Diagnosis Overactive Bladder
Diagnosis overactive bladder (OAB) perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan frekuensi miksi (siang ataupun malam) dan urgensi, dengan atau tanpa inkontinensia urgensi, dimana keluhan dirasakan mengganggu kualitas hidup secara bermakna. Diagnosis dan manajemen awal memerlukan pemeriksaan riwayat klinis menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sederhana untuk mengeksklusi penyebab lain, seperti infeksi saluran kemih dan keganasan urologi.
Pada beberapa kasus, pemeriksaan penunjang tambahan mungkin diperlukan untuk memvalidasi diagnosis OAB, mengeksklusi adanya gangguan medis lain, atau merencanakan pendekatan terapeutik. Pemeriksaan penunjang ini dapat mencakup kultur urine, pengukuran volume residual setelah berkemih, dan bladder diary.[6,9,11-13]
Anamnesis
Gejala overactive bladder memiliki 4 komponen utama, yaitu:
- Urgensi: keinginan kuat untuk buang air kecil yang sulit untuk ditunda dan datang secara tiba-tiba
- Frekuensi: sering berkemih, umumnya 8 kali atau lebih dalam 24 jam
- Nokturia: terganggunya tidur akibat keinginan untuk berkemih 1 kali atau lebih
- Inkontinensia urgensi: kebocoran urine yang tidak disengaja, terkait dengan keinginan kuat yang tiba-tiba untuk berkemih
Dokter juga perlu mengidentifikasi adanya polidipsia. Pada OAB, peningkatan frekuensi miksi berkaitan dengan volume urine yang sedikit setiap berkemih. Sementara itu, pada polidipsia, volume urine normal atau banyak setiap kali miksi, serta sebanding dengan asupan cairan yang dikonsumsi pasien.
Anamnesis terkait riwayat obstetri-ginekologi juga perlu ditanyakan, meliputi paritas, cara persalinan, menopause, serta adanya tumor pada organ reproduksi yang dapat menyebabkan obstruksi. Riwayat penyakit sistemik yang perlu diidentifikasi meliputi retensi cairan pada gagal jantung, adanya diabetes mellitus, gangguan pada sistem saraf pusat, sindrom metabolik, serta penggunaan obat-obatan yang dapat memicu urgensi seperti diuretik dan bethonecol.
Riwayat penyakit yang dapat mempengaruhi tata laksana juga perlu diketahui. Glaukoma sudut tertutup, riwayat retensi urine, dan gangguan kognitif adalah kontraindikasi relatif penggunaan obat antimuskarinik.[6,9,11-13]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan panggul, pemeriksaan bimanual, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan anorektal, pemeriksaan neurologi, dan pemeriksaan fisik umum.[6,9,11-13]
Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul dilakukan untuk mengidentifikasi adanya peradangan, infeksi, atrofi, ataupun prolaps organ panggul. Kondisi tersebut dapat meningkatkan sensasi aferen, menyebabkan urgensi, frekuensi, dan disuria.[6,9,11-13]
Pemeriksaan Bimanual, Abdomen, dan Anorektal
Pemeriksaan bimanual, abdomen, dan anorektal dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa atau pembesaran organ yang dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih.
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya diastasis rekti, massa, ascites, dan organomegali yang dapat mempengaruhi tekanan intraabdomen dan fungsi saluran kemih.[6,9,11-13]
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi dilakukan untuk mengetahui adanya cedera, gangguan atau penyakit pada sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan OAB neurogenik. Contoh kondisi neurologi yang dapat menyebabkan OAB antara lain spinal cord injury, hidrosefalus, stroke, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dementia, multiple sclerosis, dan massa pada sistem saraf.
Pemeriksaan neurologi yang diperlukan umumnya mencakup evaluasi serabut saraf lumbosakral, refleks tendon dalam, kekuatan ekstremitas bawah, pemeriksaan sensorik, serta pemeriksaan refleks bulbokavernosus dan klitoral sakral. Hasil abnormal mengindikasikan adanya lesi neurologi yang berkontribusi terhadap munculnya OAB.[6,9,11-13]
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik umum dilakukan untuk mengetahui adanya komorbiditas seperti hipertensi, gagal jantung, diabetes melitus, dan sindrom metabolik yang merupakan faktor risiko OAB.[6,9,11-13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding overactive bladder antara lain stress urinary incontinence (SUI), infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, benign prostate hyperplasia (BPH), dan prolaps organ panggul.[6,31,32]
Stress Urinary Incontinence (SUI)
Stress urinary incontinence (SUI) merupakan kebocoran urine karena tekanan tambahan di kandung kemih akibat peningkatan tekanan abdomen. Pencetus SUI antara lain batuk, mengejan, bersin, tertawa, dan beberapa kegiatan olahraga yang meningkatkan tekanan abdomen (misalnya angkat beban).[8-10]
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih memiliki manifestasi urgensi dan frekuensi, kencing terasa tidak tuntas, hematuria dan disuria. ISK dapat dengan mudah diidentifikasi menggunakan dipstick urinalysis atau jika dianggap perlu dapat dilakukan kultur urin.[6,32,33]
Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih memiliki manifestasi berupa hematuria terminal, nyeri suprapubik, aliran kencing lemah, disuria, atau kencing tiba-tiba berhenti ketika batu menutupi saluran kencing. Batu saluran kemih dapat didiagnosis dengan pencitraan, seperti USG ataupun CT Scan.[6,34]
Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Benign prostate hyperplasia (BPH) memiliki manifestasi serupa OAB, yaitu frekuensi, nokturia, dan urgensi. BPH Pada pemeriksaan colok dubur pasien BPH akan ditemukan pembesaran prostat. Pembesaran prostat dapat dikonfirmasi dengan USG, dan dibedakan dari keganasan melalui biopsi.[6,35]
Prolaps Organ Panggul (POP)
Prolaps organ panggul dapat memunculkan terjadinya gejala saluran kemih bawah yang serupa OAB. Pada umumnya, prolaps organ panggul menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih tapi jarang disertai dengan urgensi.[6,36]
Pemeriksaan Penunjang
Pedoman diagnosis overactive bladder oleh American Urological Association (AUA) dan Society of Urodynamics, Female Pelvic Medicine and Urogenital Reconstruction (SUFU) merekomendasikan pendekatan diagnosis berikut:
- Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis digunakan di awal pemeriksaan pasien yang dicurigai mengalami OAB
- Apabila dianggap perlu, dapat dilakukan kultur urin dan atau evaluasi volume residu setelah berkemih, ditambah dengan bladder diary dan kuesioner gejala
- Studi urodinamik, sistoskopi, dan USG saluran kemih umumnya tidak diperlukan pada kasus tanpa komplikasi, serta hanya digunakan pada kasus yang kompleks atau refrakter
- Sitologi urine juga tidak direkomendasikan jika tidak terdapat hematuria dan pasien berespon baik terhadap terapi[6,9,11-13]
Urinalisis
Urinalisis dapat dilakukan menggunakan dipstick. Urinalisis dapat mengevaluasi adanya infeksi, hematuria, dan glukosuria.[13,37]
Kultur Urine
Kultur urine dilakukan jika hasil urinalisis dianggap inkonklusif dan ada kecurigaan tinggi pasien mengalami infeksi saluran kemih.[38]
Evaluasi Volume Residu Setelah Berkemih
Evaluasi volume residu setelah berkemih atau postvoiding residual volume dilakukan jika ada kecurigaan pasien mengalami obstruksi atau underactive bladder. Volume residu lebih dari 100 ml memerlukan evaluasi lanjutan untuk mendeteksi adanya prolaps organ atau penyebab lain yang lebih serius.[6,39]
Bladder Diary
Bladder diary menggambarkan kebiasaan dan pola kemih sehari-hari. Bladder diary bisa sangat membantu dalam menentukan frekuensi, volume, pola berkemih, dan adanya inkontinensia. Dengan bladder diary, dokter bisa mengidentifikasi apakah pasien OAB mengalami urgensi, frekuensi, nokturia, ataupun inkontinensia urgensi.[39]
Studi Urodinamik
Studi urodinamik tidak digunakan sebagai evaluasi lini pertama pada pasien OAB, kecuali jika diduga ada kelainan neurologi. Studi urodinamik dapat dipertimbangkan dilakukan jika terapi lini pertama gagal atau diduga etiologi neurogenik.
Studi urodinamik terdiri dari cystometrography (CMG) dan uroflow/ electromyelography. CMG menilai kapasitas kandung kemih, overaktivitas detrusor, dan sensasi pengisian kandung kemih. Uroflow/ electromyelography menilai tekanan detrusor selama berkemih, relaksasi otot dasar panggul selama berkemih, pola aliran, serta ada-tidaknya Valsalva voiding.[13,37]
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan noninvasif yang dapat digunakan untuk mengetahui ketebalan dinding kandung kemih dan mengeksklusi adanya lesi kandung kemih atau pelebaran saluran kemih bagian atas.[13,37,39]
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan elektrolit dan kreatinin dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Pemeriksaan gula darah dapat mengevaluasi adanya diabetes mellitus. Prostate specific antigen dapat mengevaluasi kemungkinan keganasan prostat.[39]