Patofisiologi Overactive Bladder
Berbagai faktor terlibat dalam patofisiologi overactive bladder (OAB) dan mekanisme yang mendasari dapat berbeda antar individu, dan bisa disertai atau tanpa inkontinensia urine. Secara umum, terdapat beberapa teori yang dipercaya berperan dalam patofisiologi overactive bladder, yaitu teori miogenik, neurogenik, uroteliogenik, dan uretrogenik.[8-10]
Proses Mikturisi
Pembentukan urine terjadi di ginjal, lalu disimpan pada kandung kemih. Ketika otot sfingter relaksasi, otot detrusor kontraksi, terjadilah pengosongan kandung kemih. Pengisian dan pengosongan kandung kemih dipengaruhi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Stimulasi simpatis dominan selama pengisian kandung kemih, dan parasimpatis menyebabkan pengosongan.
Pada orang dewasa, kandung kemih memiliki kapasitas hingga 500 ml urine. Setelah dikosongkan, kandung kemih masih dapat menahan sekitar 50 ml volume residu. Ketika kandung kemih terisi sekitar 150 ml urine, reseptor regangan mulai memberikan sinyal pada susunan saraf pusat (SSP) melalui saraf eferen. Kemudian, terjadilah refleks kontraksi dinding kandung kemih yang dirangsang oleh saraf parasimpatis, menyebabkan otot detrusor berkontraksi. Pada saat yang sama, terjadi relaksasi sfingter internus, diikuti oleh relaksasi sfingter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Kontraksi sfingter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi.[14-16]
Teori Miogenik
Menurut teori miogenik, perubahan histologi dari otot detrusor menyebabkan otot detrusor menjadi lebih sensitif terhadap stimulasi kolinergik. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas spontan pada overactive bladder.
Normalnya, otot detrusor menjadi rileks apabila ada sinyal dari saraf simpatis, serta akan berkontraksi apabila sinyal datang dari saraf parasimpatis. Adanya perubahan struktur pada otot detrusor menyebabkan aktivasi Ca2+ terganggu, sehingga dapat terjadi kontraksi involunter dan peningkatan aktivitas kontraktil pada kandung kemih.[9,10,17,18]
Teori Neurogenik
Menurut teori neurogenik, penurunan impuls neuron inhibitorik dan peningkatan impuls aferen dari kandung kemih memicu refleks berkemih abnormal pada overactive bladder.[9,10,17,18]
Pada orang dewasa, proses penyimpanan dan pengosongan urine dikendalikan oleh kontrol volunter. Gangguan pada central inhibitory pathways di otak dan sumsum tulang belakang atau sensitisasi terminal aferen perifer di kandung kemih dapat mencetuskan refleks berkemih pada overactive bladder.[9,10,15,17,18]
Teori Uroteliogenik
Menurut teori uroteliogenik, overactive bladder terjadi akibat gangguan pada urothelium atau suburothelium kandung kemih.[6,9,10]
Teori Urogenik
Menurut teori urogenik, urgensi pada overactive bladder timbul akibat gangguan di uretra. Teori ini didasarkan pada observasi yang mengindikasikan bahwa pasien mengalami urgensi dan inkontinensia urine terutama saat mengubah posisi.[6,9,10]