Kontraindikasi dan Peringatan Cefoperazone
Kontraindikasi cefoperazone adalah penggunaan pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap sefalosporin lain ataupun riwayat reaksi alergi berat terhadap obat golongan beta laktam lainnya. Peringatan diperlukan terkait risiko timbulnya kolitis akibat Clostridium difficile.[1,2]
Kontraindikasi
Cefoperazone dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap cefoperazone atau obat golongan sefalosporin lainnya. Cefoperazone juga tidak digunakan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas berat terhadap obat golongan beta laktam.[1,2]
Peringatan
Serupa dengan pemberian antibiotik pada umumnya, perhatian khusus diperlukan terkait risiko timbulnya kolitis akibat Clostridium difficile pada pasien yang mengonsumsi cefoperazone.[2]
Infeksi Clostridium difficile
Kolitis pseudomembranosa telah dilaporkan akibat penggunaan sefalosporin dan antibiotik spektrum luas lain, sehingga efek samping ini perlu dipikirkan pada pasien yang mengalami diare berhubungan dengan penggunaan antibiotik.
Konsumsi antibiotik spektrum luas, seperti cefoperazone, dapat mengubah flora normal usus besar dan memungkinkan pertumbuhan berlebih dari Clostridium difficile. Pada kasus yang ringan, pasien dapat berespon dengan penghentian obat saja. Pada kasus sedang hingga berat, pasien akan memerlukan suplementasi cairan, elektrolit, ataupun pemberian vancomycin oral.[1,2]
Riwayat Reaksi Anafilaksis pada Penggunaan Penicillin
Adanya riwayat reaksi anafilaksis pada penggunaan penicillin perlu menjadi perhatian karena bisa terjadi reaksi hipersensitivitas silang terhadap cefoperazone.[2]
Defisiensi Vitamin K
Seperti obat antibakteri lain, defisiensi vitamin K dapat terjadi meskipun jarang pada pasien yang mendapat cefoperazone. Risiko meningkat pada pasien dengan status gizi buruk, keadaan malabsorpsi, alkoholisme, dan pasien yang mendapat regimen hiper-alimentasi berkepanjangan.
Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan hipoprotrombinemia dengan atau tanpa perdarahan. Lakukan pemantauan waktu protrombin pada pasien yang dicurigai mengalami efek samping ini.[2]
Penggunaan pada Pasien dengan Gangguan Hepar
Cefoperazone secara ekstensif diekskresikan melalui empedu. Waktu paruh serum cefoperazone meningkat 2-4 kali lipat pada pasien dengan gangguan hepar atau obstruksi bilier. Batasi dosis hingga 4 g per hari pada populasi pasien ini. Jika dosis yang lebih tinggi digunakan, maka lakukan pemantauan konsentrasi serum.[2]
Penggunaan pada Pasien dengan Gangguan Ginjal
Ekskresi ginjal bukan rute utama eliminasi cefoperazone, sehingga pasien dengan gangguan ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis. Meski begitu, jika cefoperazone digunakan dalam dosis tinggi, maka konsentrasi obat dalam serum harus dipantau secara berkala.
Waktu paruh cefoperazone sedikit berkurang selama hemodialisis. Oleh sebab itu, dosis harus dijadwalkan mengikuti periode dialisis.[2]
Konsumsi Alkohol atau Makanan yang Mengandung Ethanol
Konsumsi alkohol harus dihindari 24–72 jam setelah cefoperazone diberikan. Hal ini karena adanya risiko terjadinya gejala yang menyerupai sindrom Disulfiram.[2]