Diagnosis Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
Diagnosis noise-induced hearing loss (NIHL) ditegakkan dengan menemukan gangguan pendengaran sensorineural yang disebabkan oleh paparan bising.
Anamnesis
Pasien yang mengalami noise-induced hearing loss (NIHL) biasanya menyadari adanya gangguan pada pendengaran setelah mengalami kesulitan berkomunikasi. Penurunan pendengaran yang terjadi biasanya tampak lebih jelas ketika penderita berkomunikasi dalam ruangan yang bising atau ramai. Pada kondisi ini, beberapa kata dapat tidak terdengar atau pasien kesulitan membedakan kata dengan akhiran huruf konsonan.[29]
Selain penurunan pendengaran, gejala yang dapat timbul adalah tinitus transien yang dipersepsikan sebagai suara berdenging di telinga dan sensasi telinga seperti tertutup (plugged up ear). Karena NIHL merupakan gangguan pada telinga dalam, gejala seperti nyeri, pendarahan dari telinga, atau deformitas tidak akan tampak.[5]
Selain menanyakan gejala, klinisi juga perlu mengetahui sumber suara yang diduga menjadi sumber paparan. Sumber suara harus diidentifikasi sejelas mungkin, mencakup jenis sumber suara (untuk memperkirakan intensitas suara), jarak antara penderita dengan sumber paparan, kontinuitas dari suara (kontinu atau intermiten), dan durasi paparan. Hal-hal ini akan digunakan untuk mengaitkan antara gejala gangguan pendengaran dengan kemungkinan penyebabnya.[15]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan telinga bagian luar dan membran timpani untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan pendengaran konduktif dan pemeriksaan neurologi untuk menyingkirkan diagnosis tuli sensorineural yang lain.[15]
Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala, yaitu tes Rinne, Weber, dan Schwabach dapat dilakukan untuk membedakan antara tuli konduktif dan tuli sensorineural.
Pada kondisi noise-induced hearing loss (NIHL) yang merupakan tuli sensorineural, pemeriksaan dengan garpu tala akan menunjukkan hasil tes Rinne yang normal, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat pada gangguan asimetris atau tidak ada perbedaan pada gangguan simetris, dan Schwabach yang memendek. Hasil pemeriksaan ini akan dikonfirmasi menggunakan pemeriksaan audiometri.[15]
Kriteria Diagnosis
Penegakan diagnosis noise-induced hearing loss (NIHL) dapat dilakukan jika ditemukan kriteria berikut:
- Gangguan pendengaran sensorineural karena kerusakan terjadi di telinga bagian dalam
- Dapat bersifat simetris maupun asimetris, tetapi lebih umum terjadi simetris
- Pada pemeriksaan audiogram, didapatkan takik pada frekuensi 3000, 4000, atau 6000 Hz dan biasanya akan kembali normal pada frekuensi 8000 Hz
- Jika gangguan pendengaran hanya disebabkan oleh paparan kronik suara bising, maka hilangnya pendengaran tidak lebih dari 75 desibel (dB) pada frekuensi tinggi dan tidak lebih dari 40 dB pada frekuensi rendah
- Kehilangan pendengaran akibat paparan kronik suara bising akan terjadi secara cepat pada 10–15 tahun paparan dan selanjutnya kehilangan pendengaran akan melambat
- Adanya NIHL tidak membuat telinga lebih sensitif terhadap suara bising
- Progresi hilangnya pendengaran akan berkurang ketika paparan dihentikan[30,31]
Diagnosis Banding
Noise-induced hearing loss (NIHL) adalah tuli sensorineural, sehingga patut didiagnosis banding dengan tuli sensorineural lainnya.
Presbikusis
Presbikusis adalah penurunan pendengaran yang terjadi pada lansia dan dikaitkan dengan proses degeneratif. Pada presbikusis, pasien mengalami penurunan pendengaran yang bersifat gradual dan tidak terkait dengan paparan bising. Pada audiogram akan didapatkan kehilangan pendengaran di frekuensi tinggi, bilateral, dengan gambaran “downsloping”.[15]
Penyakit Meniere
Pada penyakit Meniere, gejala berfluktuasi, gangguan pendengaran bersifat progresif, serta sering disertai tinnitus dan vertigo. Pada audiogram akan ditemukan gangguan pendengaran di frekuensi rendah dengan gambaran datar atau “upsloping”.[15]
Penggunaan Obat Ototoksik
Obat ototoksik yang dapat menyebabkan tuli misalnya agen kemoterapi, aminoglikosida (gentamicin), furosemide, aspirin, dan quinin. Selain penurunan pendengaran pasien juga dapat mengalami gejala berupa tinnitus, vertigo, dan nistagmus. Pada audiogram akan ditemukan penurunan pendengaran yang bersifat simetris dan gangguan ditemukan di frekuensi yang sangat tinggi.[15]
Gangguan Pendengaran Kongenital
Tuli kongenital dapat disebabkan kelainan genetik, infeksi perinatal, toksin, atau trauma saat lahir. Penyakit ini akan terdeteksi saat bayi masih infant dan tidak menunjukkan respon terhadap suara.[15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan audiometri nada murni. Pemeriksaan lain seperti pencitraan atau laboratorium tidak memiliki banyak peran dalam penegakkan diagnosis.
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri noise-induced hearing loss (NIHL) akan tampak takik pada frekuensi 3–6 kHz dan akan kembali normal pada frekuensi 3 kHz. Kerusakan sensori yang disebabkan oleh paparan kronik suara bising biasanya terjadi pada sel-sel rambut yang berhubungan dengan frekuensi di atas frekuensi percakapan sehari–hari (0,5–2 kHz), sehingga kerusakan pada awal penyakit lebih sering ditemukan pada frekuensi tinggi.[5,32]
Pada kasus tahap lanjut, penyakit akan semakin berprogresi dan menyebabkan kerusakan di daerah dengan frekuensi yang lebih rendah. Ketika hal ini terjadi, maka takik yang ada di frekuensi tinggi akan berubah menjadi datar sehingga sulit dibedakan dengan tuli sensorineural lainnya.[5,33]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli