Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Noise Induced Hearing Loss (NIHL) general_alomedika 2023-01-26T08:45:36+07:00 2023-01-26T08:45:36+07:00
Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Patofisiologi noise-induced hearing loss (NIHL) melibatkan proses jejas pada koklea dan jaras pendengaran melalui mekanisme stres oksidatif. Paparan bising berulang akan menimbulkan jejas terus menerus tanpa adanya resolusi. Hal ini akan menyebabkan kerusakan permanen pada koklea.

Proses Mendengar Normal

Sistem auditori manusia terdiri dari komponen auditori perifer dan nervus auditori. Komponen auditori perifer sendiri terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga bagian luar, tengah, dan dalam. Telinga bagian luar berfungsi untuk menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke telinga bagian tengah dan dalam.

Ketika terdapat gelombang suara, membran timpani yang merupakan pembatas antara telinga luar dan tengah, akan bergetar dan mengubah gelombang suara ini menjadi energi mekanik dan diteruskan ke telinga bagian tengah. Energi mekanik ini akan diteruskan ke telinga bagian tengah melalui tulang-tulang pendengaran atau osikel.[7]

Telinga bagian dalam memiliki koklea yang di dalamnya terdapat sel-sel rambut. Sel-sel rambut ini terletak di dalam organ korti dan dibagi menjadi dua, yaitu sel-sel rambut bagian luar dan bagian dalam. Energi mekanik dari tulang pendengaran akan menggerakan cairan yang ada di telinga bagian dalam dan menggerakkan membran basilar.

Gerakan ini akan mencetuskan impuls elektrik melalui proses elektrokimia. Sinyal elektrik ini akan dikirimkan ke otak melalui nervus auditori. Otak akan menerjemahkan sinyal ke dalam bentuk suara.[7]

Patogenesis

Patogenesis noise induced hearing loss (NIHL) melibatkan faktor lingkungan berupa paparan bising dan faktor internal seperti faktor genetik.

Temporary Threshold Shift

Paparan bising memiliki tingkat energi yang berbeda-beda tergantung dari intensitas suara, diukur dengan satuan desibel dan durasi paparan suara. Paparan bising dengan energi yang tinggi akan menyebabkan kerusakan pada organ pendengaran perifer dan menyebabkan peningkatan ambang batas pendengaran sementara (TTS atau temporary threshold shift).[1]

Kondisi ini dapat bersifat reversibel dan kembali normal dalam waktu 24–48 jam. Akan tetapi, walaupun ambang batas pendengaran kembali normal, kerusakan terhadap sinaps antara sel-sel rambut di bagian dalam dengan neuron aferen sudah terlanjur terjadi, walaupun belum menimbulkan gejala.[8–11]

Permanent Threshold Shift

Jika paparan bising dengan energi tinggi terjadi secara terus menerus, peningkatan ambang batas dapat berubah menjadi permanen (permanent threshold shift/PTS). Paparan bising dengan intensitas tinggi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan dekompensasi metabolik.

Dekompensasi yang terjadi adalah gangguan pada stereosilia, pembesaran nukelus, pembengkakan mitokondria, vesikulasi sitoplasma, dan terbentuknya vakuol. Kerusakan metabolik ini terjadi akibat adanya stres oksidatif yang dipicu oleh radikal bebas yang berasal dari stimulus bising. Stres oksidatif memicu timbulnya reactive oxygen species (ROS) dan glutamat yang berujung pada kematian sel.[10–12]

Kerusakan Mikroskopik

Stimulasi bising yang berlebihan juga dapat meningkatkan ion kalsium bebas yang memicu nekrosis dan apoptosis sel. Selain itu, stimulasi suara juga dapat memicu aktivasi aksis hipotalamus–pituitari–adrenal (HPA). Aktivasi aksis ini akan menyebabkan stres psikologi dan fisiologi (meningkatkan tekanan darah, meningkatkan nadi).[13]

Kerusakan yang terjadi akibat stimulasi berulang ini menimbulkan jejas yang permanen dan dapat dilihat melalui mikroskop. Histopatologi yang dapat ditemukan adalah hilangnya sel-sel rambut fokal dan degenerasi ujung-ujung saraf yang berhubungan dengan sel-sel rambut tersebut.[14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Wang TC, Chang TY, Tyler R, Lin YJ, Liang WM, Shau YW, Lin WY, Chen YW, Lin CD, Tsai MH. Noise Induced Hearing Loss and Tinnitus-New Research Developments and Remaining Gaps in Disease Assessment, Treatment, and Prevention. Brain Sci. 2020 Oct 13;10(10):732. doi: 10.3390/brainsci10100732. PMID: 33066210; PMCID: PMC7602100.
7. Emanuel, Diana, Maroonroge, Sumalai, Letowski, Tomasz. Auditory function: physiology and function of the hearing system. 2009
8. Kujawa SG, Liberman MC. Adding insult to injury: cochlear nerve degeneration after “temporary” noise-induced hearing loss. J Neurosci. 2009;29:14077–85
9. Shi L, Chang Y, Li X, et al. Cochlear synaptopathy and noise-induced hidden hearing loss. Neural Plast. 2016;2016:6143164
10. Humes LJL, Durch J. Noise and military service implications for hearing loss and tinnitus. Washington DC: National Academic Press; 2005
11. Liberman MC, Epstein MJ, Cleveland SS, et al. Toward a differential diagnosis of hidden hearing loss in humans. PLoS One. 2016;11:e0162726
12. Kim DK, Park Y, Back SA, et al. Protective effect of unilateral and bilateral ear plugs on noise-induced hearing loss: functional and morphological evaluation in animal models. Noise Health. 2014;16:149–56
13. Canlon B, Meltser I, Johansson P, Tahera Y. Glucocorticoid receptors modulate auditory sensitivity to acoustic trauma. Hear Res. 2007;226:61–9
14. Wang Y, Hirose K, Liberman MC. Dynamics of noise-induced cellular injury and repair in the mouse cochlea. J Assoc Res Otolaryngol. 2002;3:248–68

Pendahuluan Noise Induced Hearin...
Etiologi Noise Induced Hearing L...

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
    Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
  • Peran Campak pada Otosklerosis
    Peran Campak pada Otosklerosis
  • Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
    Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
  • Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa dengan Tuli – Telaah Jurnal Alomedika
    Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa dengan Tuli – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 15 Januari 2025, 22:52
Jurnal Paling Zonk Sepanjang Tahun 2024 🧐💥
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter.Tidak diragukan lagi 🧐, ini adalah studi terburuk pada tahun 2024:Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa...
dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
Dibuat 13 Januari 2024, 10:23
Love your hearing
Oleh: dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
0 Balasan
Noise induced hearing loss
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 24 Mei 2023, 09:24
Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Tentu Dokter sudah mengetahui beberapa obat berisiko menyebabkan efek samping ototoksik. Obat-obatan, seperti antibiotik golongan aminoglikosida,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.