Prognosis Tonsilitis
Prognosis dipengaruhi oleh ada tidaknya rekurensi dan komplikasi tonsilitis. Tingkat mortalitas akan meningkat jika terdapat komplikasi seperti abses peritonsilar atau demam reumatik.[1,2]
Komplikasi
Terapi yang adekuat pada tonsilitis bermanfaat dalam mengurangi terjadinya komplikasi. Komplikasi tonsilitis dapat dibagi menjadi komplikasi supuratif dan nonsupuratif. Komplikasi supuratif terdiri dari abses peritonsilar, abses retrofaringeal, dan abses parafaringeal sedangkan komplikasi nonsupuratif terdiri dari demam reumatik akut, glomerulonefritis akut, dan Lemierre’s syndrome.[1,21]
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Tonsilitis akut dapat berlanjut menjadi selulitis difusa pada daerah tonsil lalu meluas sampai ke palatum mole menyebabkan abses peritonsil. Umumnya, bakteri penyebabnya adalah group A beta-hemolytic streptococcus (GABHS). Manifestasi klinis yang membedakan dari tonsilitis akut, seperti nyeri alih ke telinga pada sisi yang terkena, salivasi meningkat, trismus, disfagia berat serta pembengkakan yang mengganggu artikulasi.[1,21]
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan pembengkakan peritonsilaris yang luas, mendorong uvula dan atau tonsil melewati garis tengah, edema pada palatum mole serta adenopati servikal. Tata laksana definitif dilakukan pembedahan drainase secara teknik aspirasi jarum atau teknik insisi dan drainase diikuti pemberian terapi antibiotik.[1,21]
Abses Retrofaringeal
Komplikasi dari tonsilitis akut yang jarang terjadi, terutama pada bayi dan anak usia < 5 tahun. Abses retrofaringeal terjadi ketika infeksi sudah masuk ke dalam jaringan limfoid antara dinding faring posterior dan fasia prevertebralis sehingga dapat mengganggu jalan napas.[13,21]
Abses Parafaringeal
Penyebaran infeksi sampai ke ruang parafaringeal menyebabkan terjadinya abses parafaringeal sehingga terjadi trismus derajat berat dan mengganggu patensi jalan napas. Secara progresif, menyebabkan terjadinya deep neck space sepsis, mediastinitis dan sepsis retroperitoneal.[2,21]
Demam Reumatik Akut
Demam reumatik akut merupakan komplikasi dari tonsilitis yang disebabkan oleh infeksi GABHS yang tidak ditata laksana secara tepat. Peradangan meluas ke seluruh tubuh dan menyerang jantung, persendian, otak, dan kulit. Manifestasi klinis yang terjadi, antara lain nyeri sendi, ruam-ruam, gejala gagal jantung kongestif dan gerakan-gerakan tubuh yang tersentak-sentak (chorea).[2,21]
Glomerulonefritis Akut
Penyakit ginjal yang dapat berkembang setelah infeksi tenggorokan atau kulit yang disebabkan oleh bakteri GABHS, umumnya terjadi pada anak-anak. Manifestasi klinis pada glomerulonephritis akut, antara lain urin berwarna gelap atau coklat kemerahan, edema terutama di wajah, sekitar mata serta tangan dan kaki, berkurangnya jumlah urine, mudah lelah serta pada pemeriksaan fisik ditemukan hipertensi dan pada pemeriksaan penunjang didapatkan protein dalam urin. [2,21]
Lemierre’s Syndrome
Komplikasi dari tonsilitis akut yang jarang terjadi dan berpotensi fatal yang ditandai dengan septic thrombophlebitis pada vena jugularis interna. Umumnya, organisme penyebabnya adalah fusiform bacillus dengan manifestasi klinis berupa nyeri leher hebat, septikemia, adanya infeksi pada saluran aerodigestif bagian atas yang berkepanjangan serta sekunder terhadap infeksi timpanomastoid.[2,21]
Prognosis
Secara umum, prognosis tonsilitis sangat baik dan sembuh tanpa komplikasi. Sebagian besar tonsilitis virus sembuh dalam 7-10 hari, sedangkan tonsilitis bakteri dengan terapi antibiotik sesuai mulai membaik dalam 24-48 jam. Morbiditas dapat meningkat jika tonsilitis berulang sehingga mengganggu aktivitas dalam sekolah dan bekerja.[5,9]
Sedangkan, mortalitas meningkat jika terjadi komplikasi dari tonsilitis. Komplikasi paling utama adalah abses peritonsilar yang terjadi pada 1-10 dari 10.000 orang. Selain itu, demam reumatik akut dan glomerulonefritis akut sebagai komplikasi tonsilitis terkait dengan infeksi bakteri GABHS. Diperkirakan <1 dari setiap 100.000 anak di Jerman menderita demam reumatik setiap tahun dan 6 dari setiap 100.000 anak di Jerman terkena glomerulonefritis.[5,9,10]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja