Patofisiologi Tonsilitis
Patofisiologi tonsilitis dipengaruhi faktor imun dan mikroorganisme. Adanya infeksi virus seperti Rhinovirus atau bakteri seperti group A beta-hemolytic streptococcus (GABHS) melalui hidung dan mulut serta faktor imunologis menyebabkan terjadinya tonsilitis dan komplikasinya.[1,2]
Mikroorganisme
Sekitar 80% tonsilitis disebabkan oleh virus dan sisanya 15-30% oleh bakteri. Mikroorganisme yang memasuki tubuh melalui hidung dan mulut akan tersaring di tonsil.
Tonsil mengandung sel imun yang terdiri dari sel limfosit B, sel limfosit T, sel plasma matur serta immunoglobulin A (IgA). Sel imun ini akan menghancurkan mikroorganisme dengan mengeluarkan sitokin sehingga terjadi reaksi inflamasi yang menyebabkan gejala nyeri menelan dan demam pada pasien.
Inflamasi dan pembengkakan jaringan tonsil diikuti dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta menyebabkan fase-fase patologis, antara lain peradangan terbatas pada tonsil, pembentukan eksudat, selulitis tonsil dan daerah sekitarnya, pembentukan abses peritonsilar dan nekrosis jaringan.[2,3]
Faktor Imun
Anak-anak, terutama pada usia 4-10 tahun menunjukkan respons terhadap sinyal antigenik yang lebih aktif. Hal ini menyebabkan tonsilitis lebih sering terjadi pada anak-anak usia sekitar 4-10 tahun. Hal ini didukung dengan studi yang menyatakan bahwa anak-anak lebih sering mengalami tonsilitis rekuren, sedangkan dewasa yang membutuhkan tindakan pembedahan tonsilektomi lebih sering mengalami tonsilitis kronik. Pembedahan tonsilektomi pada tonsilitis kronik memiliki untung rugi tersendiri.
Kondisi yang memperburuk sistem imun, seperti malnutrisi, infeksi HIV, dan penggunaan steroid jangka panjang juga berperan terhadap lebih sering terjadinya tonsilitis.[1-3,5]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja