Pengawasan Klinis Phenobarbital
Pengawasan klinis pada penggunaan phenobarbital atau fenobarbital dibutuhkan terkait kadar terapeutik dan gejala-gejala toksisitas, seperti gangguan kognitif dan inkoordinasi. Selain itu, pengawasan juga diperlukan ketika akan menghentikan phenobarbital untuk mencegah efek withdrawal.
Kadar Terapeutik
Kadar phenobarbital dalam darah yang dianggap aman dan masih efektif untuk terapi berkisar antara 10-40 μg/mL. Kadar phenobarbital di dalam darah berpotensi membahayakan pasien bila melebihi 40 μg/mL.[2,3]
Toksisitas
Manifestasi klinis toksisitas phenobarbital terutama terjadi pada sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Beberapa gejala toksisitas, antara lain gangguan kognitif, penurunan denyut jantung, dan inkoordinasi. Selain itu, toksisitas dapat menyebabkan urine output di bawah normal, penurunan suhu tubuh, dan midriasis. Kematian dapat terjadi bila pasien mengalami koma, depresi napas berat, dan hipotensi berat.
Tata laksana keracunan phenobarbital bersifat suportif, dengan mempertahankan patensi airway, breathing, dan circulation pada pasien. Bila pasien telah stabil, usaha pengeluaran obat dari tubuh dapat dilakukan dengan bilas lambung, forced alkaline diuresis, atau dialisis.[2,7]
Penghentian Obat
Phenobarbital yang digunakan secara jangka panjang tidak boleh dihentikan mendadak. Jika digunakan untuk sedasi, penghentian tiba-tiba dapat menyebabkan pasien menjadi lebih sering bermimpi, termasuk mimpi buruk, dan dapat mengakibatkan insomnia.
Jika digunakan sebagai antikonvulsan pada pasien epilepsi, penghentian tiba-tiba dapat meningkatkan frekuensi kejang. Untuk mencegah hal ini, turunkan dosis terapi secara berkala dalam 5–6 hari. Sebagai contoh, kurangi dosis dari 3 kali menjadi 2 kali sehari selama 1 minggu.[7,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra