Penatalaksanaan Hidrokel
Prinsip dari penatalaksanaan hidrokel, atau dikenal sebagai hydrocele, adalah mengeluarkan akumulasi cairan berlebih yang sudah terbentuk serta mencegah terjadinya reakumulasi cairan di rongga tersebut. Tata laksana dari hidrokel dapat berupa tata laksana konservatif dan tata laksana pembedahan. Tata laksana pembedahan dapat dibagi lagi menjadi aspirasi dan skleroterapi serta hidrokelektomi. Terapi filariasis, seperti dietilkarbamazin atau ivermectin, dapat ditambahkan pada pasien hidrokel yang disebabkan oleh filariasis.
Konservatif
Tata laksana konservatif dipertimbangkan pada beberapa kondisi. Beberapa kondisi yang dapat diuntungkan dengan penanganan konservatif adalah:
Bayi dengan Hidrokel Tanpa Komplikasi
Suatu studi menganjurkan 18 bulan sebagai batasan usia untuk menghindari operasi, dan sumber lain mengatakan bahwa sebagian besar hidrokel kongenital akan sembuh sendiri sebelum usia 1 tahun.
Pasien Dewasa dengan Hidrokel Nonkomunikans Asimtomatik
Pendekatan konservatif dapat dilakukan hingga pasien mengalami keluhan atau komplikasi seperti infeksi. Operasi untuk mengeksplorasi penyebab hidrokel mungkin diperlukan pada pasien-pasien ini bila terdapat penyakit-penyakit lain yang tidak dapat disingkirkan.[2,12]
Pasien sebaiknya dilakukan follow up hingga setidaknya usia 1 tahun dan sebaiknya hingga usia 2 tahun untuk hidrokel kongenital. Untuk hidrokel nonkongenital, follow up setidaknya dilakukan selama 6 bulan, dan sebaiknya 1 tahun. Walau demikian, jika terdapat kondisi seperti hernia inguinalis, kriptorkidismus, torsio testis, atau massa testis, pembedahan sebaiknya dipertimbangkan.[13]
Aspirasi dan Skleroterapi
Tata laksana pembedahan yang paling sering dilakukan adalah aspirasi dan skleroterapi.
Aspirasi
Salah satu tata laksana noninvasif yang dapat dilakukan pada hidrokel adalah aspirasi. Sebelum dilakukannya tindakan aspirasi, pemeriksaan yang menyeluruh dan pemeriksaan penunjang menggunakan ultrasonografi dengan Doppler duplex dengan posisi berdiri dan berbaring harus terlebih dulu dilakukan.
Aspirasi menggunakan spuit steril merupakan cara termudah untuk menghilangkan akumulasi cairan hidrokel, namun aspirasi saja tidak menyelesaikan masalah pada hidrokel idiopatik karena kemudian cairan akan kembali terakumulasi akibat sekresi dan reabsorpsi tunika yang tidak seimbang. Oleh karenanya, teknik aspirasi ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi dan sebaiknya dikombinasikan dengan skleroterapi.[2,12]
Skleroterapi
Skleroterapi adalah tindakan menyuntikkan bahan-bahan sklerosan ke lumen prosesus vaginalis paten sehingga terjadi obliterasi. Beberapa bahan sklerosan yang digunakan di antaranya yaitu doxycycline, polidocanol, tetrasiklin, OK-432, ethanolamine oleate, fenol, dan antazoline. Ukuran hidrokel dapat menjadi faktor prediksi keberhasilan terapi ini. Ukuran hidrokel sebesar 750 ml menjadi batas maksimal yang umum diterapkan di berbagai pedoman.
Beberapa kontraindikasi skleroterapi ini di antaranya adalah hidrokel kongenital, komunikans, dan hidrokel pada anak-anak. Skleroterapi juga tidak dapat dilakukan pada pasien-pasien yang memiliki reaksi alergi terhadap bahan-bahan sklerosan.[2,12]
Kombinasi Aspirasi dan Skleroterapi
Keuntungan kombinasi aspirasi dan skleroterapi dibandingkan terapi pembedahan invasif selain sifatnya yang tidak invasif, adalah biaya yang lebih ringan dibandingkan tindakan pembedahan invasif. Meski demikian, terapi ini memiliki beberapa komplikasi yang dapat terjadi di antaranya yaitu rekurensi dan gangren. Selain itu, skleroterapi juga memiliki beberapa kontraindikasi seperti yang telah disebutkan di atas sehingga terapi ini tidak dapat dilakukan pada semua pasien.[2,12]
Hidrokelektomi
Hidrokelektomi sampai sekarang merupakan tata laksana paling definitif dan masih dianggap sebagai baku emas penatalaksanaan hidrokel. Hidrokelektomi dianjurkan pada pasien-pasien dengan hidrokel menetap dan berukuran besar. Pada beberapa kasus, tindakan hidrokelektomi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibanding alternatifnya. Terdapat beberapa teknis pembedahan yang digunakan pada hidrokelektomi.
Semua tindakan dilakukan setelah anestesi umum atau regional dan tindakan septik antiseptik pada skrotum dan penis. Pendekatan garis sayatan dapat berada di garis tengah skrotum atau melintang terhadap pembuluh darah yang lewat. Sayatan garis tengah biasanya lebih cocok untuk hidrokel bilateral sedangkan sayatan melintang lebih aman pada saat digunakan anestesi lokal. Pada umumnya semua teknik akan memerlukan dibuatnya insisi kecil pada kulit dan kemudian testis ditarik keluar.[2,5,12]
Beberapa teknik pembedahan pada hidrokelektomi akan dijelaskan di bawah ini:
Prosedur Jaboulay atau Winkleman
Prosedur Jaboulay merupakan teknik operasi yang paling umum dikerjakan. Berikut ini langkah-langkah prosedur Jaboulay pada hidrokel:
- Testis dikeluarkan lewat sayatan pada kulit dan tunika, sebagian besar dari kantong kemudian direseksi sehingga meninggalkan sedikit sisa di sepanjang batas-batas testis
- Setelah jaringan sisa dieversi, lakukan jahitan running yang menutup tepi-tepi bebas yang mengelilingi struktur korda akan dapat mengontrol perdarahan dengan cepat. Perkiraan tepi-tepi ini dilakukan dengan longgar di sekitar korda untuk menghindari terjadinya gangguan pada pembuluh darah testis. Pada variasi lain teknik ini, dilakukan reseksi pada tunika vaginalis parietal yang dekat dengan testis dan epididymis
- Elektrokauter dapat digunakan pada tepi-tepi untuk mencapai hemostasis. Selanjutnya penutupan standar dua lapis digunakan untuk menutup skrotum.
Prosedur Lord
Prosedur Lord merupakan prosedur alternatif yang dapat dilakukan pada pasien hidrokel. Langkah-langkah prosedur Lord adalah sebagai berikut:
- Insisi kecil dibuat pada skrotum untuk memindahkan testis ke medan operasi.
- Lapisan parietal tunika vaginalis kemudian dibuka tanpa diseksi dari lapisan Dartos lalu forsep Allis digunakan pada tepi-tepi yang dipotong memungkinkan testis didekatkan ke luka.
- Tepi-tepi dilipat secara sirkumferensial dengan jahitan interrupted menggunakan benang yang dapat diserap berukuran 2-0 atau 3-0 dengan jarak kira-kira 1 cm satu sama lain dan gigitan selebar 1 cm juga. Ikatan yang dibuat pada hasil jahitan ini harus terlihat seperti kerah Spanyol yang mengelilingi epididymis dan testis.
- Penutupan dua lapis harus dilakukan dalam penutupan skrotum. Penutupan pertama melibatkan otot Dartos dan penutupan kedua adalah untuk menutup kulit. Jahitan sederhana atau matras lebih dianjurkan untuk mencapai hemostasis.
Prosedur Andrews
Prosedur ini sering kali disebut sebagai operasi botol. Teknik yang dilakukan pada prosedur ini yaitu eversi hidrokel mengelilingi testis setelah testis dikeluarkan dari skrotum melalui insisi sekitar 2-3 cm di tunika vaginalis. Prosedur kemudian diselesaikan dengan menempelkan tepi-tepi yang dipotong ke struktur korda atau membiarkan kantong yang sudah tereversi terbuka. Skrotum ditutup dengan penutupan dua lapis. [2,5,12]
Pemasangan Drainase dan Penanganan Setelah Tindakan Hidrokeletomi
Pada semua teknik di atas pemasangan drainase biasanya tidak digunakan, namun bila ukuran hidrokel besar atau perlu dilakukan drainase hemostasis, maka pemasangan drain penrose melalui insisi yang terpisah yang berada di polus bawah dan ke sebelah kiri dapat berguna.
Dressing yang digunakan untuk menutup adalah penyokong atletik standar untuk mempertahankan skrotum di tempat. Celana dalam yang ketat juga dapat digunakan sebagai alternatif.
Penggunaan es selama 24 jam pertama dapat menghilangkan nyeri dan pembengkakan setelah operasi. Berikan analgesik oral, seperti ibuprofen atau diklofenak untuk menghilangkan nyeri setelah operasi. Antibiotik umumnya tidak diperlukan setelah tindakan medis ini dilakukan.[2,12]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra