Pengawasan Klinis Cefoperazone
Pengawasan klinis cefoperazone diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hepar karena cefoperazone utamanya dieliminasi melalui hepar. Secara umum, cefoperazone dapat digunakan dalam dosis 4 g/hari pada populasi pasien ini, diikuti dengan pemantauan fungsi hepar.
Selain itu, cefoperazone dapat menyebabkan reaksi alergi, termasuk anafilaksis. Lakukan pengawasan tanda dan gejala reaksi alergi, seperti ruam kulit, gatal, kesulitan bernapas, kesulitan menelan, serta adanya bengkak di area wajah dan tangan setelah injeksi cefoperazone.
Efek samping berupa defisiensi vitamin K dapat terjadi meskipun jarang pada pasien yang mendapat antibiotik, termasuk cefoperazone. Pertimbangkan pemantauan tanda perdarahan dan waktu protrombin pada pasien yang dicurigai mengalami efek samping ini atau pasien dengan peningkatan risiko, misalnya cystic fibrosis dan alkoholisme.
Perhatikan agar pasien tidak mengonsumsi alkohol jika mendapat cefoperazone. Reaksi disulfiram yang ditandai dengan flushing, berkeringat, sakit kepala, dan takikardia telah dilaporkan ketika alkohol dikonsumsi dalam waktu 72 jam setelah pemberian cefoperazone.[1,2]