Teknik Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Teknik ESWL atau extracorporeal shock wave lithotripsy melibatkan penghantaran gelombang kejut berenergi tinggi yang digunakan untuk memecah batu menjadi fragmen-fragmen sekecil butiran pasir. ESWL masih merupakan pengobatan lini pertama untuk sebagian besar batu saluran kemih. Meski demikian, tindakan ini memiliki keberhasilan lebih rendah pada batu berdiameter > 10 mm, batu impaksi, serta batu kalsium oksalat monohidrat atau batu sistin.[1,4,6]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum menjalani ESWL meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan tidak ada kontraindikasi terhadap ESWL, menentukan lokasi batu, dan mengidentifikasi komplikasi akibat batu. Pilihan pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain rontgen, USG, dan CT scan.
Rontgen dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining terhadap batu ginjal. USG dapat mendeteksi batu non-kalsifikasi berukuran lebih dari 5 mm, obstruksi, dan hidronefrosis. Namun, CT scan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk menentukan lokasi batu dan mengidentifikasi komplikasi.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan meliputi urinalisis, kultur urin, dan hitung leukosit disertai hitung jenis untuk menyingkirkan adanya infeksi. Pada pasien dengan gangguan perdarahan atau yang mengonsumsi antikoagulan, pemeriksaan parameter perdarahan seperti INR mungkin diperlukan, tetapi skrining profil koagulasi secara rutin tidak perlu dilakukan karena tidak bermanfaat dalam mendeteksi gangguan perdarahan.
EKG dilakukan pada pasien berusia lebih dari 50 tahun atau pasien dengan riwayat penyakit jantung. Pasien juga perlu diedukasi mengenai pilihan terapi serta manfaat dan risiko masing-masing pilihan sebelum menyetujui tindakan ESWL.[1,5]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur ESWL meliputi:
- USG dan fluoroskopi untuk menentukan lokasi batu
- Mesin ESWL atau lithotripter
- Agen coupling untuk memaksimalkan gelombang kejut
- Ranjang pasien[1,5]
Generator Shock Wave
Saat ini, terdapat tiga jenis generator shock wave dalam lithotripter.
Generator Elektrohidrolik:
Generator elektrohidrolik memproduksi gelembung uap. Gelembung tersebut menghasilkan gelombang tekanan berenergi tinggi. Shock wave difokuskan pada satu titik setelah mengenai reflektor. Elektroda generator elektrohidrolik perlu diganti setelah menghasilkan beberapa ribu shock wave.
Generator Elekromagnetik:
Generator elektromagnetik memproduksi lapang magnetik. Shock wave muncul ketika lapang magnetik menyebabkan repulsi membran. Shock wave difokuskan pada satu titik setelah mengenai reflektor atau lensa akustik. Generator elektromagnetik dapat menghasilkan jutaan shock wave sebelum elektrodanya perlu diganti.
Generator Piezoelektrik:
Generator piezoelektrik memanfaatkan efek piezoelektrik untuk menghasilkan shock wave. Listrik dialirkan melalui kristal, yang menyebabkan kristal-kristal tersebut bergetar. Getaran tersebut digunakan untuk menghasilkan shock wave.[1,5]
Posisi Pasien
Pada kebanyakan kasus, pasien diposisikan supinasi.[1,5]
Prosedural
Berikut merupakan prosedur melakukan ESWL
- Lokasi batu ditentukan menggunakan USG atau fluoroskopi
- Pasien diposisikan dengan tepat untuk memaksimalkan efisiensi ESWL. Struktur tulang tidak boleh menghalangi jalur shock wave. Umumnya, pasien diposisikan telentang
- Oleskan gel USG, minyak silikon, atau media lain pada shock head agar tidak ada barier udara antara kulit dan shock head, sehingga shock wave dapat mengalir dengan lebih efektif
- Pasien dianestesi atau diberi analgetik untuk meminimalisasi gerakan pasien
Shock wave diberikan dengan frekuensi sesuai instruksi dokter. Total shock wave yang diberikan per sesi ditentukan oleh habitus pasien dan karakteristik batu
- Voltase ditingkatkan secara bertahap untuk meminimalisasi jejas terhadap jaringan ginjal dan rasa nyeri
- Pasase batu pasca tindakan didukung dengan pemberian OAINS (obat antiinflamasi nonsteroid), alpha-blocker, calcium channel blocker, dan kortikosteroid. Terkadang diperlukan stent ureter untuk mendilatasi ureter, mencegah obstruksi batu, dan memfasilitasi pasase batu menuju vesika urinaria[1,4,9]
Gelombang kejut frekuensi rendah, sekitar 60-90 gelombang kejut/menit, telah dilaporkan meningkatkan stone free rate (SFR). Penurunan frekuensi gelombang kejut juga menurunkan risiko kerusakan jaringan. Oleh sebab itu, penggunaan gelombang frekuensi rendah direkomendasikan.[4]
Follow Up
Pasien dapat diberikan penyaring urin untuk mengumpulkan fragmen batu, yang selanjutnya dapat dianalisis untuk memastikan jenis batu dan mencegah timbulnya batu serupa. Pasien juga diberikan analgesik dan dianjurkan banyak minum untuk meredakan nyeri yang diakibatkan pasase fragmen batu.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan radiologi untuk mengevaluasi hasil ESWL, umumnya dalam 6 minggu pasca tindakan, atau lebih cepat jika pasien simptomatik. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan umumnya rontgen atau USG.[1]