Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Ruptur Uretra general_alomedika 2022-10-27T10:15:58+07:00 2022-10-27T10:15:58+07:00
Ruptur Uretra
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Ruptur Uretra

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Tata laksana pada ruptur uretra diawali dengan identifikasi dan stabilisasi hemodinamik, karena sering berhubungan dengan cedera area pelvis yang mengancam nyawa, seperti fraktur pelvis dan perdarahan intraabdomen. Setelah stabilisasi hemodinamik, pasien harus segera dikonsultasikan ke dokter spesialis urologi untuk penanganan lebih lanjut.

Penatalaksanaan awal untuk ruptur uretra sendiri pada dasarnya mengacu pada drainase kandung kemih dan realignment primer jika memungkinkan. Operasi repair hanya dilakukan bila pasien sudah stabil dan waktu tindakan sebaiknya disesuaikan hingga hematoma pelvis sudah mereda.[2,7]

Penatalaksanaan Ruptur Uretra Anterior

Penatalaksanaan ruptur uretra anterior berbeda tergantung jenis trauma, yang dibagi menjadi trauma tumpul, penile fracture, atau trauma tembus.

Ruptur Uretra Terkait Trauma Tumpul

Pada ruptur uretra akibat trauma tumpul, penatalaksanaan mencakup diversi urine dan realignment dengan menggunakan kateter urine. Pemasangan kateter dipertahankan selama 2 minggu untuk ruptur parsial atau 3 minggu untuk ruptur komplit.[4]

Ruptur Uretra Terkait Penile Fracture

Penatalaksanaan ruptur uretra anterior terkait penile fracture pada dasarnya memerlukan tindakan operatif dini untuk eksplorasi serta menjahit robekan corpus cavernosum dan memperbaiki sambungan uretra. Penjahitan dapat dilakukan baik dengan penjahitan sederhana untuk kasus laserasi kecil, maupun dengan repair anastomosis untuk ruptur komplit.[4]

Ruptur Uretra Terkait Trauma Tembus

Penatalaksanaan ruptur uretra terkait trauma tembus, meliputi tindakan operatif dini untuk eksplorasi dan perbaikan sambungan uretra dengan penjahitan, kecuali bila terdapat kondisi medis mengancam nyawa lainnya yang harus diprioritaskan.

Khusus tindakan repair tidak harus dilakukan secepatnya pada ruptur >2cm pada uretra pars bulbaris atau >1,5cm dari uretra pars spongiosa dengan/tanpa infeksi. Pada keadaan ini, repair tidak perlu dilakukan sesegera mungkin, melainkan bertahap dengan interval waktu tertentu (staged repair) hingga resolusi trauma jaringan lainnya.[2,4]

Penatalaksanaan Ruptur Uretra Posterior

Penatalaksanaan ruptur uretra posterior berbeda tergantung jenis ruptur yang terjadi, yang dibagi menjadi parsial atau komplit. Secara umum, waktu dilakukannya tindakan operatif diklasifikasikan menjadi 3:

  • Immediate (segera), yaitu <48 jam setelah trauma

  • Delayed primary (primer tertunda), yaitu 2 hari sampai 2 minggu setelah trauma

  • Deferred (tertunda), yaitu >3 bulan setelah trauma[4,8]

Penatalaksanaan Awal

Pada beberapa jam pasca trauma, diversi urine pada dasarnya penting dilakukan untuk memantau urine output, mengatasi retensi urine simptomatis pada pasien yang sadar, dan meminimalisasi ekstravasasi urine, risiko infeksi, dan fibrosis. Pada pasien ruptur uretra, diversi urine pada jam-jam awal setelah trauma dilakukan dengan pemasangan kateter suprapubik.

Pemasangan kateter ini sebaiknya dilakukan dengan bantuan ultrasonografi karena posisi kandung kemih yang sering berubah pada pasien trauma akibat hematoma pelvis atau karena pengisian kandung kemih yang buruk akibat syok.[4]

Penatalaksanaan Ruptur Uretra Posterior Parsial

Pada kasus ruptur uretra posterior parsial, penatalaksanaan hanya berupa pemasangan kateter suprapubik atau uretra dan pemantauan penyembuhan dengan uretrografi per 2 minggu. Umumnya penyembuhan terjadi tanpa scarring atau obstruksi. Akan tetapi, bila terjadi striktur di kemudian hari, dapat dilakukan tindakan operatif, seperti uretrotomi internal maupun uretroplasti anastomosis.[4,8]

Uretrotomi Internal:

Uretrotomi internal dilakukan dengan mengambil jaringan skar/striktur melalui prosedur sistoskopi baik dengan dipotong atau menggunakan laser. Tindakan ini dipertimbangkan bila striktur pendek dan tidak menyebabkan obstruksi total.[4]

Uretroplasti Anastomosis:

Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan memotong bagian striktur dan penyatuan kembali kedua ujung uretra yang terputus. Tindakan ini dipertimbangkan bila striktur panjang dan menyebabkan obstruksi total, atau bila internal uretrotomi gagal.[4]

Penatalaksanaan Ruptur Uretra Posterior Komplit

Penatalaksanaan definitif untuk kasus ruptur uretra posterior komplit pada dasarnya dibagi menjadi 3 menurut waktunya, yaitu immediate, delayed, atau deferred. Meskipun demikian, yang direkomendasikan adalah penatalaksanaan deferred.[4,7]

Tata Laksana Immediate:

Penatalaksanaan immediate berupa endoscopic realignment (aposisi kedua ujung uretra yang terputus melalui kateter) dan uretroplasti (penyatuan/penjahitan kedua ujung uretra yang terputus). Prosedur realignment dilakukan secara endoskopik, yaitu menggunakan guidewire yang dipasang ke kandung kemih melalui sistoskop yang rigid atau flexible, kemudian kateter dipasang melalui guidewire tersebut.

Pemasangan kateter dapat menggunakan 2 sistoskop (retrograde via uretra, atau antegrade via suprapubik). Kateter ini dipertahankan antara 4–8 minggu. Akan tetapi, oleh karena bukti-bukti yang ada menunjukan tingginya risiko impotensi (56%), inkontinensia (21%), dan striktur (69%) pada uretroplasti immediate, prosedur ini tidak direkomendasikan kecuali di pusat urologi dengan ahli yang berpengalaman.[4,7]

Tata Laksana Delayed:

Penatalaksanaan delayed juga berupa endoscopic realignment dan uretroplasti <14 hari setelah trauma sebelum proses fibrosis terjadi. Prosedur ini dilakukan bila tidak ada indikasi eksplorasi segera, misalnya luka tembak. Delayed primary realignment mencakup pemasangan kateter suprapubik inisial, kemudian barulah dilakukan realignment secara endoskopik setelah pasien stabil dan perdarahan pelvis membaik <14 hari setelah trauma.

Prosedur ini sama dengan prosedur uretroplasti pada umumnya, tetapi hanya boleh dilakukan pada pusat urologi berpengalaman karena tingginya angka perburukan akibat uretroplasti.[4,7]

Tata Laksana Deferred:

Penatalaksanaan deferred berupa diversi urine menggunakan kateter suprapubik selama 3 bulan, barulah kemudian dilakukan deferred urethroplasty setelah terjadi fibrosis dan obliterasi uretra posterior.

Hal ini karena, setelah 3 bulan hematoma pelvis sudah beresolusi, prostat sudah turun ke posisi normal, jaringan skar sudah stabil, pasien juga mampu berbaring ke posisi litotomi. Uretroplasti (perbaikan anastomosis dari kedua ujung uretra yang terputus) dilakukan melalui sayatan dari perineum, dengan keberhasilan dilaporkan mencapai 80-90%.[4,7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Cummings JM. Urethral trauma. Medscape. Updated Jan 2019. https://emedicine.medscape.com/article/451797-overview .
4. Kitrey ND, Djakovic N, Gonsalves M, Kuehhas FE, Lumen N, Serafetinidis E, et al. EAU guidelines on urological trauma. European Association of Urology. 2016. https://uroweb.org/wp-content/uploads/EAU-Guidelines-Urological-Trauma-2016-1.pdf
7. Leslie SW, Nelson Q, Baker J. Urethral Injury. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554575/
8. Doiron RC, Rourke KF. An overview of urethral injury. Can Urol Assoc J. 2019 Jun;13(6 Suppl4):S61-S66. doi: 10.5489/cuaj.5931. PMID: 31194929; PMCID: PMC6565404.

Diagnosis Ruptur Uretra
Prognosis Ruptur Uretra

Artikel Terkait

  • Red Flag Hematuria
    Red Flag Hematuria
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 08 Juni 2021, 09:19
Pasien pria usia 35 tahun dengan aliran kencing bercabang - Urologi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo Dr. dr. Besut Daryanto, Sp. B, Sp. U(K), izin bertanya dokter.Kondisi apa saja yang membuat aliran kencing seorang pria menjadi bercabang secara...
dr. Maria Florensia
Dibalas 31 Maret 2021, 10:41
Penanganan pertama ruptur uretra - Urologi Ask The Expert
Oleh: dr. Maria Florensia
1 Balasan
Selamat siang dokter Dr. dr. Besut Daryanto, Sp.B, Sp.U (K), izin bertanya utk kasus ruptur uretra, bgmn penanganan pertama yg kt lakukan di IGD? terimakasih...
dr.Andrew Logan
Dibalas 15 Februari 2019, 06:40
Primary endoscopic realignment pada ruptur uretra
Oleh: dr.Andrew Logan
4 Balasan
Pada kasus ruptur uretra, selain sistostomi terkadang dilakukan primary endoscopic realignment. Pasa kasus apakah dilakukan PER, dan sebenarnya PER itu...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.