Epidemiologi Hidrokel
Data epidemiologi menunjukkan hidrokel atau hydrocele lebih sering terjadi pada laki-laki. Hidrokel pada perempuan sangat jarang terjadi, karena hidrokel terjadi pada kanalis Nuck yang umumnya akan terobliterasi saat lahir. Jenis hidrokel yang paling sering ditemukan adalah hidrokel nonkomunikans.
Global
Sebanyak 1–3% bayi baru lahir mengalami hidrokel atau hernia. Hal ini umumnya diketahui saat dilakukan pemeriksaan pemulangan neonatal. Waktu penutupan pasti dari prosesus vaginalis tidak diketahui. Prosesus vaginalis diketahui menetap pada sekitar 80–94% bayi laki-laki baru lahir.
Kejadian prosesus vaginalis paten menurun hingga 25–50% pada usia 2 tahun dan kemudian menetap di sekitar 20% pasien hingga dewasa. Namun, hanya 6% dari bayi laki-laki cukup bulan yang menunjukkan gejala klinis. Hidrokel yang terjadi pada anak di bawah usia 1 tahun umumnya dapat hilang dengan sendirinya dan hanya memerlukan terapi konservatif. Prosesus vaginalis yang paten juga merupakan faktor risiko terjadinya hernia inguinalis pada 8–12% kasus.
Hidrokel sekunder atau kronik lebih banyak terjadi pada laki-laki berumur lebih dari 40 tahun. Berdasarkan jenis hidrokel, hidrokel nonkomunikans merupakan tipe hidrokel yang paling sering ditemukan, dan diperkirakan terjadi pada 30 juta laki-laki dewasa dan anak-anak di seluruh dunia.[5,6,11]
Indonesia
Sampai sekarang belum terdapat data epidemiologi hidrokel di Indonesia. Akan tetapi, pada negara berkembang, etiologi hidrokel sekunder yang paling sering ditemukan adalah filariasis.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019, sekitar 120 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tinggi tertular filariasis. Hal ini membuat penduduk Indonesia memiliki peningkatan risiko untuk terkena hidrokel.[12,13]
Mortalitas
Secara umum, hidrokel jarang berakibat fatal. Pada bayi dan anak-anak, mayoritas kasus akan mengalami resolusi spontan. Namun, pemantauan klinis tetap dibutuhkan. Jika hidrokel tetap persisten setelah anak berusia 2 tahun, kemungkinan akan dibutuhkan pembedahan. Pada hidrokel sekunder, etiologi perlu digali dan diterapi untuk menghindari morbiditas dan mortalitas.[5,12]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra