Patofisiologi Hidrokel
Patofisiologi terjadinya hidrokel atau hydrocele berhubungan dengan perkembangan embriologi kanalis inguinalis dan prosesus vaginalis. Hidrokel terjadi akibat adanya cairan berlebih di dalam ruang potensial antara lapisan viseral dan parietal tunika vaginalis atau bilayer. Cairan ini tidak dapat tersalur, sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan.[1–3]
Embriologi Kanalis Inguinalis dan Prosesus Vaginalis
Patofisiologi terjadinya hidrokel berhubungan dengan perkembangan embriologi kanalis inguinalis dan prosesus vaginalis.
Embriologi Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis merupakan struktur tubuler pada daerah inguinal yang terletak di bagian bawah dinding abdomen anterior. Kanalis inguinalis ini memiliki dua pembukaan, yaitu cincin inguinalis profunda dan cincin inguinalis superfisialis.
Struktur ini terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, tetapi dengan fungsi yang berbeda. Pada laki-laki, kanalis inguinalis memungkinkan korda spermatika untuk lewat di antara testis dan abdomen, sedangkan pada wanita struktur ini memberikan jalan bagi ligamentum rotundum uteri dari uterus ke labia mayor.[1,2]
Embriologi Prosesus Vaginalis
Pada kira-kira usia gestasi 12 minggu, lapisan peritoneum menonjol dan membentuk prosesus vaginalis, suatu struktur dari peritoneum yang masuk melewati kanalis inguinalis dan berakhir di skrotum pada laki-laki. Pada laki-laki, adanya struktur yang menghubungkan dari peritoneum ke skrotum ini berfungsi sebagai jalan turunnya testis ke kantong skrotum.
Setelah testis turun sempurna ke skrotum, prosesus vaginalis akan mengalami apoptosis yang mengakibatkan obliterasi lumennya. Proses obliterasi ini masih berlangsung hingga masa setelah kelahiran. Prosesus vaginalis yang sudah terobliterasi dapat hilang sama sekali atau menjadi korda yang tidak berlumen. Prosesus vaginalis yang berada di distal dan bersebelahan dengan testis akan menjadi tunika vaginalis testis.
Obliterasi lumen prosesus vaginalis ini akan memutuskan hubungan regio inguinalis dan skrotum dari abdomen, sehingga organ-organ abdomen dan cairan peritoneal tidak dapat masuk ke skrotum ataupun kanalis inguinalis. Bila prosesus vaginalis gagal menutup, maka disebut sebagai prosesus vaginalis paten (patent processus vaginalis), dan menyebabkan terjadinya berbagai kelainan inguinoscrotal, seperti hidrokel komunikans dan hernia inguinalis.
Pada wanita, kegagalan obliterasi lumen prosesus vaginalis mengakibatkan terbentuknya kantong paten dari peritoneum yang disebut kanalis Nuck. Kantong ini juga diasosiasikan dengan terjadinya hernia inguinalis dan hidrokel komunikans.[1,2]
Patofisiologi Hidrokel Komunikans
Hidrokel komunikans umumnya merupakan keadaan kongenital, di mana prosesus vaginalis tidak mengalami obliterasi. Hal ini mengakibatkan adanya hubungan antara rongga peritoneum dengan skrotum atau daerah linguolabial. Hidrokel terjadi ketika cairan peritoneum melewati jalan ini dan terkumpul ke dalam skrotum.[1,2]
Patofisiologi Hidrokel Nonkomunikans
Hidrokel nonkomunikans terjadi saat tidak terdapat hubungan antara rongga peritoneum dengan skrotum. Akumulasi cairan hidrokel sekunder nonkomunikans dapat disebabkan akibat adanya penyerapan cairan yang terlambat atau keseimbangan cairan yang terganggu di dalam tunika vaginalis.
Beberapa etiologi, seperti tumor, trauma, atau keganasan, dapat meningkatkan produksi cairan pada skrotum. Pada filariasis, limfangitis filarial akut dapat menyebabkan obstruksi limfatik, fibrosis, dan limfedema yang kemudian mengganggu absorbsi cairan limfatik, sehingga menyebabkan hidrokel.
Hidrokel terjadi akibat adanya akumulasi cairan di dalam ruang potensial antara lapisan viseral dan parietal tunika vaginalis (bilayer) yang tidak dapat tersalur. Akumulasi cairan yang paling umum terjadi adalah akumulasi dari cairan peritoneal yang masuk ke dalam skrotum melalui prosesus vaginalis paten, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya akumulasi jenis cairan lain.[1–3]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra