Komplikasi Pemasangan IUD
Komplikasi yang mungkin muncul setelah pemasangan IUD atau intrauterine device, disebut pula alat kontrasepsi dalam rahim, yaitu displacement atau ekspulsi IUD dan perforasi uterus. Kehamilan terjadi pada kurang dari 1% pemasangan IUD..[1,2]
Perlu diketahui bahwa komplikasi terkait IUD relatif jarang ditemukan. Di sisi lain, IUD telah ditemukan dapat menurunkan risiko kanker ovarium sebanyak 40% dan kanker endometrium sebanyak 50%. Alat kontrasepsi ini memiliki tingkat kepuasan pasien dan kelanjutan pemakaian yang tinggi.[17,18]
Displacement atau Ekspulsi IUD
Komplikasi displacement atau ekspulsi IUD dapat terjadi dalam 3 bulan pertama setelah pemasangan. Risiko ekspulsi IUD meningkat pada pemasangan IUD postpartum dan post-abortus. Pada kasus displacement atau ekspulsi IUD, pemeriksaan USG dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi IUD. Jika tidak nampak, kemungkinan IUD sudah keluar dari tubuh atau tertanam dalam uterus, atau IUD berada di luar uterus (perforasi uterus).[1,2,8]
Infeksi atau Radang Pelvis
Dahulu IUD dikaitkan dengan risiko munculnya penyakit radang panggul. Meski demikian, berbagai studi telah menunjukkan bahwa risiko ini sangat kecil.[12-14]
Pada infeksi atau radang pelvis, pasien perlu diberikan antibiotik yang sesuai, dan diobservasi selama 2-3 hari. IUD tidak langsung dilepas karena berisiko penyebaran infeksi saat pelepasan IUD, namun pasien dianjurkan menggunakan kondom atau kontrasepsi tambahan lain selama observasi. Jika tidak ada perbaikan klinis dengan antibiotik, maka IUD dilepas, terapi antibiotik dilanjutkan, dan pasien perlu konseling untuk pemilihan kontrasepsi lain.[2,3,5]
Kehamilan
Terjadinya kehamilan sangatlah jarang, telah dilaporkan bahwa kemungkinan kehamilan dalam 1 tahun pertama setelah pemasangan IUD berkisar antara 0,5-0,8%. Kehamilan dapat terjadi karena ekspulsi atau displacement IUD yang tidak disadari. IUD harus dilepas.
Kehamilan dengan IUD masih di dalam uterus akan berisiko terjadi abortus spontan, abortus septik dan kehamilan prematur.
Selain dari itu, dokter perlu ingat bahwa IUD hormonal memerlukan waktu setidaknya 7 hari sebelum memberi proteksi optimal. Oleh karenanya, selama 7 hari pertama tersebut pasien perlu diminta untuk menggunakan kontrasepsi tambahan, seperti kondom.[1,2,5]
Kehamilan Ektopik
Banyak pasien meyakini bahwa pemasangan IUD akan meningkatkan risiko kehamilan ektopik di kemudian hari. Padahal, risiko kehamilan ektopik pada pasien dengan riwayat pemasangan IUD telah dilaporkan lebih rendah dibandingkan populasi yang tidak menggunakan kontrasepsi. Meski demikian, peru diketahui bahwa jika kehamilan terjadi saat IUD masih terpasang, maka pasien yang menggunakan IUD lebih berisiko mengalami kehamilan ektopik.[15,16]
Perforasi Uterus
Komplikasi perforasi uterus sangat jarang. Pada perforasi uterus akan muncul gejala nyeri hebat, dan berkurangnya atau hilangnya resistensi uterus pada pemeriksaan dengan sonde uterus.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani