Diagnosis Obstructive Sleep Apnea
Diagnosis obstructive sleep apnea (OSA) dicurigai pada pasien dengan keluhan mendengkur, terengah-engah atau tersedak pada saat tidur, nyeri kepala saat terbangun, dan rasa kantuk berlebihan pada pagi atau siang hari. Pemeriksaan fisik lebih berfokus kepada faktor risiko seperti kelainan anatomis yang menyebabkan OSA, sedangkan pemeriksaan penunjang dapat berupa polisomnografi yang sekaligus dapat menilai derajat keparahan OSA.
Anamnesis
Petunjuk-petunjuk untuk mendiagnosis obstructive sleep apnea (OSA) bisa didapatkan dari anamnesis. Hal-hal yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah keluhan pasien dan faktor risiko. Anamnesis dapat dilakukan menggunakan alat bantu kuesioner.[1,16]
Dokter harus menanyakan keluhan-keluhan yang bisa muncul pada pasien OSA seperti mendengkur, mendengus, terengah-engah atau tersedak pada saat tidur, nyeri kepala di pagi hari, dan mengantuk berlebihan pada pagi atau siang hari (diurnal hypersomnolence).
Keluhan lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan OSA adalah gangguan mental, kepribadian, mood, impotensi, dan nokturia. Terdapat sebuah kuesioner yang bernama Epworth Sleepiness Scale (ESS) yang secara cepat dapat menilai rasa kantuk pasien. Kuesioner ini dapat membantu dokter dalam mengevaluasi rasa kantuk pasien apakah disebabkan oleh gangguan tidur atau hanya kelelahan saja.
Tabel 1. Kuesioner Epworth Sleepiness Scale (ESS)
Kriteria | Nilai mengantuk | |||
Duduk dan membaca | 0 | 1 | 2 | 3 |
Menonton televisi | 0 | 1 | 2 | 3 |
Duduk diam di tempat umum | 0 | 1 | 2 | 3 |
Sebagai penumpang mobil selama 1 jam tanpa istirahat | 0 | 1 | 2 | 3 |
Rebahan untuk istirahat sore ketika memungkinkan | 0 | 1 | 2 | 3 |
Duduk dan berbicara dengan seseorang | 0 | 1 | 2 | 3 |
Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum alkohol | 0 | 1 | 2 | 3 |
Saat mengemudi dan mobil berhenti beberapa menit dalam kemacetan | 0 | 1 | 2 | 3 |
Berikut ini interpretasi dari hasil kuesioner ESS, nilai 0 apabila pasien tidak pernah mengantuk, nilai 1 apabila pasien sedikit mengantuk, nilai 2 cukup mengantuk, 3 apabila pasien sangat mengantuk dan tertidur. Apabila hasil skor dari kuesioner ESS ≥ 10, maka artinya pasien mengalami diurnal hypersomnolence atau daytime sleepiness dan mengalami gangguan tidur.[11]
Selain kuesioner ESS, terdapat kuesioner lain yang bertujuan untuk mempermudah dokter untuk menilai atau melakukan screening pada pasien yang dicurigai mengalami OSA. Terdapat sebuah kuesioner bernama STOP-Bang yang sudah tervalidasi sebagai alat screening risiko OSA, terutama pada pasien dengan obesitas atau pasien bedah. Kuesioner ini memiliki sensitivitas sebesar ≥ 85% dengan spesifisitas sebesar 25-85%.[10,12]
Tabel 2. Kuesioner STOP-Bang
Pertanyaan | Ya | Tidak |
Snoring (Apakah Anda mendengkur saat tidur?) | ||
Tiredness (Apakah Anda sering merasa lelah, lesu atau mengantuk pada pagi atau siang hari?) | ||
Observed Apnea (Apakah seseorang pernah melihat Anda berhenti bernapas, tersedak, atau terengah-engah pada saat Anda tertidur?) | ||
High Blood Pressure (Apakah Anda memiliki penyakit hipertensi baik terkontrol maupun tidak terkontrol?) | ||
BMI (Apakah indeks massa tubuh Anda melebihi 30 kg/m2 ?) | ||
Age (Apakah usia Anda lebih dari 50 tahun?) | ||
Neck (Apakah lingkar leher Anda lebih dari 40 cm?) | ||
Gender (Apakah Anda seorang laki-laki?) |
Interpretasi dari hasil kuesioner yakni berupa 1 poin untuk setiap jawaban ya dari pasien. Risiko rendah apabila hasil dari kuesioner 0-2 poin, risiko sedang apabila hasil dari kuesioner 3-4 poin, dan risiko tinggi apabila hasil dari kuesioner ≥5 poin.
