Penatalaksanaan Tuli
Penatalaksanaan tuli disesuaikan dengan penyebab, misalnya dengan pemberian karbogliserin pada kasus tuli akibat impaksi serumen. Alat bantu dengar dapat bermanfaat pada kasus tuli sensorineural. Selain itu, pembedahan dilakukan untuk memasang implan koklea jika diindikasikan. Pembedahan juga dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit penyebab tuli, misalnya dengan miringotomi pada otitis media berulang.[2,3]
Medikamentosa
Berikut ini adalah tata laksana medikamentosa yang dapat diberikan pada kasus tuli konduktif dan tuli sensorineural.
Tuli Konduktif
Pada penyebab tuli konduktif yang dapat diberikan tata laksana medikamentosa, fungsi pendengaran umumnya akan kembali normal setelah penyebab diobati. Berikut adalah penyebab tuli konduktif yang dapat diobati dengan terapi medikamentosa.
Oklusi Liang Telinga (Serumen Prop atau Benda Asing):
Pada kasus tuli yang disebabkan oleh serumen atau benda asing telinga, lakukan irigasi menggunakan air hangat atau kuretase dengan bantuan otoskopi. Apabila serumen sangat keras dapat digunakan obat-obatan pelunak serumen, seperti karbogliserin.
Otitis Eksterna:
Pada kasus otitis eksterna, berikan analgesik, serta antibiotik topikal atau oral. Antibiotik oral hanya diberikan pada pasien dengan demam, kondisi imunosupresi, diabetes, adenopati, atau infeksi yang menyebar keluar kanal telinga.
Irigasi telinga dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi obat topikal tapi hanya dapat dilakukan jika membran timpani intak. Jika tidak, pilihan yang dapat dilakukan adalah pembersihan secara mekanik menggunakan kuret atau suction.
Otitis Media:
Pada otitis media, berikan analgesik sistemik seperti ibuprofen atau paracetamol. Berikan juga antibiotik amoxicillin dengan dosis 75‒90 mg/kg/hari.[2,3,8,10,11]
Tuli Sensorineural
Kasus tuli sensorineural umumnya sulit diatasi dengan medikamentosa. Tuli sensorineural yang disebabkan oleh penyakit autoimun dapat mengambil manfaat dari pemberian prednisolon oral disertai methotrexate dosis rendah. Di sisi lain, medikamentosa pada penyakit Meniere ditujukan untuk meredakan gejala, misalnya pemberian betahistine untuk vertigo yang dialami pasien.[2,3,8,10,11]
Penggunaan Alat Bantu Dengar (ABD)
Penggunaan alat bantu dengar (ABD) pada kasus penurunan pendengaran yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif berpotensi meningkatkan fungsi kognitif pasien. Pada pasien anak, penggunaan ABD dapat dipertimbangkan pada gangguan pendengaran yang berpotensi mengganggu perkembangan bahasa anak.[2,11]
Pada gangguan pendengaran ringan hingga sedang, amplifikasi dengan alat bantu dengar digunakan untuk memberikan input pendengaran sebanyak mungkin pada anak. Pemasangan ABD dengan terapi wicara dapat menghasilkan luaran bahasa yang baik pada anak.
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa dengan gangguan pendengaran sedang hingga sangat berat, alat bantu dengar dapat mengoreksi hingga 40-60 dB. Meski demikian, tekanan suara fisik yang diberikan pada membran timpani dapat menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan pada pasien.
Selain untuk input bahasa, ABD juga digunakan untuk memberikan input isyarat lingkungan. Kemampuan untuk mendengar suara lingkungan penting untuk keselamatan pasien. Isyarat keselamatan penting misalnya klakson mobil atau truk, alarm, atau suara orang berteriak "berhenti".[15]
Terdapat telaah jurnal yang mengkritisi hubungan alat bantu dengar dan mortalitas orang dewasa yang tuli.
Implan Koklea
Implan koklea digunakan untuk mengembalikan fungsi pendengaran pada pasien dengan penurunan pendengaran derajat berat. Pada implan koklea, alat biomekanik akan ditanam dalam koklea dan menstimulasi nervus auditorius secara langsung.
Pada pasien anak dengan tuli kongenital, implantasi koklea paling baik dilakukan sebelum anak berusia 48 bulan. Implan koklea tidak direkomendasikan untuk dilakukan pada anak yang berusia di atas 7 tahun tanpa habilitasi optimal sebelumnya.[2,8,10]
Pemasangan Auditory Brainstem Implant (ABI)
Pemasangan Auditory Brainstem Implant (ABI) merupakan penatalaksanaan dengan menggunakan metode pembedahan untuk menanam elektroda pada batang otak. Selanjutnya elektroda ini akan memberikan stimulus langsung ke nukleus koklearis tanpa melalui perantara koklea atau nervus auditorius. Namun, peran ABI pada tuli sensorineural kongenital masih memiliki banyak pro dan kontra.[2]
Habilitasi Pendengaran
Selain pemasangan alat bantu dengar, pada pasien dilakukan habilitasi pendengaran dan terapi wicara yang dilakukan oleh terapis wicara tersertifikasi untuk membantu mengembangkan kemampuan komunikasi baik reseptif maupun ekspresif. Habilitasi bahasa dilakukan sedini mungkin ketika anak terdiagnosis memiliki gangguan pendengaran untuk memberikan hasil yang optimal.
Metode habilitasi bicara antara lain menggunakan analisis video, bahasa isyarat, kecepatan membaca, serta kemampuan dan keterampilan komunikasi.[2]
Pembedahan
Pada beberapa kasus, tuli konduktif memerlukan pembedahan. Otitis media yang sering berulang dapat memerlukan miringotomi dan pemasangan pipa Grommet. Otitis media supuratif kronik tipe bahaya akan memerlukan tindakan seperti mastoidektomi, dengan atau tanpa timpanoplasti atau miringoplasti
Otosklerosis dapat memerlukan stapedektomi atau stapedetomi, dimana tulang stapes diganti menjadi bahan protesis. Tuli konduktif akibat tumor dan osteoma mungkin memerlukan pengangkatan jaringan patologik.
Tuli sensorineural akibat adanya fistula perilimfa mungkin memerlukan operasi reparasi fistula. Pembedahan juga bisa diperlukan pada tuli sensorineural akibat trauma kepala atau fraktur tulang temporal dan tumor akustik.[2,3,10,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Novita Tirtaprawita
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta