Indikasi dan Dosis Cefoperazone
Indikasi cefoperazone adalah untuk terapi infeksi bakteri yang rentan terhadap obat ini, seperti pada endometritis, penyakit radang panggul, peritonitis, dan septikemia. Cefoperazone tidak diindikasikan untuk pasien pediatrik. Dosis yang biasa dipakai adalah 1-2 g setiap 12 jam, diberikan secara intravena atau intramuskuler. Pada infeksi berat, dosis bisa ditingkatkan hingga 12 g per hari dalam 2-4 dosis terbagi.[2]
Indikasi
Perlu diperhatikan bahwa cefoperazone hanya digunakan pada infeksi bakteri yang diduga secara kuat rentan terhadap obat ini. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya resistensi.
Berikut merupakan bakteri yang umumnya rentan terhadap cefoperazone:
- Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Group A beta-haemolytic streptococci, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, dan Enterobacter sp
-
Peritonitis dan infeksi intraabdomen lain yang disebabkan oleh coli, P. aeruginosa, dan basil gram negatif anaerob termasuk Bacteroides fragilis
- Septikemia yang disebabkan oleh pneumoniae, S. agalactiae, S. aureus, P. aeruginosa, E. coli, Klebsiella spp., Clostridium spp., dan kokus gram positif anaerob
- Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh aureus, S. pyogenes, dan P. aeruginosa
- Infeksi urogenital, seperti penyakit radang panggul, endometritis, dan infeksi lain pada alat kelamin wanita yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, Staphylococcus epidermidis, coli, Clostridium spp., B. fragilis, dan kokus gram positif anaerob
Perlu diperhatikan bahwa cefoperazone tidak memiliki aktivitas melawan Chlamydia trachomatis. Oleh karena itu, ketika cefoperazone akan digunakan dalam penanganan penyakit radang panggul dan infeksi C. trachomatis dicurigai, maka perlu ditambahkan antibiotik lain dengan cakupan anti-klamidia.[1,2]
Dosis
Dosis cefoperazone pada dewasa yang biasa digunakan adalah 1-2 g diberikan setiap 12 jam. Pada infeksi derajat berat, dosis dapat ditingkatkan hingga 12 g/hari, diberikan dalam 2-4 dosis terbagi.[2,9]
Endometritis
Dosis yang umum digunakan adalah 1-2 g intravena (IV) ataupun intramuskuler (IM) setiap 12 jam, dilanjutkan sampai 48 jam setelah perbaikan klinis diamati. Obat dapat dilanjutkan dengan terapi antibiotik oral yang sesuai hingga total 14 hari terapi.[9]
Penyakit Radang Panggul
Dosis yang umum digunakan adalah 1-2 g IV atau IM setiap 12 jam, dilanjutkan sampai 48 jam setelah perbaikan klinis diamati. Selanjutnya, terapi diikuti dengan antibiotik oral yang sesuai dan dilanjutkan sampai 14 hari terapi telah selesai.
Jika pasien dicurigai mengalami infeksi chlamydia, berikan tambahan terapi doxycycline selama 7 hari jika pasien tidak hamil, atau azithromycin dosis tunggal.[9]
Infeksi Intraabdominal
Dosis yang umum digunakan adalah 1-2 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 7 sampai 14 hari.[9]
Peritonitis
Dosis yang umum digunakan adalah 1-2 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 10-14 hari.[9]
Infeksi Sendi
Dosis yang umum digunakan adalah 1-2 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 3-4 minggu. Terapi yang lebih lama, yakni 6 minggu atau lebih, mungkin diperlukan pada kasus infeksi sendi prostetik.[9]
Pneumonia
Dosis yang umum digunakan untuk pneumonia adalah 1-2 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 7-21 hari, tergantung pada organisme penyebab.[9]
Pyelonephritis
Dosis yang umum digunakan untuk pyelonephritis adalah 1-2 g IV atau IM, setiap 12 jam, selama 14 hari.[9]
Bakteremia
Dosis yang umum digunakan adalah 2 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 14 hari.[9]
Infeksi Kulit atau Jaringan Lunak
Dosis yang umum digunakan adalah 1-2 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 7 hari atau hingga 3 hari setelah radang mereda, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan infeksi. Untuk infeksi yang lebih berat, seperti infeksi jaringan lunak pada pasien diabetes, terapi mungkin diperlukan selama 14-21 hari.[9]
Infeksi Saluran Kemih
Dosis yang umum digunakan untuk infeksi saluran kemih adalah 1 g IV atau IM setiap 12 jam, selama 3-7 hari.[9]
Penyesuaian Dosis
Pada pasien dengan gangguan ginjal, penyesuaian dosis jarang diperlukan karena urin bukan rute eliminasi utama cefoperazone. Meski begitu, pada pasien dengan disfungsi ginjal yang signifikan, dosis cefoperazone tidak boleh melebihi 1-2 g setiap hari tanpa pemantauan ketat konsentrasi serum.
Pada pasien dengan gangguan hepatobilier, batasi dosis hingga 4 g per hari karena cefoperazone mayoritas dikeluarkan melalui empedu. Jika dosis yang lebih tinggi harus digunakan, lakukan pemantauan konsentrasi serum obat sesuai indikasi.[2]