Faktor Risiko
Selain anamnesis terkait dengan keluhan yang dialami oleh pasien, faktor risiko yang berhubungan dengan OSA juga harus ditanyakan. Faktor risiko ini antara lain usia 40–70 tahun, jenis kelamin laki-laki, dan riwayat keluarga mengalami OSA. Adanya penyakit penyerta yang bisa meningkatkan risiko OSA juga perlu diidentifikasi, misalnya hipertensi, atrial fibrilasi, depresi, gagal jantung kongestif, stroke, penyakit jantung koroner, Down syndrome, sindrom Marfan, sindrom Pierre-Robin, dan obesitas.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk mencari faktor risiko yang menyebabkan pasien mengalami obstructive sleep apnea (OSA). Pemeriksaan fisik dapat menilai lingkar leher, indeks massa tubuh, kelainan struktur anatomi saluran napas atas (hipertrofi tonsil dan adenoid, deviasi septum nasi, retrognatia, makroglosia, abnormalitas palatum, kraniosinostosis, abnormalitas sendi temporomandibula, dan polip nasal).[16]
Differential Diagnoses
- Asthma
- Central Sleep Apnea Syndromes
- Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
- Depression
- Gastroesophageal Reflux Disease
- Hypothyroidism
- Narcolepsy
- Obstructive Sleep Apnea (OSA)
- Periodic Limb Movement Disorder
Diagnosis Banding
Gejala klinis gangguan saluran napas pada saat tidur pada pasien Berikut ini adalah dua penyakit yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dari obstructive sleep apnea (OSA) dikarenakan kemiripan dari gejala klinis yang dialami oleh pasien.[11]
Narkolepsi
Narkolepsi merupakan salah satu jenis penyakit gangguan tidur yang memiliki gejala klasik berupa rasa mengantuk yang berlebihan pada pagi atau siang hari, katapleksi, halusinasi hipnagogik, dan kelumpuhan saat tidur (sleep paralysis). Pasien dengan narkolepsi tidak dapat bangun atau tetap terjaga dalam waktu yang lama, sehingga mempengaruhi aktivitas baik di sekolah maupun di tempat kerja.
Pada saat penderita narkolepsi tidur, mereka akan terbangun beberapa kali di malam hari dan juga mungkin mengalami keluhan seperti apnea pada saat tidur dan menyentak-nyentak kaki (leg jerking). Selain itu, tanda khas pada penderita narkolepsi adalah katapleksi di mana seseorang kehilangan tonus otot rangka secara tiba-tiba tanpa hilang kesadaran, dan biasanya dipicu oleh tawa, kejutan, ataupun amarah.[20]
Central Sleep Apnea
Central Sleep Apnea (CSA) ditandai dengan adanya apnea berulang selama tidur tanpa adanya usaha respirasi. CSA sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung, gangguan neurologi, dan pengguna opiat dosis tinggi. Keluhan-keluhan yang dialami oleh penderita CSA hampir serupa dengan penderita OSA, seperti hypersomnolence pada siang atau pagi hari dan insomnia, namun keluhan akan lebih parah pada penderita CSA. CSA pada orang dewasa ditandai dengan berhentinya aliran udara selama 10 detik atau lebih tanpa ada upaya inspirasi.[14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu mendiagnosis obstructive sleep apnea (OSA) adalah polisomnografi. Polisomnografi adalah baku emas dalam uji diagnostik untuk menilai gangguan tidur di malam hari, yang dilakukan di dalam laboratorium tidur.
Pada monitor polisomnografi terdapat 3 sinyal utama, pada sinyal pertama adalah sinyal untuk menentukan stadium tidur, sinyal kedua adalah untuk menilai irama jantung melalui elektrokardiogram (EKG), dan yang terakhir adalah sinyal yang berhubungan dengan pernapasan atau respirasi.[6,12]
Polisomnografi juga dilakukan untuk menilai Indeks Apnea-Hipopnea (AHI), yang menilai beratnya OSA. AHI dihitung dengan menambahkan seluruh episode apnea dan hypopnea dibagi total waktu tidur dalam hitungan jam.
- Derajat ringan: skor AHI 5-14
- Derajat sedang: skor AHI 15-29
- Derajat berat: skor AHI ≥30
Selain menilai jumlah episode apnea dan hypopnea, polisomnografi juga menilai saturasi oksigen pada saat penderita OSA tertidur. Pada kondisi hipopnea, saturasi oksigen dapat menurun hingga 10-15%, namun apabila saturasi oksigen menurun hingga ≥50% maka sudah masuk ke kategori derajat berat.[13]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri