Indikasi dan Dosis Clonazepam
Indikasi clonazepam adalah sebagai monoterapi atau adjuvan dalam pengobatan sindrom Lennox-Gastaut (varian petit mal), akinetik, dan kejang mioklonik. Clonazepam juga dilaporkan bermanfaat pada pasien dengan absence spells (petit mal) yang tidak respon terhadap terapi suksinimid.
Selain itu, clonazepam juga diindikasikan untuk pengobatan gangguan panik, dengan atau tanpa agorafobia. Clonazepam juga digunakan untuk semua bentuk klinis penyakit epilepsi dan kejang pada orang dewasa dan pasien pediatrik.[1,2,4]
Kejang
Dalam tata laksana kejang pada pasien dewasa, clonazepam dapat digunakan dengan dosis awal tidak melebihi 1,5 mg sehari, terbagi dalam 3 dosis. Peningkatan dosis bisa dilakukan setiap 3 hari sebanyak 0,5-1 mg, hingga dosis maksimal 20 mg sehari. Dosis dapat dinaikkan hingga kejang terkontrol atau efek samping menyebabkan tidak memungkinkan dilakukan peningkatan dosis. Dosis rumatan disesuaikan dengan respon klinis masing-masing pasien.
Dosis yang disarankan pada pasien pediatrik berusia hingga 10 tahun atau berat badan 30 kg adalah 0,01-0,03 mg/kg/hari, diberikan dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis awal tidak boleh melebihi 0,05 mg/kg/hari. Peningkatan dosis dapat dilakukan setiap 3 hari, sebanyak 0,25-0,5 mg, hingga dosis maksimal 0,1-0,2 mg/kg/hari. Dosis ditingkatkan hingga kejang terkontrol atau terjadi efek samping yang menyebabkan dosis tidak dapat ditingkatkan lagi.[6]
Gangguan Panik
Pada pasien dewasa dengan gangguan panik, dosis awal clonazepam yang disarankan adalah 0,25 mg 2 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan setiap 3 hari sebanyak 0,125-0,25 mg hingga dosis target tercapai. Pada kebanyakan pasien, dosis target adalah 1 mg sehari. Meski demikian, beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis lebih tinggi, yaitu maksimal 4 mg sehari.[6,7]
Clonazepam harus dihentikan secara perlahan. Dosis diturunkan 0,125 mg setiap 3 hari hingga pada akhirnya dihentikan.
Hingga kini, belum ada cukup bukti untuk merekomendasikan berapa lama pasien perlu menggunakan clonazepam. Oleh karenanya, dokter perlu melakukan evaluasi berkala terkait kegunaan jangka panjang obat ini pada masing-masing pasien.
Pada pasien anak, belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung penggunaan clonazepam pada individu berusia di bawah 18 tahun.[6]
Gangguan Cemas (Off-Label)
Clonazepam juga digunakan secara off label untuk gangguan cemas. Pada kasus kecemasan dan agitasi akut, obat ini dapat diberikan dalam dosis 0,5 mg/hari dalam 2 dosis terbagi, digunakan seperlunya. Dosis dapat dinaikkan tergantung tolerabilitas dan respons hingga 4 mg/hari, dibagi dalam 2-4 dosis.
Untuk kasus gangguan cemas, clonazepam digunakan secara off label sebagai agen alternatif terapi tunggal atau tambahan. Clonazepam dapat diberikan dalam dosis awal 0,25 hingga 1 mg/hari dalam 1-2 dosis. Penggunaan dapat terjadwal atau hanya seperlunya. Dosis dapat dinaikkan dalam kelipatan 0,25 atau 0,5 mg/hari setiap beberapa hari jika dianggap perlu. Dosis maksimal yang disarankan adalah 4 mg/hari dalam 1-4 dosis terbagi. Perlu dicatat bahwa clonazepam harus digunakan hati-hati pada pasien dengan PTSD karena dapat memperburuk gejala.[13]
Penyesuaian Dosis
Modifikasi dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan gangguan fungsi ginjal
Gangguan Fungsi Hati
Karena clonazepam mengalami metabolisme di hati, gangguan hati dapat mengganggu eliminasi clonazepam. Penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi hati signifikan tidak disarankan. Apabila digunakan jangka panjang, maka fungsi hepar perlu dievaluasi berkala.[2,6]
Gangguan Fungsi Ginjal
Metabolit clonazepam diekskresikan oleh ginjal. Hati-hati terjadi akumulasi berlebihan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Dosis lebih rendah perlu dipertimbangkan. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan ketat adanya overdosis.[2,6]
Geriatri
Obat sedatif dapat menyebabkan konfusi dan sedasi berlebihan pada lansia. Pasien usia lanjut disarankan mendapat dosis lebih rendah. Penggunaan pada populasi ini memerlukan pengawasan ketat.[6]
Penghentian dan Tapering-Off Clonazepam
Clonazepam rawan menyebabkan gejala putus obat jika dihentikan mendadak karena obat ini memiliki kerja panjang dan potensi yang tinggi. Penghentian mendadak juga berpotensi menyebabkan status epileptikus, terutama pada pasien yang mendapatkan clonazepam dosis tinggi dalam waktu lama.
Clonazepam membutuhkan penghentian obat secara berkala. Dosis dapat diturunkan sebanyak 0,125 mg setiap 3 hari hingga pada akhirnya dihentikan.[6]