Etiologi Ruptur Uretra
Etiologi ruptur uretra dibagi menjadi etiologi iatrogenik dan noniatrogenik, dimana penyebab iatrogenik seperti pembedahan prostat lebih sering terjadi.
Etiologi Iatrogenik
Etiologi tersering cedera uretra adalah akibat iatrogenik, seperti tindakan kateterisasi, tindakan operatif maupun instrumentasi transuretra, serta radiasi/pembedahan prostat.[4,7]
Etiologi Noniatrogenik
Etiologi noniatrogenik yang paling sering untuk ruptur uretra anterior yaitu trauma tumpul, sementara ruptur uretra posterior terkait fraktur pelvis (72%). Sedangkan pada wanita yang melahirkan per vaginam, trauma saat melahirkan ditemukan sebagai penyebab ruptur uretra pada wanita.[4,7]
Etiologi Noniatrogenik Ruptur Uretra Anterior
Etiologi noniatrogenik ruptur uretra anterior, antara lain:
- Trauma tumpul; paling sering melibatkan uretra pars bulbosa akibat straddle injury, dimana cedera terjadi pada posisi mengangkang, misalnya benturan pada selangkangan/perineum
Penile fracture (10-20%); umumnya terjadi secara tidak sengaja saat sedang berhubungan seksual
- Trauma tembus; umumnya akibat luka tembak
- Masuknya benda asing; umumnya akibat tindakan seksual yang salah atau adanya kelainan psikiatri[1,3,4]
Etiologi Noniatrogenik Ruptur Uretra Posterior
Etiologi noniatrogenik ruptur uretra posterior, antara lain:
- Fraktur pelvis (72%); tersering akibat kompresi lateral pada gelang panggul
- Kecelakaan kendaraan bermotor (68-84%); baik pengemudi, penumpang, atau yang paling sering pada pejalan kaki
- Jatuh dari ketinggian (6-25%) atau direct crushing injury[3,4]
Faktor Risiko
Faktor risiko ruptur uretra meliputi jenis kelamin, dimana yang paling sering adalah laki-laki dan mereka dengan kelainan prostat.
Laki-laki
Laki-laki lebih berisiko ruptur uretra, karena uretra laki-laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, serta uretra perempuan yang mobile tanpa perlekatan signifikan ke tulang pubis.[1]
Kelainan Prostat
Adanya kelainan prostat, baik pembesaran maupun kanker; berisiko ruptur uretra akibat iatrogenik, misalnya seperti tindakan kateterisasi, radiasi, tindakan operatif transuretra.[4]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli