Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Terapi BiPAP annisa-meidina 2024-02-12T11:19:50+07:00 2024-02-12T11:19:50+07:00
Terapi BiPAP
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Terapi BiPAP

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Pada teknik bilevel positive airway pressure atau BiPAP, penting untuk memahami fungsi dan komplikasi 2 jenis tekanan yang diberikan, yaitu IPAP dan EPAP. Inspiratory positive airway pressure (IPAP) adalah tekanan yang diberikan saat fase inspirasi, sedangkan expiratory positive airway pressure (EPAP) adalah tekanan saat fase ekspirasi.[1,2]

Titrasi tekanan serta monitoring ketat sangat diperlukan untuk mencegah kegagalan terapi dan komplikasi, seperti pneumotoraks. Pemasangan BiPAP harus dilakukan dengan tenaga terlatih, termasuk anestesiologi, dokter spesialis emergensi, penyakit dalam, anestesi, konsultan perawatan intensif (KIC), atau dokter spesialis paru.[1,2]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien pada tindakan pemasangan BiPAP diawali dengan melihat adanya kontraindikasi absolut, seperti apnea maupun instabilitas hemodinamik yang memerlukan intubasi segera. Status ventilasi dan oksigenasi harus dipastikan dengan melihat hasil analisis gas darah (AGD) terbaru pasien. Pengambilan AGD ulang diperlukan pada saat follow up, sehingga pemasangan arterial line dapat dipertimbangkan.

Pada awal pemasangan, pasien mungkin akan merasa tidak nyaman karena masker harus rapat untuk mencegah kebocoran dan mungkin belum terbiasa dengan tekanan yang diberikan mesin. Hal ini harus diinformasikan kepada pasien agar tidak terkejut saat terapi diberikan dan tetap kooperatif sehingga goal terapi tercapai.[1,5]

Peralatan

Peralatan yang diperlukan pada tindakan pemasangan BiPAP meliputi:

  • Masker, yaitu nose-mouth mask (menutupi hidung dan bagian bawah mulut), nose mask (hanya menutupi hidung), dan helmet

  • Strap mask
  • Humidifier, water chamber yang berisi air steril untuk menjaga kelembapan udara inspirasi

  • Conducting tubing, yaitu tube yang menyambungkan mesin dan masker

  • Oxygen stem dan oxygen tubing (menyambungkan selang oksigen dan masker)

  • Filter udara

  • Mesin ventilator dengan mode noninvasive positive pressure ventilation (NPPV) dan alarm yang baik
  • Monitor, terutama untuk saturasi oksigen perifer (SpO₂) dan denyut jantung dengan alarm yang berfungsi baik
  • Sumber oksigen
  • Sumber listrik
  • Dressing hidrokoloid, foam pad, atau dressing transparan untuk melindungi kulit dari iritasi tekanan masker[1,5,7]

Pemberian oksigen dimulai dari konsentrasi yang rendah, misalnya 1–2 L/menit dengan target SaO₂ >90%. Tidak disarankan pemberian awal dengan konsentrasi oksigen yang tinggi, karena ditakutkan akan mengurangi hypoxic drive dan menyebabkan retensi CO₂.[3]

Posisi Pasien

Posisi pasien untuk pemasangan BiPAP adalah semifowler, dengan elevasi kepala 30–45ᵒ. Jangan lupa untuk melakukan pemasangan monitor saturasi oksigen serta tanda vital pada pasien dengan alarm yang berfungsi dengan baik.[1,5]

Prosedural

Prosedural BiPAP diawali dengan cuci tangan, dan memberikan perlindungan kulit dengan dressing yang sesuai, terutama pada area tonjolan tulang yang paling mungkin mengalami iritasi dan trauma. Kemudian pasangkan monitor yang minimal memberikan informasi SpO₂ dan denyut jantung pasien. Prosedur dilanjutkan dengan langkah sebagai berikut:

  1. Sambungkan tubing dengan NPPV, nyalakan mesin, dan sambungkan dengan sumber oksigen.
  2. Masukkan setting untuk mode (dapat menggunakan mode spontaneous), expiratory positive airway pressure (EPAP), inspiratory positive airway pressure (IPAP), serta konsentrasi oksigen. Setting tekanan sebaiknya dimulai dari tekanan terendah.
  3. Kenakan masker pada pasien, eratkan dan sesuaikan strap mask, jangan terlalu kuat karena tidak nyaman untuk pasien, tetapi jangan terlalu longgar karena akan mengganggu hantaran udara dari mesin.
  4. Nyalakan mesin, pastikan terdapat tekanan dan udara yang dapat dirasakan dari masker.
  5. Pastikan port ekspirasi (seperti Whisper Swivel) tidak tertutup, sehingga udara ekspirasi, termasuk CO₂, dapat dikeluarkan, dan tidak terjadi rebreathing.

