Pedoman Klinis Transplantasi Sumsum Tulang
Pedoman klinis transplantasi sumsum tulang atau bone marrow transplant adalah keputusan untuk melakukan tindakan ini harus menimbang rasio manfaat dan risiko pada masing-masing pasien. Meskipun tindakan ini tidak memiliki kontraindikasi khusus, dokter perlu mempertimbangkan potensi kuratif dari transplantasi sumsum tulang; risiko terkait penyakit (misalnya risiko rekurensi, toksisitas, dan ketersediaan alternatif tata laksana lain); serta risiko terkait pasien (misalnya usia, hematopoietic cell transplantation-specific comorbidity index, dan ketersediaan donor).[10]
Transplantasi sumsum tulang merupakan pemberian sel sumsum tulang yang sehat ke resipien dengan disfungsi sel sumsum tulang. Sumber donor transplantasi sumsum tulang dapat berasal dari tiga sumber, yaitu autolog yang berasal dari diri sendiri, synergetic yang berasal dari kembar identik resipien, dan alogenik yang berasal dari orang lain.
Transplantasi sumsum tulang dengan sumber alogenik perlu mendapatkan pendonor yang cocok. Pendonor dikatakan cocok dengan resipien bila pada saat matching HLA didapatkan paling tidak 6 antigen HLA yang cocok antara pendonor dan resipien bila sumber donor berasal dari saudara sekandung, atau paling tidak 8 HLA yang cocok antara resipien dan donor bila sumber donor berasal dari orang lain.
Sebelum transplantasi sumsum tulang diberikan, pasien perlu menjalankan proses conditioning yang bertujuan untuk eradikasi sel neoplasma dan mencegah penolakan sel punca yang berasal dari pendonor. Proses conditioning dicapai melalui pemberian regimen preparatif yang dapat bersifat imunosupresif atau antineoplastik, seperti total body irradiation (TBI), siklofosfamid, dan busulfan.
Proses transplantasi dilakukan dengan memasukkan sumsum tulang pendonor melalui vena resipien, dengan bantuan kateter vena sentral.
Pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang berisiko untuk mengalami infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat granulositopenia ataupun gangguan sistem imun seluler dan humoral. Profilaksis infeksi diperlukan, utamanya pada pasien yang mengonsumsi obat imunosupresan, memiliki penyakit penyerta, atau memiliki riwayat infeksi laten sebelumnya. [1,2,6,7,9]