Teknik MRI Jantung
Teknik pemindaian MRI jantung atau Cardiac Magnetic Resonance (CMR) melibatkan penggunaan medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan gambaran anatomi dan fungsi jantung secara detail. Pasien diminta berbaring di dalam tabung MRI, di mana serangkaian pencitraan dilakukan dengan menggunakan berbagai urutan pemindaian seperti T1-weighted, T2-weighted, dan pencitraan berbasis aliran (flow imaging).
Selama proses pemindaian, kontras gadolinium biasanya diberikan secara intravena untuk meningkatkan kontras gambar dan memungkinkan evaluasi yang lebih baik terhadap struktur jantung.[1-3]
Persiapan Pasien
Sebelum hari pemeriksaan, jelaskan indikasi, prosedur, dan risiko tindakan. Minta informed consent secara lisan dan tertulis.
Pasien secara umum disarankan untuk puasa 8 jam sebelum pemeriksaan. Selain itu, pasien diharapkan untuk tidak mengonsumsi zat berikut 12-24 jam sebelum pemeriksaan untuk menghindari potensi interaksi dengan zat stress test, meliputi:
- Seluruh zat vasodilator: hindari konsumsi makanan dan minuman mengandung kafein, seperti kopi dan teh
- Dobutamin: hindari konsumsi beta blocker dan nitrat.[1,3]
Pada hari pemeriksaan, berikan penjelasan secara singkat dan jelas mengenai prosedur yang akan dilakukan, pentingnya pemeriksaan ini, serta pentingnya kepatuhan dan kerjasama pasien selama pemeriksaan berlangsung. Lakukan latihan prosedur tahan napas dengan pemandu manual, periksa kapasitas tahan napas serta kepatuhan pasien terhadap instruksi pemandu.
Lepaskan pakaian bagian atas pasien. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencukuran rambut pada area dada. Lakukan pemasangan akses intravena (IV line) pada pasien untuk memasukkan cairan kontras. Pada penggunaan adenosine sebagai zat stress test, disarankan pemasangan dua IV line pada masing-masing lengan. Satu untuk jalur masuk zat kontras gadolinium dan satu jalur untuk zat stress test adenosine. Pada penggunaan regadenoson, dapat digunakan satu jalur IV line.[1,3]
Peralatan
Berikut adalah peralatan yang diperlukan untuk tindakan MRI jantung:
- Alat scanner MR (Magnetic Resonance) dengan kekuatan ≥1,0 T, tetapi umumnya di lapangan menggunakan 1,5 T dan beberapa layanan Kesehatan menggunakan 3 T
- Elektroda kumparan khusus untuk MRI jantung dengan umumnya ≥8 elemen
- Perangkat keras dan perangkat lunak untuk EKG dengan vector-cardiographic gating
- Gel abrasif
- Set alat pemasangan infus
- Infuse pump
- Agen vasodilator atau inotropik untuk stress test
- Alat monitoring meliputi: tensimeter atau sphygmomanometer otomatis, EKG untuk monitor ritme jantung, interkom untuk berkomunikasi dengan pasien, dan oksimeter[3]
Posisi Pasien
Persilahkan pasien untuk masuk ke dalam ruangan pemindaian dan berbaring di tempat pemeriksaan. Posisikan pasien dalam posisi supinasi, rileks dan nyaman. Pastikan kepala pasien berada tepat pada area yang telah disediakan.[4]
Prosedural
MRI jantung dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
- Oleskan gel dan pasangkan elektroda MRI impedansi-rendah
- Gunakan impedansi meter untuk mengecek kontak elektroda-kulit dan memastikan voltase yang kuat
- Pasangkan kabel pada tiap elektroda EKG dengan tepat
- Cek kualitas voltase EKG melalui layar yang tersedia
- Jika perlu, posisikan ulang elektroda hingga gambaran EKG yang baik didapatkan
- Pasang seluruh alat monitoring
- Pasang sabuk di atas dada pasien untuk menghindari pergeseran elektroda
- Pasangkan infuse pump pada kanul IV line
- Berikan tombol darurat pada tangan kanan pasien dan beri penjelasan singkat cara dan kapan digunakan
- Pasang pelindung telinga di kepala pasien
- Sampaikan pada pasien bahwa persiapan telah selesai dan pemeriksaan akan segera dilakukan
- Perlahan geser tempat pemeriksaan masuk ke dalam alat scan[1]
Penggunaan Kontras
Pemberian kontras gadolinium dalam MRI jantung biasanya dilakukan setelah mendapatkan serangkaian citra dasar tanpa kontras untuk mengevaluasi anatomi dasar jantung. Setelah itu, kontras gadolinium diberikan secara intravena melalui suntikan cepat melalui kateter intravena yang terpasang pada pasien.
Protokol pemberian kontras ini bisa berbeda-beda tergantung pada tujuan pemeriksaan dan kebijakan rumah sakit. Namun, secara umum, setelah kontras disuntikkan, serangkaian pencitraan dinamis dilakukan untuk mengevaluasi perfusi, vaskularisasi, dan contrast-enhanced imaging untuk menyoroti detail struktural dengan lebih baik.
Dalam beberapa kasus, penggunaan kontras juga dapat dilakukan dalam fase pencitraan lainnya, seperti pencitraan dengan teknik late gadolinium enhancement (LGE), yang berguna untuk mendeteksi dan karakterisasi infark miokardium dan fibrosis jantung.[1,3,4]
Penggunaan Vasodilator atau Zat Inotropik
Pemberian vasodilator dan zat inotropik dalam konteks MRI jantung biasanya terkait dengan protokol pencitraan fungsional jantung yang disebut sebagai stres farmakologis MRI. Prosedur ini dilakukan untuk mengevaluasi respons jantung terhadap stres dalam situasi yang aman dan terkontrol.
Vasodilator, seperti adenosine atau dobutamine, merupakan agen yang paling sering digunakan untuk menimbulkan stres fisiologis pada jantung, meningkatkan aliran darah ke jantung, atau meningkatkan denyut jantung, sehingga memungkinkan evaluasi lebih lanjut terhadap fungsi dan perfusi jantung. Setelah pemberian agen stres, proses pemindaian dilakukan selama periode stres. Prosedur ini biasanya memakan waktu 30 menit.[1,3,4,7]
Adenosine:
Dosis awal adenosine biasanya 140 μg/kg/menit, yang dapat ditingkatkan dalam kelipatan 20 μg/kg/ menit setiap 2 menit hingga target respon stress tercapai, dengan dosis maksimum 210 mcg/kg/menit. Adenosine diberikan secara intravena melalui kateter intravena yang terpasang pada pasien.[8,9]
Dobutamine:
Dosis dobutamine bervariasi tergantung pada berat badan dan respons pasien. Dobutamine diinfuskan secara intravena dengan interval 3 menit dengan dosis 10-40 μg/kg/menit. Jika target detak jantung tidak tercapai pada dosis dobutamine maksimum, dapat diberikan atropine 0,25 mg secara bertahap hingga maksimal 2 mg.[10,11]
Follow up
Setelah pemeriksaan selesai, lakukan monitoring terhadap pasien di ruangan lain selama kurang lebih 30 menit. Minta pasien untuk menyampaikan pada petugas jika ada keluhan yang dirasakan. Jika hingga 30 menit tidak ada keluhan yang dirasakan, pasien diperbolehkan untuk pulang.[3]
Interpretasi Temuan MRI Jantung
Pada MRI jantung, kardiomiopati dapat mengungkapkan perubahan struktural seperti pembesaran atau hipertrofi ventrikel, serta disfungsi kontraktil yang termanifestasi sebagai fraksi ejeksi yang rendah. Selain itu, teknik pencitraan seperti late gadolinium enhancement (LGE) dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi fibrosis jantung yang sering terjadi pada kardiomiopati.
Infark miokard biasanya terlihat pada MRI jantung sebagai area hiperintensitas pada citra LGE, yang menunjukkan akumulasi kontras gadolinium pada jaringan yang mengalami nekrosis atau fibrosis akibat infark. Citra ini memungkinkan identifikasi lokasi, ukuran, dan distribusi infark dengan tepat, yang penting untuk perencanaan pengobatan dan manajemen risiko pasien.
Sementara itu, gagal jantung sering terkait dengan berbagai temuan, termasuk perubahan morfologis seperti dilatasi ventrikel, hipertrofi, atau remodeling jantung. MRI memungkinkan evaluasi fungsi kontraktil jantung secara detail, termasuk fraksi ejeksi, volume ventrikel, dan gerakan dinding jantung. Selain itu, LGE dan pencitraan perfusi dapat memberikan informasi tentang fibrosis dan iskemia jantung yang terkait dengan gagal jantung.[1,3,4]