  6. Periksa adanya leakage udara dari masker, perbaiki kembali posisi masker maupun sirkuit bila terdapat leakage.[1,3,8]

Pengecekan adanya leakage dapat dilakukan dengan perabaan di sekitar masker yang menempel pada kulit maupun sirkuit. Area yang boleh mengeluarkan udara adalah lubang ekspirasi agar rebreathing tidak terjadi. Lubang ekspirasi ini tidak disarankan untuk ditutup, karena udara ekspirasi dapat terperangkap dalam sirkuit dan rebreathing CO₂ dapat terjadi.

Identifikasi adanya leakage juga dapat dilakukan dengan melihat monitor mesin pada bagian tekanan yang dihantarkan, klinis pasien yang mungkin bertambah sesak, volume tidal yang tidak tercapai ataupun alarm yang aktif. Adanya leakage mengganggu hantaran tekanan dan oksigen, sehingga pemberian terapi menjadi tidak maksimal.[1,3,5,8]

Inisiasi dan Titrasi Tekanan

Inisiasi dan titrasi tekanan (EPAP dan IPAP, serta oksigen), lakukan hati-hati dengan monitoring ketat dari klinis dan hasil AGD. EPAP meningkatkan oksigenasi, seperti fungsi PEEP pada CPAP dan ventilasi mekanik. Peningkatan EPAP meningkatkan tekanan untuk membuka alveoli, sehingga oksigenasi meningkat.[1]

Parameter penting lainnya adalah IPAP. Selisih IPAP dan EPAP menghasilkan pressure support (PS). Ventilasi ditingkatkan dengan meningkatkan PS, dalam hal ini berarti IPAP harus ditingkatkan. Tekanan ini yang akan memberikan support pada saat inspirasi, membantu otot pernapasan dan mengurangi work of breathing (WOB).[3,4]

IPAPEPAPPS

Gambar 1. IPAP, EPAP, dan PS. Sumber: dr. Felicia, 2023.[4]

Tekanan awal yang diberikan adalah tekanan terendah. Secara umum, setting awal (terkecil) untuk IPAP adalah 8 cmH₂O (8–20 cmH₂O) dan EPAP adalah 4 cmH₂O (4–10 cmH₂O). Angka ini dititrasi perlahan berdasarkan klinis dan hasil AGD pasien.

Sebagai contoh, bila oksigenasi ingin ditingkatkan, selain fraksi oksigen, angka EPAP juga dapat menjadi pertimbangan klinis untuk dinaikkan. Kemudian IPAP dinaikkan pula untuk menyesuaikan PS. Contoh lain, bila pasien asidosis respiratorik dan paCO₂ ingin diturunkan, IPAP dapat dipertimbangkan untuk dinaikkan.[2–4,6]

Setting awal tekanan EPAP bisa juga menggunakan rumus 1 cmH₂O per 10 kg. Dengan demikian, bila berat badan 50 kg, tekanan EPAP yang diberikan adalah 5 cmH₂O. Selanjutnya IPAP disesuaikan dengan angka ini, di mana PS 5 cmH₂O. Karena PS adalah selisih IPAP dan EPAP, setting IPAP dapat menjadi 10 cmH₂O.

Pada prinsipnya, IPAP harus lebih tinggi daripada EPAP sehingga udara pernapasan dari mesin dapat dihantarkan ke dalam paru.[3]

Menentukan Pengaturan Mode dan Tekanan pada BiPAP

Mode Bi-PAP terdiri dari mode pressure-controlled flow-cycled (PSV) dan  pressure-controlled time-cycled (PCV). Mode PSV terdiri dari spontaneous (S) atau spontaneous/timed (S/T).[8]

Mode PSV:

Mode PSV adalah mode yang memberikan support untuk setiap napas spontan. PSV direkomendasikan bila napas spontan pasien bisa mempertahankan minute ventilation, dan tidak untuk mereka dengan gangguan signifikan dalam melakukan usaha napas seperti apnea.

Pada PSV mode spontaneous (S), tekanan inspirasi di-trigger oleh napas pasien, kemudian ekspirasi dimulai setelah flow inspirasi mencapai puncak yang sudah ditentukan (peak inspiratory flow). Intinya, onset dan siklus inspirasi di-trigger oleh pasien dan mesin hanya mendukung siklus pernapasan pasien.[8]

Pada PSV mode spontaneous/timed (S/T), bila laju napas pasien lebih lambat dari mesin, siklus napas akan dipicu oleh ventilator. Bila ventilator merasakan penurunan pada inspiratory flow rate di bawah ambang batas, siklus ekspirasi akan dipicu ventilator.[8]

Mode PCV:

Untuk PCV mode assist (A), siklus inspirasi dari ventilator dimulai pada saat pasien memberikan trigger inspirasi. Selanjutnya, waktu dan puncak inspirasi serta siklus ekspirasi diatur mesin. Sedangkan untuk PCV mode control (C), keseluruhan siklus napas pasien diatur oleh mesin, tanpa memerlukan trigger dari pasien.[8]

Follow up

Sepanjang penggunaan BiPAP, monitoring terutama SpO₂, tekanan darah, dan denyut jantung, sangat penting karena dapat menjadi tanda utama adanya distress pernapasan. Bila masker mengalami perubahan posisi, dan alarm mesin tidak berbunyi, perubahan yang pertama terjadi adalah klinis dan tanda vital, terutama SpO₂ dan denyut jantung.[1]

Pemeriksaan Glasgow coma scale (GCS) juga perlu dilakukan, karena penurunan kesadaran dapat meningkatkan risiko aspirasi. Selain itu, harus dilakukan pemeriksaan AGD dalam 1 jam setelah BiPAP terpasang baik. Bila gangguan oksigenasi maupun ventilasi tidak membaik, bantuan napas ventilasi mekanik dengan intubasi dapat dianjurkan.[1,6,7]

Respon pasien terhadap setting BiPAP dilihat berdasarkan laju napas (RR), work of breathing (WOB), dan hasil AGD. Misalnya, bila setelah pemasangan BiPAP, RR tetap >24 kali/menit dan PaCO₂ >45 mmHg atau >5 mmHg dari nilai normal pasien, berarti terapi yang diberikan belum adekuat. Periksa kembali adanya leakage pada sirkuit, masalah pada penghantaran tekanan atau oksigen, maupun keperluan titrasi tekanan atau oksigen.

Perlu diperhatikan bahwa kenaikan tekanan, seperti IPAP, dapat meningkatkan volume tidal. Selain mengurangi WOB, hal ini juga dapat meningkatkan tekanan intratorakal termasuk kemungkinan barotrauma dan pneumotoraks. Maka dari itu, titrasi tekanan harus dilakukan dengan sangat hati-hati hingga tujuan terapi tercapai. Keputusan titrasi juga harus dilakukan oleh tenaga yang ahli dan berpengalaman, seperti dokter spesialis anestesi.[3]

Penentuan Respon Terapi

Perbaikan pH dan penurunan kadar PaCO₂ pada pasien dengan asidosis respiratorik dapat menandakan respon yang baik terhadap setting BiPAP. Respon baik dapat menandakan kemungkinan weaning dari pemberian bantuan napas. Parameter yang dapat menjadi penanda kemungkinan weaning adalah:

  • Laju napas (RR) ≤25 kali/menit
  • Denyut jantung (HR) ≤120 kali/menit
  • Tekanan darah sistolik (TDS) ≥90 mmHg
  • Hasil AGD dengan pH ≥7,35
  • Tidak ditemukan tanda distress napas secara klinis, seperti agitasi, cemas, dan diaphoresis[1,7]

Weaning dapat dilakukan dengan menurunkan tekanan IPAP dan EPAP sedikit demi sedikit (2–3 cmH₂O sesuai respon terapi. Weaning dapat dilakukan setiap 6–8 jam, dalam kurun waktu sampai dengan 4 hari apabila respon baik secara klinis. Weaning dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman, misalnya dokter spesialis anestesi.[7]

Kriteria gagalnya penggunaan BiPAP adalah:

  • Skoring keparahan penyakit, misalnya acute respiratory distress syndrome (ARDS) dengan skor SAPS II>34 dan tidak terdapat perbaikan SaO₂/FiO₂ setelah 1 jam pemasangan BiPAP
  • Tidak terdapat perbaikan klinis setelah 1 jam penggunaan BiPAP
  • Rerata pH <7,25 dan PaCO₂ ≥75 mmHg setelah 2 jam BiPAP diinisiasi pada pasien dengan hiperkapnia
  • PaO₂/FiO₂ <150 mmHg.
  • Volume tidal yang tinggi (>9 mL/kgBB)[7]

Risiko kegagalan terapi BiPAP lebih banyak pada usia yang lebih tua, keterlibatan multiorgan, dan penyebab gagal napas yang tidak diketahui. Pada kondisi ini, monitoring ketat perlu dilakukan karena kemungkinan intubasi lebih besar.[7]

Referensi

1. Gong Y, Sankari A. Noninvasive Ventilation. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK578188/
2. Popowicz P, Leonard K. Noninvasive Ventilation and Oxygenation Strategies. Surg Clin North Am. 2022 Feb;102(1):149–57.
3. Emergency Care Institute, New South Wales. Non-invasive ventilation device settings: a brief guide. 2013. https://www.wslhd.health.nsw.gov.au/ArticleDocuments/2850/niv-device-settings-endorsed-29-august-2013.pdf.aspx
4. Margutti E, Greco I, et al. Non-invasive ventilation in acute respiratory failure: the key “W” questions. Intern Emerg Med. 2017 Dec 1;12(8):1307–11.
5. Potchileev I, Doroshenko M, Mohammed AN. Positive Pressure Ventilation. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560916/
6. Rochwerg B, Brochard L, et al. Official ERS/ATS clinical practice guidelines: noninvasive ventilation for acute respiratory failure. Eur Respir J. 2017 Aug 1;50(2). https://erj.ersjournals.com/content/50/2/1602426
7. Chawla R, Dixit SB, et al. ISCCM Guidelines for the Use of Non-invasive Ventilation in Acute Respiratory Failure in Adult ICUs. Indian J Crit Care Med Peer-Rev Off Publ Indian Soc Crit Care Med. 2020 Jan;24(Suppl 1):S61–81.
8. Pavone M, Verrillo E, et al. Ventilators and Ventilatory Modalities. Front Pediatr. 2020 Sep 2;8:500.

Kontraindikasi Terapi BiPAP
Komplikasi Terapi BiPAP

Artikel Terkait

  • Pemberian Oksigen yang Tidak Pada Tempatnya Meningkatkan Mortalitas Pasien
    Pemberian Oksigen yang Tidak Pada Tempatnya Meningkatkan Mortalitas Pasien
  • Kondisi di mana Pulse Oximetry Tidak Dapat Diandalkan
    Kondisi di mana Pulse Oximetry Tidak Dapat Diandalkan
  • Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
    Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
  • Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
    Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
  • Pedoman Penanganan PPOK 2025 – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Penanganan PPOK 2025 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 30 Desember 2024, 08:30
Neonatus dgn desaturasi SpO2 92-92% apakah ini suatu kondisi yg berbahaya dan perlu ranap
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, sy kemaren kedatangan px neonatus 13 hari, dikatakan pilek oleh ibunya sejak 3 hari terakhir dan ketika tidur nafasnya tampak kurang nyaman....
dr. Muh Bayu Setiono
Dibalas 21 Mei 2024, 06:47
Tipe tabung oksigen
Oleh: dr. Muh Bayu Setiono
2 Balasan
Siapa tau ada yg tau tentang tabung oksigen. Kalau mau tau tabung oksigen yg kita punya tipe D atau E atau H itu bisa lihat dimana ya?Soalnya untuk mengukur...
dr. Emillya Sari
Dibalas 22 November 2023, 15:57
Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023 - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Emillya Sari
1 Balasan
Penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK merupakan suatu kondisi paru yang ditandai adanya sindrom respirasi kronik seperti batuk berdahak dan sesak napas...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.