpanjangan durasi hingga 14 hari mungkin diperlukan pada kondisi infeksi berat, respon lambat terhadap terapi, atau imunosupresi.[14]

Cefixime:

Cefixime tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan 200 mg, kapsul 50 mg, 100 mg, dan 200 mg, serta sirup suspensi 100 mg/5mL dan 200 mg/5mL. Dosis pemberian:

  • Dewasa: 200 mg diberikan 2 kali/hari, selama 7 hari
  • Anak: 8 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 dosis per hari
  • Anak dengan berat badan >50 kg atau usia >10 tahun diberikan dosis dewasa[8]

Cefadroxil:

Cefadroxil tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan 500 mg, serta sirup kering 125 mg/5 mL dan 250 mg/5 mL. Dosis yang diberikan sebagai berikut:

  • Dewasa dan anak ≥12 tahun: 500 mg diberikan 2 kali/hari, selama 3 hari
  • Anak <12 tahun: 50 mg/kgBB/hari sebagai dosis tunggal atau dua dosis terbagi, selama 3 hari[2,9]

Trimethoprim-sulfamethoxazole:

Trimethoprim-sulfamethoxazole (cotrimoxazole) tersedia dalam bentuk:

  • Tablet 400 mg sulfamethoxazole dan 80 mg trimethoprim (cotrimoxazole 480 mg)
  • Tablet 800 mg sulfamethoxazole dan 160 mg trimethoprim (cotrimoxazole 960 mg)
  • Suspensi 200 mg sulfamethoxazole dan 40 mg trimethoprim dalam tiap 5 mL (cotrimoxazole 240 mg).

Dosis pemberian:

  • Dewasa dan anak ≥12 tahun: 480 mg diberikan 2 kali sehari, selama 5 hari
  • Anak <12 tahun: dosis 40 mg/kgBB/hari sulfamethoxazole dan 8 mg/kgBB/hari trimethoprim diberikan dalam 2 dosis terbagi, selama 5 hari[2,10]

Clindamycin:

Clindamycin peroral tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dan 300 mg. Clindamycin diberikan dengan dosis:

  • Dewasa: 300 mg, 2 kali sehari, selama 5 hari
  • Bayi, anak, dan remaja: 8‒40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3‒4 dosis/hari, selama 5 hari[2,11]

Doxycycline:

Doxycycline tersedia dalam bentuk kapsul 50 mg dan 100 mg, dengan dosis pemberian sebagai berikut:

  • Dewasa dan anak ≥12 tahun: 100 mg diberikan 2 kali/hari, selama 5 hari.[2,12]

Pilihan Terapi pada Ibu Hamil dan Menyusui

Pilihan terapi furunkel hidung pada ibu hamil dan menyusui perlu mempertimbangkan  manfaat yang lebih besar daripada risikonya.

Penanganan yang dapat digunakan adalah terapi kompres hangat, analgesik paracetamol, dan jika perlu antibiotik topikal. Pemberian antibiotik sistemik dapat dipertimbangkan pada ibu hamil dengan gejala berat. Antibiotik kategori B berdasarkan rekomendasi FDA adalah cefixime, clindamycin, dan cefadroxil. Hampir semua antibiotik diekskresikan ke ASI sehingga penggunaan antibiotik pada ibu menyusui perlu berhati-hati.[2,7]

Referensi

1. Bakshi SS. Image Diagnosis: Nasal Furunculosis-A Dangerous Nose Infection. Perm J. 2018;22:17-076.
2. Troxell T, Hall CA. Carbuncle. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554459/
3. Sheik-Ali S, Sheik-Ali S, Sheik-Ali A. Nasal vestibular furunculosis: Summarised case series. World J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2022;8(3):217-23.
4. Silverberg B. A Structured Approach to Skin and Soft Tissue Infections (SSTIs) in an Ambulatory Setting. Clin Pract. 2021 Feb 1;11(1):65-74
5. Kadu AS, Rajput DS, Deshmukh SG. Management of Recurrent Nasal Vestibular Furunculosis by Jalaukāvacaraṇa and Palliative Treatment. Anc Sci Life. 2017;36(4):220-4.
6. Marra P, Colacurcio V, De Luca P, Bisogno A, Calvanese M, Scarpa A, Ralli M, De Vincentiis M, Camaioni A, Salzano FA. Nasal Vestibulitis and Vestibular Furunculosis: a systematic review about two common nasal infections and considerations about correct diagnosis and management. Clin Ter. 2022;173(6):590-6.
7. Lin HS, Lin PT, Tsai YS, Wang SH, Chi CC. Interventions for bacterial folliculitis and boils (furuncles and carbuncles). Cochrane Database Syst Rev. 2018;2018(8):CD013099.
8. Medscape. Drug and Diseases: Dicloxacillin. 2021. https://reference.medscape.com/drug/dicloxacillin-342477#0
9. Medscape. Drug and Diseases: Cefadroxil. 2021. https://reference.medscape.com/drug/duricef-ultracef-cefadroxil-342489
10. Kemnic TR, Coleman M. Trimethoprim Sulfamethoxazole. 2022. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024. PMID: 30020604. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30020604/
11. Medscape. Drug and Diseases: Cindamycin. 2021. https://reference.medscape.com/drug/cleocin-clindamycin-342558
12. MIMS. Doxycycline. 2024. https://www.mims.com/malaysia/drug/info/doxycycline?mtype=generic

Edukasi dan Promosi Kesehatan Fu...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 10 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 10 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 4 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.