Teknik Pemasangan IUD
Teknik pemasangan IUD also known as intrauterine device, alat kontrasepsi dalam rahim atau AKDR pada prinsipnya dilakukan dengan no-touch technique saat memasukkan tabung IUD maupun sonde ke dalam uterus. Withdrawal technique dilakukan saat melepaskan lengan IUD dari tabung inserter.[3]
IUD dapat dipasang kapan saja selama siklus menstruasi, namun lebih disarankan pemasangan dalam 5-7 hari pertama siklus menstruasi untuk memastikan tidak sedang hamil. IUD dapat dipasang sesaat setelah persalinan, dalam 10 menit setelah melahirkan plasenta, atau 4-8 minggu postpartum. IUD juga dapat dipasang dalam 7 hari post-abortus.[1-4]
IUD telah ditemukan dapat menurunkan risiko kanker ovarium sebanyak 40% dan kanker endometrium sebanyak 50%. Alat kontrasepsi ini memiliki tingkat kepuasan pasien dan kelanjutan pemakaian yang tinggi.[17,18]
Persiapan Pasien
Sebelum pemasangan IUD, pasien perlu diedukasi mengenai kontrasepsi IUD dan pilihan kontrasepsi lain. Hal ini termasuk keuntungan, keterbatasan, risiko, kemungkinan efek samping dan komplikasi untuk memastikan kesiapan dan kemantapan pasien dalam memilih IUD sebagai kontrasepsi. Anamnesis dan pemeriksaan pre-insersi IUD perlu dilakukan untuk menyingkirkan kontraindikasi terhadap pemasangan IUD.[1,2]
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pre-Insersi
Pada anamnesis, tanyakan pasien mengenai kesehatan reproduksinya, mencakup tanggal haid terakhir, lama haid, dan pola pendarahan haid. Tanyakan pula paritas dan riwayat persalinan terakhir, riwayat kehamilan ektopik, adanya nyeri yang hebat setiap haid, dan riwayat anemia berat. Hal lain yang perlu digali adalah riwayat infeksi genital seperti servisitis dan vaginitis, penyakit hubungan seksual, dan pelvic inflammatory disease (PID) akut. Gali factor risiko, seperti perilaku berganti-ganti pasangan seksual, sering keputihan, dan muncul perdarahan bila koitus.[2]
Pemeriksaan fisik pre-insersi IUD antara lain palpasi perut, pemeriksaan bimanual, dan inspeksi genital. Palpasi perut dilakukan untuk menilai adanya pembesaran hepar atau massa lain, pembesaran uterus, dan nyeri palpasi, termasuk nyeri adneksa dan nyeri suprapubik. Pemeriksaan bimanual dilakukan untuk menilai posisi rahim, kehamilan, dan mengidentifikasi adanya PID ataupun abnormalitas serviks dan uterus. Pemeriksaan inspeksi genital internal dan eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi genital yang aktif dan kanker serviks.[1,2,5]
Jika didapatkan kontraindikasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pemasangan IUD ditunda atau tidak dapat dilakukan dan pasien perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut atau pengobatan. Pada pasien yang tidak memiliki kontraindikasi pemasangan IUD namun memiliki risiko penyakit menular seksual, perlu dilakukan tes skrining penyakit menular seksual. Jika hasil positif, maka IUD tetap terpasang dan pasien diobati untuk penyakit menular seksualnya.[1-3]
Tes Kehamilan
Pemeriksaan tes kehamilan wajib dilakukan sebelum pemasangan IUD. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan kurang dari 7 hari sejak hari pertama menstruasi terakhir, kurang dari 7 hari post-abortus, masih dalam 4 minggu postpartum, atau kurang dari 6 bulan postpartum dengan syarat amenore dan sedang menyusui. Jika tes kehamilan tidak memungkinkan untuk dilakukan pada periode waktu tersebut, maka pasien disarankan untuk menggunakan kontrasepsi lain dulu dan melakukan tes kehamilan ulang 3-4 minggu kemudian. IUD dapat dipasang jika tes kehamilan negatif.[1,5]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan IUD antara lain:
- Satu set IUD steril: umumnya berbentuk T dengan panjang 30-36 mm dan lebar 28-32 mm (ukuran yang lebih kecil diindikasikan untuk nulipara dan remaja/wanita muda)
- Spekulum cocor bebek
- Gunting panjang
- Sonde uterus.
- Tenakulum satu gigi
- Tampon tang
- Sarung tangan steril
- Kasa steril
- Cairan antiseptik povidone iodine
- Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat-alat logam
- Lampu sorot ginekologi[1,2]
Terdapat 2 jenis IUD, yaitu IUD hormonal yang berisi levonorgestrel, dan IUD non-hormonal yang berisi tembaga (Copper T).
Posisi Pasien
Untuk memasang IUD, pasien diposisikan tidur terlentang dalam posisi litotomi (dorsal lithotomy).[2]
Prosedural
Langkah-langkah pemasangan IUD yaitu:
Informed consent: dalam informed consent, pasien perlu dijelaskan secara singkat mengenai prosedur yang akan dijalani dan ketidaknyamanan atau nyeri yang mungkin akan dirasakan saat pemasangan
- Pastikan ruangan dengan penerangan cukup dan privasi pasien tetap terjaga. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan tangan dengan kain bersih. Kemudian, pakai sarung tangan steril
- Siapkan IUD dan susun alat-alat di atas tempat steril
- Anjurkan pasien untuk kencing dan membersihkan alat kelamin. Kemudian, atur posisi pasien litotomi
- Nyalakan lampu sorot untuk melihat serviks
- Gunakan spekulum untuk visualisasi serviks
- Bersihkan atau usap vagina dan serviks dengan kasa steril yang diberi larutan antiseptik
- Jepit serviks dengan tenakulum dengan hati-hati
- Masukkan sonde uterus secara hati-hati ke dalam uterus (sekali masuk) tanpa menyentuh dinding vagina atau spekulum. Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus
- Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter yang masih berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
- Pegang tabung inserter dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan IUD). Lakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan
- Lepaskan lengan IUD dengan menarik keluar tabung inserter dengan tetap menahan pendorong
- Keluarkan pendorong IUD dan tabung inserter didorong kembali ke serviks secara hati-hati sampai batas leher biru
- Keluarkan sebagian benang IUD kurang lebih 3-4 cm dari tabung inserter kemudian digunting
- Keluarkan seluruh tabung inserter
- Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, pastikan tidak ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan tenakulum. Jika ada perdarahan, tekan dengan kasa steril yang diberi povidone iodine selama 30-60 detik
- Keluarkan spekulum dengan hati-hati
- Rendam tenakulum dan spekulum yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk tindakan dekontaminasi
- Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan) ke tempat sampah terkontaminasi
- Cuci tangan dengan air mengalir memakai sabun dan keringkan
- Evaluasi selama 15 menit dan pastikan pasien tidak mengalami kram hebat
- Lengkapi rekam medik pasien dan berikan kartu IUD kepada pasien[1-3]
Follow up
Follow up awal dilakukan 4 minggu setelah pemasangan IUD untuk mendiskusikan masalah atau keluhan yang mungkin muncul dan melakukan pemeriksaan konfirmasi posisi IUD. Follow up selanjutnya tidak dirutinkan atau dijadwalkan, namun pasien dianjurkan ke dokter jika ada masalah atau keluhan terkait efek samping maupun komplikasi IUD yang mungkin muncul.[2,3]
Pada pemeriksaan konfirmasi posisi IUD, benang IUD harus nampak keluar dari os serviks. Jika tidak, ada kemungkinan terjadi migrasi IUD yang dapat berkaitan dengan perforasi uterus dan perlu evaluasi lebih lanjut.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani