Epidemiologi Overactive Bladder
Data epidemiologi menunjukkan bahwa overactive bladder (OAB) memiliki angka kejadian yang meningkat seiring usia. OAB bisa disertai atau tanpa inkontinensia urine. Kondisi ini juga ditemukan lebih banyak pada wanita.[22,27-30]
Global
Studi National Overactive Bladder Evaluation (NOBLE) di Amerika Serikat dilakukan pada 5204 partisipan yang berusia di atas 18 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa 16,5% dari sampel memenuhi kriteria diagnosis overactive bladder. Dalam studi ini tidak ditemukan perbedaan bermakna kejadian pada pria dan wanita. Tetapi, wanita dilaporkan mengalami OAB disertai inkontinensia lebih banyak dibandingkan pria.
Sebuah studi lain dilakukan terhadap wanita usia 45–85 tahun di Kota Briele, Belanda. Studi ini menemukan bahwa 49% partisipan mengalami gejala OAB, dimana prevalensinya meningkat seiring usia. Prolaps organ panggul ditemukan sebagai faktor risiko independen terjadinya OAB pada wanita.[24]
Studi lain di Polandia melibatkan 6005 partisipan berusia di atas 40 tahun. Studi ini menemukan bahwa kejadian OAB lebih tinggi pada wanita (39,5%) dibandingkan pria (26,8%). Sama dengan studi lainnya, kejadian OAB ditemukan meningkat seiring bertambahnya usia.[27]
Studi pada 8284 partisipan di Korea menunjukkan prevalensi OAB sebesar 20,8%. Prevalensi pada wanita 22,1% dan pria 19,5%. Angka kejadian meningkat secara signifikan dengan bertambahnya usia, dari 10,8% pada mereka yang berusia 40-44 tahun menjadi 27,9% pada mereka yang berusia di atas 60 tahun.[28]
Indonesia
Hingga kini tidak ada data epidemiologi nasional overactive bladder (OAB) di Indonesia. Sebuah penelitian di departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta yang melibatkan 250 partisipan menunjukkan 89 orang (35,6%) mengalami inkontinensia urine dan sebanyak 66 orang di antaranya menunjukkan gejala klinis OAB. Setelah menjalani pemeriksaan, 15,6% (39 orang) didiagnosis mengalami OAB.[29]
Studi lain dilakukan di 6 rumah sakit pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Studi ini melibatkan 2765 partisipan, serta menemukan bahwa prevalensi inkontinensia urine secara keseluruhan adalah 13,0%. OAB basah ditemukan pada 4,1% pasien dan OAB kering pada 1,8% pasien. Prevalensi lebih tinggi pada populasi usia lanjut (22,2%), dibandingkan dengan orang dewasa (12,0%) dan anak (6,8%).[30]
Mortalitas
Overactive bladder (OAB) sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. OAB dan inkontinensia urine telah dikaitkan dengan adanya komorbiditas medis lain, termasuk infeksi saluran kemih (ISK), infeksi dan iritasi kulit, serta peningkatan risiko jatuh dan fraktur pada lansia.
OAB juga meningkatkan risiko depresi dan menurunkan kualitas tidur. OAB yang melibatkan inkontinensia urgensi telah dilaporkan menyebabkan gangguan kualitas hidup paling bermakna.
Pasien OAB yang mengalami gangguan tidur dilaporkan mengeluhkan kelelahan kronis dan gangguan dalam melakukan aktivitas harian. Selain itu, pada lansia, OAB dengan nokturia berkaitan dengan fraktur panggul akibat tersandung atau kehilangan keseimbangan saat bangun tidur malam hari.[6]