Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Asam Valproat
Penggunaan asam valproat pada kehamilan termasuk kategori D, berdasarkan FDA. Namun, hanya untuk pasien epilepsi, di mana penggunaan off label untuk profilaksis migrain termasuk kategori X. Obat ini berisiko teratogenesis sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau merencanakan kehamilan, kecuali manfaat penggunaan besar. Asam valproat diekskresikan melalui ASI dengan kadar 1‒10% dari konsentrasi serum.[2]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA) dan Therapeutic Goods Administration (TGA), asam valproat sebagai antiepilepsi dimasukan ke dalam kategori D. Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.[2,7]
Namun, sebagai profilaksis migrain, asam valproat masuk kategori X. Studi pada binatang percobaan dan manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin atau adanya risiko terhadap janin, sehingga obat dikontraindikasikan untuk wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan untuk hamil.[2]
Pada wanita usia produktif atau wanita yang merencanakan kehamilan, penggunaan asam valproat harus disertai alat kontrasepsi yang adekuat.[4]
Efek Teratogenik Asam Valproat
Mekanisme efek teratogenik asam valproat belum sepenuhnya dimengerti. Namun, diduga mekanisme teratogenesis asam valproat disebabkan oleh akumulasi asam valproat dalam sirkulasi embrio melalui plasenta. Hal ini terbukti dari konsentrasi asam valproat dalam janin lebih tinggi dibanding ibu. Kemungkinan lain adalah keterlibatan efek epigenetik, termasuk inhibisi hystone deacetylase yang berhubungan dengan ekspresi gen, peningkatan stres oksidatif pada janin, atau antagonis terhadap folat yang dibutuhkan dalam sintesis DNA.[17,18]
Penggunaan asam valproat terutama trimester pertama mempunyai efek teratogenik seperti :
- Neural tube defect
- Gangguan endokrin
- Cacat tungkai
Fetal valproate syndrome: trigonocephaly (dahi tinggi dengan penyempitan bifrontal), lipatan epicanthal, infraorbital groove, defisiensi alis medial, nasal bridge yang datar, nasal root yang lebar, lubang hidung anteverted, philtrum yang dangkal, bibir atas panjang dengan batas tipis berwarna merah terang, bibir bawah lebih tebal, serta sudut-sudut mulut yang menurun
- Penurunan fungsi kognitif, ADHD, autisme, kesulitan pembelajaran dan komunikasi, serta isolasi sosial[17,18]
Risiko terjadinya kelainan kongenital meningkat hingga 20 kali lipat dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi asam valproat, dan 4 kali lipat dibanding penggunaan monoterapi obat antiepilepsi lainnya. Oleh karena itu, tata laksana epilepsi pada kehamilan tidak menganjurkan penggunaan obat ini.[1,6]
Akan tetapi, pada wanita hamil yang mengonsumsi asam valproat, penghentian secara tiba-tiba tidak diperbolehkan karena dapat memicu status epileptikus, hipoksia maternal, dan stress janin yang dapat menimbulkan kematian.[18,19]
Pada wanita produktif yang mengonsumsi asam valproat dan merencanakan kehamilan, direkomendasikan pemberian asam folat dosis tinggi (4.000 μg/hari) untuk mencegah neural tube defect. Dimulai setidaknya 1 bulan sebelum kehamilan dan berlanjut sampai trimester pertama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh asam valproat sebagai antagonis terhadap folat yang dibutuhkan dalam sintesis DNA.[18,19]
Efek Nonteratogenik Asam Valproat
Terdapat beberapa efek nonteratogenik pada wanita yang mengonsumsi asam valproat, seperti intrauterine growth restriction (IUGR), infant hepatic toxicity, dan fetal distress.[18]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Kadar asam valproat pada ASI maupun serum bayi rendah, bahkan tidak terdeteksi. Belum ada efek negatif yang pasti disebabkan oleh asam valproat pada bayi yang menyusui.
Secara teoritis, bayi menyusui pada ibu yang mengonsumsi asam valproat berisiko mengalami hepatotoksisitas yang diinduksi asam valproat, sehingga pemantauan terhadap gejala kuning dan tanda-tanda kerusakan hati lainnya perlu dilakukan. Pemantauan kadar valproat serum bayi, trombosit, dan enzim hati juga mungkin dibutuhkan.[8,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini