Epidemiologi Tonsilitis
Tonsilitis secara epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak. Pada balita, tonsilitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus sedangkan infeksi bakterial lebih sering terjadi pada anak berusia 5-15 tahun. Group A beta-hemolytic streptococcus merupakan penyebab utama tonsilitis bakterial.[1,2]
Global
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, tetapi jarang terjadi pada anak usia < 2 tahun. Tonsilitis juga sangat jarang terjadi pada orang tua usia >40 tahun. Insidensi terjadinya tonsilitis rekuren di Eropa dilaporkan sekitar 11% dengan komplikasi tersering adalah abses peritonsilar. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada anak-anak dengan puncaknya pada masa remaja kemudian risikonya menurun hingga usia tua. Abses peritonsilar lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.[1,7]
Indonesia
Di Indonesia, tidak terdapat data epidemiologi spesifik mengenai tonsilitis, hanya data mengenai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Terdapat lima provinsi di Indonesia dengan penyakit ISPA tertinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%).[8]
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007 dan 2013 didapatkan insiden terjadinya ISPA di Indonesia tidak jauh berbeda, yakni 25,5% pada tahun 2007 dan 25,0% pada tahun 2013. Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8%. Sedangkan menurut jenis kelamin, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan.[8]
Mortalitas
Sebagian besar tonsilitis disebabkan infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya, namun mortalitas dan morbiditas meningkat karena komplikasi dari tonsilitis.[9]
Secara umum, tonsilitis bakteri yang umumnya disebabkan oleh Streptococcus menimbulkan komplikasi berupa abses peritonsilar, post streptococcal glomerulonephritis dan demam reumatik. Penyempitan saluran napas atas karena pembesaran tonsil akibat infeksi atau abses, perdarahan dan sepsis merupakan komplikasi yang berpotensi meningkatkan mortalitas.[9,10]
Tingkat kematian akibat tindakan tonsilektomi pada dewasa sebesar 0,03% serta komplikasi setelah operasi dan kemungkinan operasi ulang masing-masing sebesar 1,2% dan 3,2%. Terdapat dua hal yang paling sering menyebabkan kematian pada operasi tonsilektomi, antara lain 1/3 kejadian disebabkan oksigenasi yang tidak adekuat selama prosedur pembedahan menyebabkan henti jantung serta pendarahan yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung.[9,10]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja