Etiologi Overactive Bladder
Etiologi overactive bladder (OAB) dapat dibedakan menjadi neurogenik dan non-neurogenik, dengan atau tanpa disertai inkontinensia urine. Overactive bladder neurogenik terjadi akibat gangguan sistem saraf. Overactive bladder non-neurogenik disebabkan oleh penyakit sistemik atau idiopatik.[8-10]
Overactive Bladder Neurogenik
Overactive bladder neurogenik disebabkan oleh adanya penyakit atau cedera pada persarafan, misalnya spinal cord injury, stroke, penyakit Alzheimer, dementia, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, hidrosefalus, dan massa pada sistem saraf.[6,17,19]
Overactive Bladder Non-neurogenik
Overactive bladder juga bisa disebabkan oleh etiologi nonneurogenik. Kontraksi otot detrusor bisa terjadi secara spontan ataupun diinduksi pengisian yang cepat kandung kemih, perubahan postur, ataupun berjalan.
Beberapa obat juga bisa menyebabkan gejala overactive bladder. Contohnya adalah diuretik dan bethanechol.
Gagal jantung atau penyakit vaskular juga bisa berkontribusi menimbulkan gejala overactive bladder. Pasien gagal jantung mengalami kelebihan cairan. Pada pagi hari, seringkali cairan ini berkumpul di kaki dan pergelangan kaki. Kemudian, ketika pasien rebahan untuk tidur di malam hari, cairan ini mengalami mobilisasi dan meningkatkan renal output.
Dalam kasus yang jarang, overactive bladder timbul karena etiologi yang tidak dapat diidentifikasi (idiopatik).[6,17,19-21]
Faktor Risiko
Faktor risiko overactive bladder adalah usia, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas, komorbiditas sistemik, riwayat obstetri dan ginekologi, serta penggunaan obat-obatan.[6,9,11]
Usia
Seiring bertambahnya usia, risiko overactive bladder semakin meningkat. Sel-sel mengalami degenerasi, termasuk juga sel pada otak dan kandung kemih.[19,22,23]
Jenis Kelamin
Overactive bladder lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pria. Hal ini dikaitkan dengan faktor hormonal. Rendahnya estrogen dapat menyebabkan uretritis dan vaginitis yang juga dapat memunculkan manifestasi overactive bladder.[19,22,23]
Gaya Hidup
Gaya hidup yang buruk seperti merokok, konsumsi alkohol, kopi, minuman berkarbonasi, serta kurang menjaga kebersihan dapat meningkatkan risiko timbulnya overactive bladder. Merokok dikaitkan dengan hormon antiestrogenik yang berefek pada kandung kemih dan uretra, serta nikotin dapat menginduksi kontraksi fasik otot detrusor. Alkohol dan metabolitnya dapat meningkatkan permeabilitas urotelial yang mencetuskan gejala saluran kemih bawah, termasuk overactive bladder.[22-26]
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko berbagai penyakit, seperti sindrom metabolik, gagal jantung, diabetes, dan benign prostate hyperplasia. Obesitas menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal dan intravesikal, yang secara kronis dapat menyebabkan disfungsi dasar panggul dan menimbulkan gejala overactive bladder.[23,26]
Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik, seperti gagal jantung, diabetes, dan sindrom metabolik, dapat menyebabkan perubahan pada faktor miogenik, neurogenik, dan urothelium sehingga mempengaruhi terjadinya manifestasi overactive bladder.[6,21]
Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Cara persalinan pervaginam dan jumlah paritas dihubungkan dengan disfungsi dasar panggul yang berpengaruh terhadap otot detrusor dan dapat menyebabkan manifestasi berupa overactive bladder. Selain itu, overactive bladder juga lebih banyak ditemukan pada wanita menopause.[22-26]