Farmakologi Phenobarbital
Farmakologi phenobarbital atau fenobarbital adalah dengan berikatan pada subunit reseptor gamma-aminobutyric acid atau GABAA, dan meningkatkan inhibisi sinaptik. Efek yang ditimbulkan adalah sedasi, hipnotik, dan antikonvulsan.
Farmakodinamik
Phenobarbital merupakan barbiturat kerja panjang dengan efek hipnotik, sedatif, dan antikonvulsan. Obat ini bekerja pada reseptor GABAA, dengan meningkatkan inhibisi sinaptik. Phenobarbital meningkatkan frekuensi pembukaan kanal klorida, menyebabkan hiperpolarisasi membran, menginhibisi sinaps, dan menurunkan eksitabilitas neuron.
Phenobarbital juga mengurangi konduktansi natrium dan kalium, influks kalsium, dan menekan eksitabilitas glutamat. Hal ini akan meningkatkan ambang kejang dan menurunkan aktivitas kejang dari fokusnya. Selain itu, phenobarbiral juga mempengaruhi polisinaptik formatio retikularis midbrain yang memberikan efek sedatif.[2,5,9,10]
Farmakokinetik
Phenobarbital adalah derivat asam barbiturat yang bekerja sebagai depresan nonselektif sistem saraf pusat. Farmakokinetik akan sedikit berbeda-beda, tergantung cara pemberian, yaitu oral, rektal, atau intravena.
Absorpsi
Setelah konsumsi per oral, 70–90% phenobarbital diserap secara perlahan dari traktus gastrointestinal. Konsentrasi puncak darah dicapai dalam 8–12 jam, dan konsentrasi puncak di otak dicapai dalam 10–15 jam. Pemberian per rektal akan segera diserap oleh mukosa kolon.
Pada pemberian intravena, phenobarbital memiliki onset aksi 5 menit dan efek maksimal dicapai dalam 30 menit. Pemberian intramuskular dan subkutan memiliki onset aksi yang sedikit lebih lambat. Durasi kerja phenobarbital parenteral adalah 4–6 jam.
Bioavailabilitas, sediaan phenobarbital oral atau intramuskular mencapai 80-100% pada orang dewasa. Durasi efek sedatif phenobarbital biasanya sekitar 3-6 jam setelah pemberian via intravena dan sekitar 6-8 jam ketika obat diberikan melalui jalur yang lain.[3,5,9,10]
Distribusi
Phenobarbital berikatan dengan protein sebesar 20–45%. Phenobarbital terdistribusi ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan konsentrasi tertinggi di otak dan hati.
Phenobarbital tergolong ke dalam barbiturat yang kurang lipofilik dibandingkan obat golongan barbiturat lainnya, sehingga lebih lambat dalam mempenetrasi otak dan lebih lambat meninggalkan jaringan otak. Kadar plasma phenobarbital dengan rentang 10–35 μg/mL direkomendasikan untuk penatalaksanaan kejang.[3,5,10]
Metabolisme
Phenobarbital adalah obat yang metabolisme utamanya terjadi di hati oleh enzim mikrosomal. Phenobarbital dihidroksilasi oleh hati membentuk p-hydroxyphenobarbital yang merupakan metabolit inaktif.
Phenobarbital juga menginduksi enzim sitokrom p450 CYP2B6 dan CYP3A, sehingga obat-obatan yang dimetabolisme oleh enzim ini akan mengalami metabolisme yang lebih cepat bila diberikan secara bersamaan dengan phenobarbital.[2,5,9,10]
Eliminasi
Phenobarbital terutama diekskresikan lewat urin oleh ginjal dengan mekanisme pH dependent. Waktu paruh plasma berkisar antara 100 jam pada orang dewasa. Pada bayi aterm waktu paruh phenobarbital adalah 103 jam, dan pada bayi prematur waktu paruhnya selama 141 jam. Seiring dengan bertambahnya usia, klirens phenobarbital juga akan semakin berkurang. Oleh karena itu, pada pasien usia tua diperlukan penyesuaian dosis.
Sekitar 25% dari total dosis phenobarbital dikeluarkan dalam bentuk yang tak diubah lewat urin, dan sisanya diekskresikan dalam bentuk metabolit p-hydroxy dan konjugat glukuronida.[2,3,5,10]
Resistensi
Toleransi pasien terhadap efek sedasi phenobarbital akan meningkat seiring bertambah lama waktu pemakaian. Resistensi terhadap phenobarbital pada pasien epilepsi terutama dihubungkan dengan ekspresi berlebihan dari P-glycoprotein (P-gp) pada korteks serebri, hipokampus, dan striatum.[3,11]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra