Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Overactive Bladder general_alomedika 2022-01-27T12:35:22+07:00 2022-01-27T12:35:22+07:00
Overactive Bladder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Overactive Bladder

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa overactive bladder (OAB) memiliki angka kejadian yang meningkat seiring usia. OAB bisa disertai atau tanpa inkontinensia urine. Kondisi ini juga ditemukan lebih banyak pada wanita.[22,27-30]

Global

Studi National Overactive Bladder Evaluation (NOBLE) di Amerika Serikat dilakukan pada 5204 partisipan yang berusia di atas 18 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa 16,5% dari sampel memenuhi kriteria diagnosis overactive bladder. Dalam studi ini tidak ditemukan perbedaan bermakna kejadian pada pria dan wanita. Tetapi, wanita dilaporkan mengalami OAB disertai inkontinensia lebih banyak dibandingkan pria.

Sebuah studi lain dilakukan terhadap wanita usia 45–85 tahun di Kota Briele, Belanda. Studi ini menemukan bahwa 49% partisipan mengalami gejala OAB, dimana prevalensinya meningkat seiring usia. Prolaps organ panggul ditemukan sebagai faktor risiko independen terjadinya OAB pada wanita.[24]

Studi lain di Polandia melibatkan 6005 partisipan berusia di atas 40 tahun. Studi ini menemukan bahwa kejadian OAB lebih tinggi pada wanita (39,5%) dibandingkan pria (26,8%). Sama dengan studi lainnya, kejadian OAB ditemukan meningkat seiring bertambahnya usia.[27]

Studi pada 8284 partisipan di Korea menunjukkan prevalensi OAB sebesar 20,8%. Prevalensi pada wanita 22,1% dan pria 19,5%. Angka kejadian meningkat secara signifikan dengan bertambahnya usia, dari 10,8% pada mereka yang berusia 40-44 tahun menjadi 27,9% pada mereka yang berusia di atas 60 tahun.[28]

Indonesia

Hingga kini tidak ada data epidemiologi nasional overactive bladder (OAB) di Indonesia. Sebuah penelitian di departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta yang melibatkan 250 partisipan menunjukkan 89 orang (35,6%) mengalami inkontinensia urine dan sebanyak 66 orang di antaranya menunjukkan gejala klinis OAB. Setelah menjalani pemeriksaan, 15,6% (39 orang) didiagnosis mengalami OAB.[29]

Studi lain dilakukan di 6 rumah sakit pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Studi ini melibatkan 2765 partisipan, serta menemukan bahwa prevalensi inkontinensia urine secara keseluruhan adalah 13,0%. OAB basah ditemukan pada 4,1% pasien dan OAB kering pada 1,8% pasien. Prevalensi lebih tinggi pada populasi usia lanjut (22,2%), dibandingkan dengan orang dewasa (12,0%) dan anak (6,8%).[30]

Mortalitas

Overactive bladder (OAB) sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. OAB dan inkontinensia urine telah dikaitkan dengan adanya komorbiditas medis lain, termasuk infeksi saluran kemih (ISK), infeksi dan iritasi kulit, serta peningkatan risiko jatuh dan fraktur pada lansia.

OAB juga meningkatkan risiko depresi dan menurunkan kualitas tidur. OAB yang melibatkan inkontinensia urgensi telah dilaporkan menyebabkan gangguan kualitas hidup paling bermakna.

Pasien OAB yang mengalami gangguan tidur dilaporkan mengeluhkan kelelahan kronis dan gangguan dalam melakukan aktivitas harian. Selain itu, pada lansia, OAB dengan nokturia berkaitan dengan fraktur panggul akibat tersandung atau kehilangan keseimbangan saat bangun tidur malam hari.[6]

Referensi

6. Ellsworth PI. Overactive Bladder. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/459340-overview
22. Chae J, Yoo EH, Jeong Y, Pyeon S, Kim D. Risk factors and factors affecting the severity of overactive bladder symptoms in Korean women who use public health centers. Obstetrics & gynecology science, 2018. 61(3), 404–412. https://doi.org/10.5468/ogs.2018.61.3.404
24. de Boer TA, Slieker-ten Hove MC, Burger CW, Vierhout ME. The prevalence and risk factors of overactive bladder symptoms and its relation to pelvic organ prolapse symptoms in a general female population. Int Urogynecol J. 2011;22(5):569-575. doi:10.1007/s00192-010-1323-x
27. Przydacz M, Golabek T, Dudek P, et al. Prevalence and bother of lower urinary tract symptoms and overactive bladder in Poland, an Eastern European Study. Sci Rep, 2020. 10, 19819. https://doi.org/10.1038/s41598-020-76846-0
28. Chuang YC, Liu SP, Lee KS, et al. Prevalence of overactive bladder in China, Taiwan and South Korea: Results from a cross-sectional, population-based study. Lower urinary tract symptoms, 2019. 11(1): 48–55. https://doi.org/10.1111/luts.12193
29. Agustina A, Santoso BI, Junizaf J. Prevalensi penderita Overactive Bladder pada pegawai perempuan di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Maj Obstet Ginekol Indones, 2008 Volume. 32, No. 2, April 2008: 82-92. 2008. http://inajog.com/index.php/journal/article/view/153
30. Sumardi R, Mochtar CA, Santoso BI, et al. Prevalence of Urinary Incontinence, Risk Factors and Its Impact: Multivariate Analysis from Indonesian Nationwide
Survey. Acta Med Indones-Indones J Intern Med, 2014. Vol 46 Number 3. http://www.inaactamedica.org/archives/2014/25348179.pdf

Etiologi Overactive Bladder
Diagnosis Overactive Bladder

Artikel Terkait

  • Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia
    Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia
  • Efektivitas Percutaneous Tibial Nerve Stimulation pada Overactive Bladder
    Efektivitas Percutaneous Tibial Nerve Stimulation pada Overactive Bladder
  • Mirabegron untuk Terapi Overactive Bladder
    Mirabegron untuk Terapi Overactive Bladder
Diskusi Terkait
dr. Andrea
Dibalas 23 Agustus 2023, 14:42
Mirabegron untuk Terapi Overactive Bladder - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Andrea
1 Balasan
ALO Dokter!Mirabegron adalah obat golongan baru yaitu agonis β3-adrenoseptor. Obat ini merupakan salah satu pilihan medikamentosa untuk overactive bladder...
Anonymous
Dibalas 30 Januari 2023, 16:43
Diagnosis untuk overactive bladder
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin berdiskusi.Pasien perempuan berusia 70tahun dengan keluhan sering BAK dialami selama satu tahun ini. Saat ini bak di pampers dengan warna...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.